Creative thinking akan memberikan sentuhan khas pada acara agar menarik bagi audience
- Detail
- Ditulis oleh Gerardo
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2653
Pada hari Jumat 14/09, telah dilaksanakan Pelatihan Softskill bagi mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM). Acara yang dilaksanakan di ruang Audio Visual, Sayap Timur Lantai 1 FEB UGM ini bertemakan "Creative Thinking in Event Management." Acara ini dihadiri Head of Customer Service & Events Division PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (Persero), Roswita dan Direktur Prambanan Jazz Festival 2018 & Rajawali Indonesia Communication, Bakkar Wibowo sebagai pembicara. Acara yang dihadiri sekitar 150 peserta ini dimulai pukul 09.30 WIB dan dipandu oleh salah satu dosen FEB UGM, Yulia Arisnani Widyaningsih, sebagai master of ceremony (MC).
Roswita menyampaikan mengenai perjalanan karier yang dilaluinya. Sebelum benar-benar terjun di event organizing, Roswita sempat menggeluti beberapa divisi kerja yang berbeda-beda. Pengalaman kerja tersebut menjadi bekalnya dalam menggeluti bidang event organizing yang menjadi passion-nya sekarang.
Melalui acara tersebut, Roswita juga menyampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dan penting dalam event organizing. Hal-hal tersebut adalah keuangan, acara dan audience. Menurutnya, ketiga hal tersebut akan sangat menentukan keberhasilan suatu acara. Aspek keuangan menjadi penting karena berhubungan dengan rencana pendanaan acara tersebut. Aspek acara berhubungan dengan pengemasan acara sehingga menjadi event yang menarik. Perencanaan rundown, perencanaan pelaksanaan acara, bintang tamu dan kemasan acara menjadi beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dengan matang. Audience memegang peran penting dan perlu diperhatikan karena kesuksesan suatu acara sangat dipengaruhi dengan audience yang hadir dalam acara tersebut. Dengan demikian, perlu ditentukan target pasar acara dan bagaimana cara menarik audience serta promosinya.
Di sisi lain, Roswita juga menyampaikan bahwa creative thinking perlu dibangun dalam diri seorang event organizer (EO). Creative thinking akan memberikan sentuhan khas pada acara agar menarik bagi audience. Tidak hanya itu, creative thinking juga perlu dibangun untuk membantu seorang event organizer dalam mengantisipasi berbagai ketidaksesuaian realisasi acara dengan perencanaannya.
Menurut Roswita, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membangun creative thinking, seperti banyak berdiskusi dan belajar mendengarkan, banyak bergaul, jalan-jalan, perbanyak pengalaman, dan selalu berusaha memosisikan diri sebagai klien. Roswita menambahkan, bahwa critical thinking juga perlu dibangun dalam diri seorang EO untuk membantu berpikir kritis terhadap acara yang sudah ada dan melakukan evaluasi agar acara selanjutnya bisa lebih baik.
Berbeda dengan Roswita, Bakkar lebih berfokus pada pengalamannya sebagai seorang promotor acara, khususnya acara konser musik. Ia menjelaskan kesulitan menjadi seorang promotor adalah menciptakan acara yang baru, bukan sekedar memenuhi pesanan acara seperti seorang EO. Dengan demikian, penting bagi seorang promotor untuk memiliki ide kreatif dalam menciptakan produk acara baru yang unik terutama di Yogyakarta.
“Di Jogja tu harus unik, karena kalau unik tu ada nilainya,” ujar Bakkar. Ia menambahkan bahwa pola pikir yang unik terkadang tidak selalu muncul dari hal-hal yang rumit. Sesuatu yang sederhana bisa memunculkan pola pikir yang unik.
Selain itu, Bakkar juga menyampaikan pentingnya etika kerja sebagai seorang promotor. Kejujuran dan kelengkapan dalam menyampaikan informasi kepada audience sangat penting. Sebagai seorang promotor juga diperlukan mental yang kuat untuk menghadapi tekanan kerja, ketidaksesuaian, dan berbagai masalah yang muncul.
Bakkar yang juga merupakan Direktur JogjaROCKarta Festival, mendapatkan banyak pengalaman dalam menyelenggarakan konser musik karena sering menonton konser musik ketika ia berada di Melbourne, Australia. Akan tetapi tetap ada perbedaan situasi dan kondisi yang harus diperhatikan antara konser di Australia dan Indonesia.
Sumber: Gerardo Gani Perkasa