Bedah Struktur Penulisan dan Publikasi Penelitian melalui Lokakarya Publikasi 2021
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1773
Academic writing dan publikasi saat ini menjadi hal yang sangat krusial bagi akademisi. Salah satu faktor eksistensi sebagai seorang akademisi ditunjukkan dari sejauh mana tulisan dan publikasi penelitian telah dilakukan, dan untuk itu seorang akademisi perlu untuk terus belajar dan belajar. Oleh karena itu, Unit Publikasi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menyelenggarakan Lokakarya Publikasi 2021. Lokakarya Publikasi 2021 diselenggarakan pada Rabu (11/7/21) dan Kamis (12/7/21) secara daring melalui platform Zoom Meetings. Acara ini dimoderatori oleh Wahyu Saripudin, M.B.A., Dosen Departemen Manajemen sekaligus PIC Unit Publikasi FEB UGM. Pada hari pertama pembicara Lokakarya adalah Gigih Fitrianto, Ph.D., Dosen Departemen Ilmu Ekonomi, Muhammad Ryan Sanjaya, Ph.D. selaku Dosen Departemen Ilmu Ekonomi, dan Rocky Adiguna, Ph.D. yaitu Dosen Departemen Manajemen. Sedangkan pada hari kedua, pembicara adalah Fu'ad Rakhman, Ph.D. selaku Dosen Departemen Akuntansi, dan Widya Paramita, Ph.D. yang merupakan Dosen Departemen Manajemen.
Eko Suwardi, Ph.D., Dekan FEB UGM menyampaikan sambutan untuk mengawali rangkaian Lokakarya Publikasi 2021. "Atas nama civitas akademika UGM, saya mengucapkan terimakasih kepada unit publikasi FEB UGM dan para dosen-dosen. Kami sangat berharap pada bapak ibu untuk selalu meningkatkan kualitas riset dan publikasi untuk masa sekarang dan masa yang akan datang", katanya.
Gigih Fitrianto, Ph.D. mengawali sesi pemaparan materi Lokakarya Publikasi 2021 dengan berbagi dan menjembatani keterkaitan bahasan bagaimana proses penulisan dan publikasi, serta sharing session membahas introduction academic writing dari segi penulisan yang membahas bagaimana konstruksi dan karya ilmiah itu lahir.
"Proses academic writing adalah proses penulisan secara analitis breakdown idea yang mengobservasi sebuah fenomena atau permasalahan yang ditujukan untuk mempresentasikan secara konstruktif dan streamline dalam sebuah karya", tutur Gigih.
Menurut Gigih, dalam penyampaian ide, terkadang dalam ranah tersebut permasalahan seringkali tersebar, dari satu masalah muncul masalah lainnya. Untuk itu perlu adanya streamline dari ide-ide tesebut menjadi sebuah struktur yang konstruktif yang menceritakan secara baik dari awal hingga akhir.
Apalagi dalam academic writing, Gigih menambahkan bahwa perlu untuk menyusun perencanaan dalam menghadapi suatu fenomena, berpikir kritis untuk mendapatkan sebuah wawasan apa yang menarik dari fenomena tersebut, hingga sampai tahap proses edit yang terdapat proses untuk menerbitkan karya ilmiah tersebut.
"Dalam rangka penyampaian ke dalam bentuk karya ilmiah, sebuah ide harus tersusun berdasarkan lima poin yang perlu diperhatikan yaitu constructive, rational, consistent, streamlined, dan sifatnya objective”, terang Gigih.
Struktur karya ilmiah secara umum menurutnya harus terdiri dari pendahuluan, basis riset yang mencakup referencing atau logical mapping yang menjadi dasar melihat fenomena yang ada. Setelah itu dilakukan analytical process yang terdiri dari data collection dan alignment hingga proses estimasi dan analisis untuk menjawab pertanyaan yang akan diambil dalam karya ilmiah tersebut yang akhirnya berujung pada kesimpulan. Ia menyimpulkan bahwa yang terpenting ide harus terstruktur dengan jelas dan memuat informasi apa yang akan ditulis.
Sesi kedua dilanjutkan dengan pemaparan M. Ryan Sanjaya, Ph.D., tentang bagaimana menulis Abstrak. Ryan menjelaskan mengenai pentingnya menulis abstrak, kunci menulis abstrak, dan tujuh aturan untuk menulis abstrak yang baik.
"Abstrak adalah hal pertama yang pembaca lihat setelah judul", jelasnya.
"Biasanya kita menggunakan Google Scholar dalam mencari literatur, sangat penting untuk membuat judul dan abstrak yang baik dan menarik agar saat ada calon pembaca paper bisa tertarik dengan paper dan akan membaca paper tersebut", tambah Ryan.
Menurut Ryan, dalam abstrak merangkum semua hal penting dalam penelitian dan minimal memuat elemen abstrak yaitu menjelaskan latar belakang mengapa penelitian penting, masalah penelitian, tujuan penelitian, dan menjelaskan mengenai metode dan hasilnya. Apalagi dalam beberapa jurnal terdapat maksimum kata dalam abstrak dan kebijakan tiap jurnal juga berbeda-beda, ada yang maksimal 150 kata dan 250 kata.
Dalam seminar ini, Ryan memberikan identifikasi judul dan abstrak paper dan memberi contoh-contoh penulisan abstrak yang baik dan benar. Disisi lain, yang paling penting selain abstrak menurut Ryan adalah penelitian itu sendiri, diterima atau tidaknya jurnal tergantung pada metode dan hasil yang akan dilakukan dalam riset. Meskipun abstrak adalah penting, Ryan berpendapat bahwa hal itu masih tergolong secondary important, yang lebih penting adalah metode dan analisis yang dilakukan.
Sesi terakhir di Lokakarya Publikasi 2021 hari pertama adalah Rocky Adiguna, Ph.D. yang akan membahas mengenai argumentasi, dan bagaimana membuat argumen yang masuk akal. Rocky mengawali pemaparan materi dengan memberi pernyataan definisi berargumen.
"Argumen adalah konstruksi paling kecil dari sebuah tulisan, kumpulan argumen membentuk paragraf, berbagai paragraf yang terkumpul jadi tulisan. Oleh karena itu, kita bisa berangkat dari argumen sederhana yang dikembangan atau memasukkan argumen yang baru", terang Rocky.
Komponen dasar sebuah argumen yang baik menurut Rocky adalah mempunyai tujuan atau kesimpulan yang jelas, melihat premis yang terdukung oleh bukti relevan, memiliki logika yang masuk akal, kualifikasi yang jelas, serta mengakui adanya argumen yang bertolak belakang. Ia menerangkan bagaimana menempatkan argumen dalam paper.
"Ketika kita tertarik pada suatu topik, pasti sudah ada kelompok lain yang membahas topik itu, oleh karena itu apabila kita ingin masuk kesuatu topik ingin orang mendengar pendapat kita, berangkat dari apa yang mereka katakan dan setelah itu baru kita yang mengatakan (argument kita)”, jelasnya.
Sebagai penutup, Rocky berbagi tips singkat untuk membuat argumen yang masuk akal. Diantaranya adalah perlu keseriusan dalam berbahasa baik Indonesia maupun Inggris, serta melakukan pengembangan tulisan dengan menggunakan kata tanya 'kenapa' dari setiap pernyataan yang disusun. Selain itu, perlu untuk meninjau ketepatan premis, dan melakukan pemisahan antara mode menulis dan mode edit untuk kelancaran penulisan.
Reportase: Sony Budiarso/Kirana Lalita Pristy