Mengenal Lebih Dekat Seputar Karir Bidang Keuangan Lulusan Ilmu Ekonomi
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1489
Silaturahmi Daring Bersama Ilmu Ekonomi (SambangIE) adalah seri seminar yang digelar oleh Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) untuk memberikan informasi seputar alumni Ilmu Ekonomi dan mengenalkan mahasiswa berbagai profesi yang dapat ditempuh setelah lulus. SambangIE digelar terutama untuk mempersiapkan career dan skill set yang harus dibangun untuk mempersiapkan diri dalam pasar tenaga kerja yang kompetitif dan membutuhkan skill set yang mumpuni. Dalam seri kedua kali ini, SambangIE membahas mengenal Profesi Alumni Ilmu Ekonomi di Bidang Keuangan. Oleh karena itu, SambangIE pada Jumat (07/05) mengangkat tema “Mengenal Alumni Ilmu Ekonomi #2: Profesi Bidang Keuangan”, yang pada kesempatan ini akan dimanjakan beragam insight dari lingkup praktisi di bidang keuangan, yakni dari lingkup Perbankan, Financial Technology(Fintech), dan Pasar Modal. Moderator yang memandu jalannya acara kali ini adalah Esa A. Syahid, Asisten Akademik Departemen Ilmu Ekonomi UGM. Narasumber yang akan mengulas topik seminar adalah Etta Rusdiana (IE 2004) selaku Senior Business Analyst di Kresna Graha Investama Tbk, Ahmad Ferdian (IE 2005) sebagai VP Trade & Supply Chain Product di Bank BTPN, dan Marcella Wijayanti (IE 2006) selaku VP Business Development and Public Sector Partnership, Link Aja. Ketiga narasumber tersebut merupakan Alumni Ilmu Ekonomi FEB UGM
Sesi pertama adalah penjelasan mengenai profesi dalam bidang perbankan. Ahmad mengatakan bahwa profesi dari alumni Ilmu Ekonomi dalam profesi di bidang perbankan yang digelutinya saat ini adalah meng-handle mengenai intermediasi dan fasilitas terhadap eksportir, melakukan manajemen produk, dan enhancement produk dengan mengikuti perkembangan saat ini. Ia menyampaikan skill set yang dibutuhkan dalam profesi yang digelutinya.
“Dari segi ilmu ekonomi bagaimana kita menyusun logic dari satu variabel ke variabel lain, dan yang tak kalah penting adalah meningkatkan skill kita di luar hal itu, jangan mempelajari apa saja yang ada di bagian kita saja”, ujarnya
Ia memberi contoh terkait pengalamannya saat ini yang juga perlu untuk mempelajari seputar akuntansi dan hukum dagang.
“Skill set yang dibutuhkan di Perbankan adalah continuous improvement dan continuous learning, investasi yang terbesar adalah investasi diri kita sendiri. Kembangkan personality, bagaimana deal dengan orang, bagaimana meng-handle orang-orang, pelajari hal-hal di luar yang kalian pelajari saat ini sehingga nanti kalian akan banyak belajar”, terang Ahmad.
Sesi kedua adalah penyampaian profesi fintech oleh Marcella. Marcella menceritakan awal mula ia terjun ke dalam industri start-up. Marcella mengatakan bahwa sebagai orang yang memiliki latar belakang di organisasi non profit dan pemerintahan, ia menginginkan pindah dari pekerjaan di sektor publik, untuk meningkatkan skill dan punya perspektif yang lebih luas.
Akhirnya, Marcella memutuskan untuk bekerja di Gojek hingga akhirnya berpindah ke LinkAja.
“Saya pernah bekerja di Gojek dan memastikan bahwa strategi bisnis dari Gojek memberi dampak sosial dan ekonomi. Yang akhirnya saya saat ini di LinkAja karena LinkAja lahir di BUMN, sehingga bisnisnya dapet, public sector-nya dapet”, katanya.
