Prof. Mahfud Sholihin, M.Acc., Ph.D Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Akuntansi
- Detail
- Ditulis oleh Kirana
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2174
Pengukuhan Guru Besar bagi Prof. Mahfud Sholihin, M.Acc., Ph.D., di bidang ilmu akuntansi resmi diselenggarakan pada Rabu (8/06) bertepatan dengan hari ulang tahun Beliau. Acara tersebut berlangsung secara luring di Balai Senat Universitas Gadjah Mada sekaligus juga disiarkan langsung melalui kanal YouTube Universitas Gadjah Mada. Prof. Mahfud Sholihin menjadi salah satu dari 353 guru besar aktif di UGM dan 42 guru besar aktif di FEB UGM. Sebelum ditetapkan menjadi Guru Besar, Prof. Mahfud Sholihin telah menamatkan studi sarjana di program studi akuntansi FEB UGM, menempuh Pendidikan magister akuntansi di University of Western Australia, dan meraih gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) di University of Bradford, Inggris.
Di hadapan tamu yang hadir, Prof. Mahfud Sholihin menyampaikan pidato pengukuhan yang berjudul "Inovasi Pembelajaran Etika Bisnis dan Profesi Akuntansi di Era Digital." Prof. Mahfud Sholihin memilih judul tersebut karena masih maraknya persoalan etika di dunia bisnis dan profesi akuntansi baik di dalam maupun luar negeri. Sekolah bisnis termasuk FEB UGM harus mengambil peran dalam mewujudkan calon akuntan, pelaku bisnis, dan pemimpin yang etis. Sebagai bagian dari upaya ini, pengembangan berbagai pembelajaran etika yang inovatif dan sesuai dengan misi FEB UGM, yaitu integritas dan pengajaran yang berkualitas, perlu diikhtiarkan.
Berdasarkan pidatonya, dewasa ini pembelajaran etika bisnis dan profesi akuntansi menghadapi berbagai tantangan. Riset terdahulu mencatat bahwa akuntan memiliki penalaran moral yang lebih rendah dibandingkan profesional lainnya. Mahasiswa akuntansi lebih tidak perhatian terhadap permasalahan etika dibanding mahasiswa departemen lain, ada pemikiran yang menganggap bahwa akuntansi tidak terkait dengan etika dan hanya masalah teknis belaka.
Terkait dengan adanya berbagai tantangan tersebut, banyak timbul saran dan masukan supaya dikembangkan metode pembelajaran yang efektif dan efisien agar mahasiswa memiliki kecakapan dalam pengambilan keputusan dan berperilaku yang etis, tak hanya memahami teori-teori etika. Akan tetapi, di era digital ini terdapat tantangan perubahan gaya belajar khususnya pada mahasiswa S1 yang didominasi generasi millennial dan Z, yang merupakan digital native. Oleh karena itu, tak cukup hanya efektif dan efisien saja, para pengajar etika bisnis dan profesi akuntansi dituntut untuk menemukan model pembelajaran dan metode penyampaian yang atraktif dan interaktif.
Menurut Prof. Mahfud Sholihin, salah satu model pembelajaran dan metode penyampaian yang akan menjawab permasalahan tersebut adalah simulasi perilaku. Pembelajaran etika bisnis dan profesi akuntansi berbasis simulasi adalah pembelajaran etika yang memberikan pengalaman praktik konkret dan merepresentasikan masalah bisnis di dunia nyata. Prof. Mahfud percaya bahwa simulasi perilaku dapat meningkatkan keterlibatan mahasiswa yang lebih mendalam dalam pembelajaran dengan berperan sebagai pengambil keputusan. "Dalam konteks pembelajaran etika bisnis dan profesi akuntansi, simulasi perilaku bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, kepercayaan diri, dan praktik pengembangan keputusan etis," jelasnya.
Dengan perkembangan teknologi, desain pembelajaran berbasis simulasi lebih mudah dikembangkan dan diimplementasikan, misalnya dengan menggunakan teknologi Augmented Reality (AR) atau Virtual Reality (VR) yang akan memberikan pengalaman menarik. Prof. Mahfud Sholihin dan teman-teman telah mengembangkan tiga aplikasi berbasis teknologi komputer dan telekomunikasi untuk pembelajaran etika bisnis dan profesi akuntansi, dua menggunakan AR dan satu menggunakan VR. Aplikasi-aplikasi tersebut tersedia secara gratis untuk smartphone dan dapat digunakan untuk memberi pengalaman terhadap pengambilan keputusan sekaligus memberi pemahaman teori terkait etika.
Salah satu aplikasi yang dikembangkan menggunakan AR oleh Prof. Mahfud dan teman-teman adalah "Who Wants to be Ethical?" yang memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang kasus whistle blowing yang terjadi di perusahaan nyata di Indonesia. Aplikasi tersebut telah diuji coba kepada 147 mahasiswa dan hasil pengujian menunjukkan bahwa penggunaan simulasi perilaku dapat meningkatkan imajinasi moral yang merupakan anteseden sensitivitas etika.
Sedangkan, aplikasi yang dikembangkan menggunakan VR diberi nama "Dilema Auditor" yang menjalankan simulasi peran sebagai profesi auditor dan dihadapkan oleh dilema etika yang mungkin kerap ditemui seorang auditor dalam kehidupan nyata. Hasil uji coba terhadap mahasiswa akuntansi di Yogyakarta menyatakan bahwa proses pembelajaran menggunakan VR memotivasi, menarik, dan meningkatkan efektivitas pembelajaran juga tingkat efikasi etika mahasiswa.
Di akhir pidato Prof. Mahfud Sholihin menyimpulkan bahwa nilai-nilai etika harus ditanamkan kepada para generasi muda supaya kasus-kasus kecurangan bisnis khususnya skandal keuangan tidak terulang. Teknologi AR dan VR merupakan teknologi yang menjanjikan dan dapat digunakan untuk pembelajaran etika bisnis dan profesi akuntansi secara efektif dan efisien.
Reportase: Kirana Lalita Pristy.