Memantapkan Sinergi dan Inovasi untuk Pemulihan Ekonomi
- Detail
- Ditulis oleh Hayfaza
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1198
Dalam rangka edukasi dan peningkatan literasi perekonomian untuk kemajuan dunia pendidikan di Indonesia, Bank Indonesia Institute (BI Institute), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Kantor Perwakilan BI DIY berkolaborasi untuk melaksanakan program BI Mengajar. BI Mengajar juga memiliki tujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada peserta terkait visi, misi, peran, dan kebijakan BI yang sangat penting di dalam perekonomian bangsa. Termasuk pula, peran BI yang makin meningkat di era digital untuk berkontribusi nyata bagi Indonesia. Program BI Mengajar telah dilakukan di beberapa perguruan tinggi yang terpilih di seluruh Indonesia dan kali ini dilaksanakan di UGM pada Jumat (26/8). BI Mengajar terlaksana berdekatan dengan HUT BI ke-69 dan HUT RI ke-7. Kegiatan ini menjadi bagian dari Executive Series Magister Manajemen (MM) FEB UGM dalam rangka Dies Natalis FEB UGM ke-67. BI Mengajar juga merupakan bagian dari Seminar dan Kuliah Umum (SinarKU) Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM. BI Mengajar dihadiri oleh mahasiswa sarjana dan pascasarjana FEB UGM serta tamu undangan.
BI Mengajar mengundang Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, S.E., M.Sc., Ph.D selaku pemateri. BI Mengajar dihadiri pula oleh Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG., Ph.D., Dekan FEB UGM, Didi Prof. Dr., Achjari, M.Com., Ak., CA., Kepala Bank Indonesia Institute, Dr. Yoga Affandi, Dicky Satria selaku Ketua Panitia BI Mengajar, Kepala Perwakilan BI Daerah Istimewa Yogyakarta, Budiharto Setiawan, S.H., M.Si., Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) DIY, Eko Suwardi, M.Sc., Ph.D., Ketua Kafegama, Dr. Bogat Agus Riyono, M.Sc. Ak., CA., Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerjasama, dan Alumni, Gumilang Aryo Sahadewo, S.E., M.A., Ph.D., Ketua Program Studi Magister Manajemen (MM) Kampus Jogja, Amin Wibowo, S.E., M.B.A., Ph.D., Ketua Program Studi MM Kampus Jakarta Tandelilin Eduardus, Prof., Dr., M.B.A., Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Rimawan Pradiptyo, S.E., M.Sc., Ph.D., dan Guru Besar Departemen Ilmu Ekonomi Prof. Dr., Insukindro, M.A.
BI Mengajar diawali dengan pembukaan oleh pembawa acara, dilanjutkan lantunan Indonesia Raya dan Himne Gadjah Mada. Acara dilanjutkan dengan penyerahan sertifikat Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) secara simbolis oleh Gubernur BI, diterima oleh Dekan FEB UGM. BI Mengajar berlanjut dengan sesi doa bersama dan foto bersama. Lantas, Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG., Ph.D. mengutarakan sambutan untuk BI Mengajar. Dilanjutkan oleh sambutan Dekan FEB UGM, Prof. Dr. Didi Achjari, M.Com., Ak., CA.
Diskusi BI Mengajar dipandu oleh moderator yaitu Muhammad Fawdy Renardi Wahyu, Asisten Akademik FEB UGM. Fawdy mempersilahkan Perry untuk memulai diskusi. Perry lantas memulai diskusi dengan pemaparan urgensi BI Mengajar serta menyatakan tema utama BI Mengajar yaitu "Memantapkan Sinergi dan Inovasi untuk Pemulihan Ekonomi". Perry membagi rangkaian diskusi dalam lima garis besar. Pada poin pertama, Perry menjelaskan mengenai Peran BI dalam Perekonomian. Sebagai bank sentral, BI berperan untuk menjaga stabilitas moneter, sistem keuangan, dan sistem pembayaran demi menunjang pertumbuhan ekonomi yang sehat, berkesinambungan dan inklusif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. BI memanifestasikan hal ini dengan Kebijakan Moneter, Kebijakan Makroprudensial, dan Kebijakan Sistem Pembayaran. Pada poin kedua, Perry membahas mengenai Kerangka Bauran sinergi Kebijakan Nasional dan BI, diilustrasikan dengan grafik pertumbuhan kapasitas ekonomi dan kondisi ekonomi dalam pengaruh kebijakan nasional. Dalam hal ini, Kebijakan Bank Sentral, Kebijakan Fiskal, dan Reformasi Struktural berkesinambungan dalam menanamkan stabilitas nasional, jelas Perry. Di internal BI sendiri, ketiga kebijakan bank sentral juga disusun untuk membaur dan bersinergi, dibantu juga dengan adanya kebijakan pendukung, tambah Perry. Pada poin ketiga, Perry menjelaskan mengenai urgensi Inovasi Bank Sentral Digital Terdepan. Perry memaparkan infografis bertajuk ‘Ekosistem Ekonomi Keuangan Digital 2025’ yang menggarisbawahi inklusi keuangan dan digitalisasi Sektor Riil, terkhusus dengan menerapkan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di pasar dan daerah wisata dalam rangka penguatan daya saing Indonesia maju di kancah global. Dalam hal ini, Indonesia telah meluncurkan Blueprint Sistem Pembayaran 2025 yang bertujuan supaya ekonomi keuangan digital Indonesia terintegrasi secara nasional.
Pada poin keempat, Perry mengelaborasikan mengenai tantangan ekonomi terkini. Ekonomi dalam negeri dalam posisi baik ditandai pertumbuhan ekonomi, konsumsi, dan eksport yang positif pada beberapa triwulan. Namun sedang terjadi gejolak pada perekonomian internasional sebab dipicu oleh COVID-19 dan Konflik-konflik Geopolitik, sehingga perekonomian global mengalami stagflasi, meningginya harga pangan dan energi, jelas Perry. Merespon tantangan ekonomi, Perry memaparkan bahwa BI memiliki 5 jamu (kebijakan) yaitu moneter, makroprudensial, sistem pembayaran, pengembangan pasar uang, serta ekonomi keuangan inklusif dan hijau. Kebijakan moneter berfokus untuk mendukung stabilitas (pro-stability), sedangkan keempat kebijakan lainnya menyokong perkembangan (pro-growth). Penerapannya pada Keputusan Rapat Gubernur Bank BI 22-23 Agustus 2022, sebagai langkah pre-emptive dan forward-looking, BI meningkatkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,75%, Suku Bunga Deposit Facility (DF) sebesar 3,00% dan Suku Bunga Lending Facility (LF) sebesar 4,50%. Disamping itu, BI juga menetapkan kebijakan lainnya demi memperkuat stabilitas dan menyokong perkembangan, diantaranya operasi pasar untuk menahan inflasi bahan pangan, melanjutkan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK), dan penerapan QRIS secara luas untuk kampanye mendigitalkan Indonesia, serta kerja sama internasional lewat forum G20 dan ASEAN Connectivity. Lantas untuk mengakhiri BI Mengajar, Perry membuka sesi pertanyaan, dipandu oleh Fawdy.
Reportase: Hayfaza Nayottama