FEB UGM Gelar Halalbihalal sebagai Momentum Mempererat Silaturahmi dan Sambung Hati
- Detail
- Ditulis oleh Leila
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1530
Memasuki hari ke-10 di Bulan Syawal 1440H, tepatnya pada Jumat (14/6) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) kembali menggelar tradisi halalbihalal di Selasar Gedung Pusat Pembelajaran FEB UGM bersama Prof. Dr. Komaruddin Hidayat sebagai pembicara. Hadir pula Eko Suwardi, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan FEB UGM, jajaran Dosen dan Staf FEB UGM, serta perwakilan dari berbagai organisasi mahasiswa. Acara dimulai pukul 09.00 WIB dengan sambutan oleh Bapak Eko Suwardi yang menyampaikan bahwa momen halalbihalal ini merupakan sarana yang tepat untuk mempererat tali silaturahmi dan kebersamaan bagi seluruh Keluarga Besar FEB UGM.
Acara dilanjutkan dengan pembacaan Kalam Ilahi dan Saritilawah oleh Chresna Anguila dan Santi Werdoyo (keduanya adalah staf FEB UGM). Memasuki acara inti, yaitu Hikmah Syawalan, Komaruddin membuka ceramah dengan filosofi Javanese Wisdom. Masyarakat Jawa dinilai mampu menjaga keutuhan Nusantara karena memiliki karakter akomodatif, lentur, dan rendah hati dibandingkan dengan suku bahkan bangsa lain. Secara akademis, Komaruddin menggambarkan UGM sebagai jangkar atau pilar kebudayaan Indonesia. “Banyak orang setelah tinggal di Jogja menjadi lebih halus. Kalau pensiun mau kembali ke Jogja,” sambungnya.
Terkait halalbihalal, Komaruddin memuji betapa antara agama dan budaya di Indonesia telah menyatu dengan karakter bangsa. Pemerintah sebagai regulator pun turut memfasilitasi lebaran sebagai momentum perayaan kemenangan spiritual umat muslim. Bahkan, demokrasi penghargaan pluralitas Indonesia lebih tinggi dibandingkan Amerika Serikat yang digadang-gadangkan sebagai negara pengawal gerbang hak asasi manusia (human rights).
Komaruddin menyoroti masalah human well being and happiness dengan mengupas buku karangan Ricard Layard berjudul "Happiness". Menariknya, dalam beberapa tahun terakhir tingkat ekonomi yang naik berkali-kali lipat tidak dibarengi dengan peningkatan tingkat kebahagiaan. Hal ini dikarenakan masyarakat modern kini tengah mengalami hedonic treatmill syndrome, yaitu kondisi ketika kenaikan gaji akan berbanding lurus dengan kenaikan kebutuhan sehingga personal & family finance tetap berada pada posisi yang sama.
Terdapat tujuh faktor sejalan dengan agama yang mampu mempengaruhi kebahagiaan manusia, yaitu having a good family life, job, friends & community, health, financial sufficiency, personal values, dan freedom of life. Komaruddin menutup ceramah dengan menegaskan kembali bahwa human well-being dipengaruhi oleh physical, intellectual, dan spiritual dimension. Hati digambarkan sebagai bagian tubuh manusia yang penuh kecintaan. Oleh karena itu, halalbihalal dapat dimaknai sebagai momentum sambung hati.
Panjatan doa menutup acara pada siang itu, dilanjutkan dengan jabat tangan saling memaafkan antara civitas akademika FEB UGM, dan makan siang bersama. “Menurut saya acara seperti ini harus tetap dijaga, karena it’s awesome, kita bisa saling silaturahmi antara sesama civitas akademika FEB UGM, tidak hanya sesama dosen dan karyawan,” ujar Arief Surya atau yang akrab disapa Meykel, salah satu dosen FEB UGM menanggapi acara tersebut.
Sumber: Leila Chanifah/Sony Budiarso