Bedah Buku Era Baru Kebijakan Fiskal di FEB UGM
- Detail
- Kategori: Berita
- Dilihat: 3298
Pemerintah, sejak rezim Orde Baru, praktis mendominasi kebijakan fiskal. Namun, setelah 2004, fiskal seperti memasuki era baru. Selain harus dirundingkan dengan DPR, ruang lingkup fiskal pun lebih komprehensif. Tidak heran jika saat ini fiskal disebut-sebut telah menjadi panglima ekonomi, yang artinya cukup penting sebagai salah satu unsur penggerak perekonomian nasional.
"Kondisi semacam itu tentu menimbulkan konsekuensi. Paling tidak, penanganan fiskal saat ini harus lebih disiplin," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan, Dr. Anggito Abimanyu di kampus Magister Sains dan Doktor Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Senin (25/5), usai membedah buku Era Baru Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep, dan Implementasi.
Kendati menyebut peran fiskal saat ini cukup vital dalam perekonomian nasional, Anggito tidak menjelaskan secara rinci pengaruh fiskal terhadap keberlangsungan ekonomi mikro dan sektor riil. "Pengaruh itu tentu ada, tapi memang tidak dibahas di dalam buku ini," ujarnya sambil menunjukkan buku yang memuat tulisan para perencana dan pelaksana kebijakan fiskal, mulai dari Frans Seda hingga Boediono. Anggito sendiri bertindak selaku editor.
Karena itulah, meskipun sangat komprehensif, menurut dosen FEB UGM, Bagus Santosa, buku tersebut sangat bias karena ditulis oleh para pelaku. "Meski tidak berarti jelek atau tidak perlu dibaca, namun jangan harap menemukan objektivitas ketika membaca buku ini," tuturnya.
Bagus berpendapat bahwa buku tersebut mempunyai nilai lebih karena para pembaca dapat belajar dari masa lalu. "Dan saya kira, aspek yang tak muncul ke permukaan atau yang berada di balik kebijakan tentu juga sangat banyak. Sayang, hal-hal semacam itu yang justru tidak dituliskan di dalam buku ini," katanya mengkritisi.
Buku yang ditulis dengan bahasa sederhana tersebut mempunyai detail sangat akurat. Hal itu menunjukkan bahwa penulisnya adalah orang-orang profesional.. "Jadi, kalau mau dicari-cari kekurangannya memang banyak. Namun, kemanfaatannya jauh lebih besar," kata Bagus.
Sumber : www.ugm.ac.id