Menelaah Transformasi Digital Pembangunan Ekonomi dan Dinamika Properti di Indonesia
- Detail
- Ditulis oleh Kirana
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1856
Sebagai rangkaian dari Dies Natalis Ke-27 Program Studi Magister Ekonomika Pembangunan (MEP) Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, diselenggarakan kegiatan Seminar Nasional pada Sabtu (11/06) dengan mengangkat tema "Transformasi Digital Pembangunan Ekonomi dan Dinamika Properti di Indonesia." Kegiatan seminar tersebut dilaksanakan secara luring di Ballroom Hyatt Regency Hotel dan juga disiarkan secara daring melalui platform Zoom Meetings serta kanal YouTube MEP FEB UGM. Terdapat tiga pembicara hadir dalam seminar tersebut, yaitu Dr. Nursiah, S.Sos., M.Si, selaku Wakil Bupati Lombok Tengah, Budiharto Setyawan, S.H., M.Si, selaku Kepala Perwakilan BI Yogyakarta, dan Guntur Pramudiyanto, S.E., M.Ec.Dev., selaku Ketua I DPN MAPPI.
Sebelum memasuki sesi acara utama, kegiatan seminar dibuka oleh sambutan dari Kepala Departemen Ilmu Ekonomi FEB UGM, Rimawan Pradiptyo, S.E., M.Sc., Ph.D., dilanjutkan dengan sesi keynote speech yang disampaikan oleh Prof. Sri Adiningsih, Ph.D. Dalam pidatonya, Beliau menyatakan bahwa transformasi ekonomi digital akan berkembang semakin dalam, luas dan merata, serta masuk ke semua sektor termasuk sektor properti. Pasca pandemi, masyarakat semakin banyak yang mengadopsi gaya hidup online dan hal tersebut mempengaruhi pasar properti. Beliau juga menjelaskan digitalisasi pada pasar properti akan membuat persaingan semakin kompetitif dan para pelaku usaha dalam pasar tersebut dituntut untuk memanfaatkan property technology (prop tech). Oleh karena itu, sumber daya manusia terkait perlu untuk mampu memanfaatkan teknologi dengan kreatif agar bisa bersaing di pasar.
Acara berlanjut ke sesi utama, yaitu pembahasan materi oleh para pembicara. Sebagai pembicara pertama, Dr. Nursiah, S.Sos., M.Si, selaku Wakil Bupati Lombok Tengah, membahas materi yang dengan topik "Potensi Ekonomi dan Digitalisasi di Kabupaten Lombok Tengah." Terkait kebijakan pembangunan wilayah dan potensi ekonomi, Lombok Tengah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan kegiatan ekonomi utama di sektor pariwisata (Mandalika, Rinjani Global Geopark, Sirkuit Motocross) dan pertanian (padi, jagung, melon) yang didukung kehadiran industri dan usaha kecil menengah.
Kemudian, Nursiah menjelaskan tentang inovasi-inovasi digital penggerak ekonomi yang telah berhasil diimplementasikan di Kab. Lombok Tengah, diantaranya di bidang pengadaan barang dan jasa telah dikembangkan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dalam bentuk situs web yang menyajikan informasi mulai dari rencana umum pengadaan sampai dengan hasil tender. Adanya layanan tersebut mempercepat pengadaan barang dan jasa serta mempercepat government spending untuk pertumbuhan ekonomi.
Terkait capaian pembangunan Kab. Lombok Tengah, pada tahun 2021 setelah mengalami kontraksi cukup dalam pada tahun 2020 akibat pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi Kab. Lombok Tengah menunjukkan fase recovery dengan nilai pertumbuhan 4,03% dan menjadi tertinggi diantara Kab./Kota di NTB. Selain itu, kenaikan total investasi pada periode 2017-2021 mencapai 145%, dari Rp 1,06 Triliun menjadi Rp 2,6 Triliun. Kedepannya, kebijakan yang akan dikembangkan di Kab. Lombok Tengah mengarah pada penguatan SDM, peningkatan kualitas layanan publik pengungkit ekonomi, pengembangan sentra unggulan, dan peningkatan investasi.
Sesi pembahasan materi berlanjut kepada pembicara kedua, yaitu Budiharto Setyawan, S.H., M.Si, selaku Kepala Perwakilan BI DIY, yang membahas seputar topik transformasi digital sistem pembayaran. Beliau menjelaskan bahwa terdapat beberapa tantangan dan risiko dalam melakukan digitalisasi di daerah, diantaranya sebanyak 21 provinsi di Indonesia masih memiliki tingkat inklusi internet masyarakat di bawah 55% serta kapasitas dan kapabilitas BPD dalam menyediakan akses dan layanan pembayaran non-tunai masih dinilai kurang memadai.
Akan tetapi, berdasarkan penjelasan Budiharto, kini Bank Indonesia telah menerbitkan blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 yang terdiri dari lima visi untuk menavigasi kebijakan pembayaran di era digital, yaitu mendukung integrasi ekonomi-keuangan digital nasional, mendukung digitalisasi perbankan, menjamin interlink antara fintech dengan perbankan, menjamin kepentingan nasional dalam ekonomi-keuangan digital antar negara, serta menjamin keseimbangan antara inovasi dengan consumers protection, integritas, stabilitas, dan persaingan usaha yang sehat.
Selanjutnya adalah sesi pembahasan materi oleh pembicara ketiga, yaitu Guntur Pramudiyanto, S.E., M.Ec.Dev., selaku Ketua I DPN MAPPI. Guntur menjelaskan bahwa pasar properti tengah mengalami transformasi dari segi perilaku yang ditandai kemunculan berbagai tren. Beberapa dampak dari transformasi pasar properti tersebut adalah meluasnya area pemasaran, proses transaksi yang semakin mudah, sebaran pasar pengembangan properti yang tidak terkonsentrasi pada satu kota, pergeseran sistem sewa lebih dipilih dibanding sistem beli, dan semakin membesarnya tuntutan adaptif maupun inovatif.
Tak hanya pasar properti saja yang mengalami transformasi, menurut Guntur profesi penilai pun juga bertransformasi. Dari sisi lingkup penugasan, kini mengadopsi konsep smart contracts yang menggunakan blockchain system untuk melakukan penyusunan kontrak dengan tujuan efisiensi waktu serta mitigasi risiko. Dari sisi inspeksi, drone dan Internet of Things (IoT) dimanfaatkan bertujuan agar inspeksi lebih efisien dan jangkauan lebih luas, memudahkan inspeksi secara jarak jauh, dan database yang terintegrasi dengan kertas kerja. Sedangkan, dari sisi pelaporan, diterapkan konsep visualising di mana laporan akan dibuat lebih menarik menggunakan pemodelan 3D, video, ataupun virtual reality. Pada akhir acara, sesi tanya jawab antara partisipan dan pembicara berlangsung dan kemudian berlanjut ke rangkaian acara Dies Natalis ke-27 MEP FEB UGM yang berikutnya, yaitu Temu Alumni.
Reportase: Kirana Lalita Pristy.