Dalam startup tersebut, Marcella berperan dalam bagian business teams, tugasnya adalah memastikan bahwa productnya diterima masyarakat dan bisa menghasilkan uang dari produk yang didesain tim produk dan tim engineer, product mendatangkan keuntungan bagi perusahaan dan meningkatkan value perusahaan. Selain itu, terdapat tiga lini lainnya yaitu yaitu product teams, engineering teams, business teams, dan corporate teams. Product teams, bertugas untuk mendesain produk, misalnya pada Bill Service Product di LinkAja, yang mendesain bagaimana user-flow-nya bagaimana dan sebagainya. Engineering teams berhubungan dengan coding dan teknis operasional dari aplikasi, sedangkan Ccorporate teams mengurusi perihal investasi, citra, dan valuasi perusahaan. Keempatnya adalah produk kolaborasi.
Jika ingin bekerja di industri start-up, ia mengatakan bahwa background tidak menjadi faktor penentu utama terkait pekerjaan seseorang.
“Di Job Market yang sekarang, orang yang punya background ilmu politik bisa jadi very good person di data analytics, orang dengan background sastra dia bisa mendesain produk yang spesifik untuk kepentingan user saya percaya bahwa yang kita pelajari di universitas adalah logikanya, bukan spesifik ilmu yang dipelajari”, ujarnya.
Ia berpesan bahwa perlu untuk memiliki beberapa skill set. Skill set yang paling untuk dirawat dan dibutuhkan adalah collaboration skill. Selain itu adalah story telling skill, bagaimana proposing solutions, confusing people, di topik apapun. Apalagi start-up adalah tentang ide dan inovasi, serta cara menyampaikan ide dengan baik yaitu melalui banyak membaca, mendengarkan, dan terakhir perlu pastikan ketika mengungkapkan sesuatu selalu lengkap 5W+1H-nya.
“Jika ketiga itu bisa dilakukan, than our idea well structured. Masalahnya, research skill, di startup company, everyone is scientist, kita tidak bisa mengatakan produk A pasti laku di market”, ungkapnya.
Yang terakhir adalah growth mindset, yaitu welcome challenge, ketika ada tantangan akan menerima dan mencari solusi, bukan menyerah ketika berhadapan dengan tantangan. Kedua adalah perihal like learning new things, keep improving. Ketika bekerja tidak boleh tidak mau tahu dan selalu mau untuk menerima dan belajar hal-hal baru. Ketiga yaitu take feedback and improve, technology company dilakukan inovasi. “Ketika melakukan kurang bener maka akan diberi feedback, you need to accept that. Ketika orang dikasih feedback, mereka akan berpikir is not about you, but is about what the way you do”, terang Marcella.
Sesi selanjutnya adalah mengenal lebih dekat dengan profesi ilmu ekonomi dalam sekuritas.
“Ketika kuliah saya tertarik ke financial economics, jadi sedari awal saya berminta di pasar modal. Karena saya percaya untuk menjadi besar perlu membutuhkan capital dan itu tesedia di pasar modal”, kata Etta.
Menurut Etta, potensi bekerja di pasar modal sangat luas namun masih belum banyak masyarakat yang melirik profesi ini, karena jumlah investor di Indonesia cukup rendah. Beberapa perkerjaan yang bisa dilakukan dalam pekerjaan ini antara lain untuk menjadi analis, marketing, dan divisi-divisi lainnya seperti saham maupun investment banking.
“Saya sendiri terdapat di sell side, yaitu menjual barang produk atau saham perusahaan lain”, terang Etta.
Namun, Etta memiliki pandangan bahwa dengan berlakunya softskill jangan sampai kita melupakan hardskill, terutama jika pekerjaan yang kita geluti masi berkesinambungan dengan hal-hal teknis. Selain itu, Etta berpesan bahwa kita perlu untuk belajar Bahagia, belajar menerima diri dan berdamai dengan diri kita sendiri. Sedangkan skill teknis yang dimaksud Etta adalah kewajiban untuk mengerti logika ekonomi dan bagaimana menyampaikan pikiran kita kepada orang lain. Kedua, kita harus punya writing skill, communication skill, dan selling skill. Hal ini penting untuk meyakinkan klien bahwa produk yang kita tawarkan adalah produk yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
Reportase : Sony Budiarso/Kirana Lalita Pristy