Meningkatnya Eksistensi Transformasi Digital akibat Pandemi Covid-19
- Detail
- Ditulis oleh Merisa
- Kategori: Berita
- Dilihat: 7042
Perubahan iklim saat ini telah menjadi isu yang tidak pernah selesai untuk dibicarakan. Semakin hari bumi yang menjadi tempat tinggal makhluk hidup memiliki segudang permasalahan. Hal inilah yang menjadi penyebab perbincangan terkait sustainability terus menerus digaungkan. Namun, adanya pandemi Covid-19 ternyata mempengaruhi perubahan iklim ke arah yang baik dan menimbulkan suatu tren baru terkait transformasi digital. Untuk mengupas bahasan tersebut, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM mengadakan webinar pada Rabu (28/07) dengan mengusung tema "Accelerating the Digital Transformation: BPK's Respond to Covid-19 & Digital Economy."
Webinar ini termasuk ke dalam bagian dari program musim panas virtual yang diadakan oleh FEB UGM. Pembicara dari webinar ini ialah Bahtiar Arif, S.E., M.Fin., Ak., CSFA., CPA selaku Sekretaris Umum BPK RI dan Pranoto selaku Kepala Biro Teknologi Informasi BPK RI serta dimoderatori oleh Shima Dewi Mutiara Trisna, S.E., MA. selaku Dosen FEB UGM. Adanya tren hubungan antara sustainability dan digital transformation yang terjadi akibat dari pandemi Covid-19 ini akan menjadi bahasan utama dalam webinar.
Bahtiar menjelaskan bahwa hadirnya pandemi Covid-19 menghadirkan suatu tren terkait teknologi dari revolusi industri 4.0. di antaranya ialah komputasi awan, keamanan dunia maya, Internet of Things (IoT), blockchain, analitik big data, RPA, Artificial Inteligent (AI), dan machine learning. Ia juga menjelaskan bahwa adanya Covid-19 menyebabkan angka pengguna internet di Indonesia meningkat drastis akibat adanya perubahan dari aktifitas secara langsung menjadi virtual melalui video conference. Di era revolusi industri 4.0 dengan kondisi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), mendorong dan mengharuskan terjadinya transformasi digital. Pada BPK sendiri, transformasi digital ialah proses untuk mengkonversi informasi teknologi terbaru dan sistem informasi dari organisasi sehingga sistem informasi dapat terhubung dan memberikan nilai tambah bagi organisasi dan juga pekerja secara umum.
Bahtiar menyatakat bahwa BPK pada tahun 2020 awal juga terkena dampak dari Covid-19 sehingga harus mengganti cara kerja dari yang seharusnya bertemu secara langsung menjadi bekerja dari rumah (WFH) dengan memanfaatkan TI. BPK sukses menjalankan transformasi digital selama pandemi yang dibuktikan dengan laporan audit yang selesai dengan tepat waktu. Kesuksesan tersebut dapat berhasil dengan bantuan TI, yaitu dengan memanfaatkan video conference, melakukan online review audit, pengecekan bukti secara online, dan masih banyak lagi.
Sementara itu, Pranoto membahas mengenai Big Data Analitycs (BDA) yang ada dalam BPK. Ia menjelaskan bahwa pada tahun 2010 BPK telah mulai melakukan kegiatan pemeriksaan dengan berbasis elektronik (E-Audit). Setelah 10 tahun, data yang dimiliki menjadi sangat besar sehingga BPK melakukan Big Data Analitycs untuk mempermudah entitas BPK dalam melakukan pekerjaannya. Selain BDA, terdapat pula Teknik yang digunakan auditor untuk menguji data yang telah sesuai dengan prosedur pemeriksaan, yakni menggunakan Computer Assisted Audit Techniques (CAATs).
Pranoto menjelaskan untuk meningkatkan kapasitas dari Big Data Analitycs, BPK RI membangun kerjasama internasional dengan beberapa organisasi. Di antaranya ialah INTOSAI, ASOSAI, dan EUROSAI. Pranoto juga menekankan agar transformasi digital terus berjalan, beberapa hal perlu dilakukan, seperti transformasi pola pikir, transformasi teknologi, transformasi budaya, dan transformasi proses.
Reportase: Merisa Anggraini
Video webinar selengkapnya: https://youtu.be/F_3fy2Nvy9k