Prof. Dr. R. Agus Sartono, M.B.A. Dikukuhkan Sebagai Guru Besar
- Detail
- Ditulis oleh Sonny
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2554
Senin (20/1), Prof. rer.soc. R. Agus Sartono, MBA. resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), di Balai Senat Universitas Gadjah Mada. Agus Sartono ditetapkan menjadi Guru Besar setelah menempuh pendidikan S1 Manajemen di FEB UGM, pendidikan master di School of Business, Western Carolina University, Amerika Serikat, dan pendidikan doktor di Social Science and Economic Innsbruck University, Austria.
Acara ini turut dihadiri oleh Puan Maharani selaku Ketua DPR/RI Menko PMK periode 2014-2019, Prof. Dr. Muhadjir Effendy selaku Menko PMK periode 2019-sekarang, dan Dr. Agung Laksono selaku Watimpres/Menko Kesra periode 2009-2014.
Di hadapan 350 tamu yang hadir, Agus Sartono menyampaikan pidato pengukuhan berjudul "Informasi Asimetris, Akseptabilitas Kebijakan Publik, dan Penilaian Aset". Ia mengawali pidatonya dengan memberi uraian mengenai informasi asimetris.
"Informasi asimetris merupakan fenomena strategis dan berdampak luas dalam kehidupan sehari-hari", tuturnya. Ia menyampaikan bahwa telah terjadi perubahan keputusan investasi di era informasi saat ini, yaitu value driver yang telah bergeser dari real asset menuju ke intangible asset.
"Saya melihat bahwa pertumbuhan dan nilai perusahaan akan semakin ditentukan oleh besarnya intangible assets, sementara aset riil seperti pabrik, mesin, atau persediaan hanya merupakan enabler", katanya.
Agus Sartono juga menyimpulkan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh ide-ide dan implementasinya yang cerdas. Sehingga, informasi asimetris akan berpengaruh pada keberhasilan kebijakan publik, menjadi penyebab social ineffeciency, menimbulkan moral hazard dan adverse selection, menyebabkan kegagalan pasar, nilai aset tidak mencerminkan true value, serta berpotensi memunculkan pemburu rente.
"Selalu terbuka ruang untuk terus menguji asumsi bahwa pasar selalu dikatakan informationally efficient", tambahnya. Agus Hartono menegaskan bahwa ia turut sepakat dengan pengembangan model, pengumpulan, dan analisis informasi. Menurutnya, sangat penting untuk mencegah terjadinya perilaku anut grubyuk atau herding yang hanya akan dieksploitasi pihak lain.
Sumber: Sony Budiarso & Leila Chanifah Zuhri