Mencari Penjelasan Atas Perilaku Pasar Keuangan
- Detail
- Ditulis oleh Kirana
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1586
Pada Senin (19/9/) Senat Fakultas menyelenggarakan Rapat Senat Terbuka 2022 sebagai puncak rangkaian acara dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-67 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM). Rapat Senat Terbuka 2022 dibuka oleh Prof. Ainun Na’im, M.B.A., Ph.D selaku Ketua Senat didampingi oleh Sekretaris Senat, Dekan, dan jajaran Guru Besar FEB UGM. Agenda acara selanjutnya adalah pelaporan Pidato Dekan tahun 2022 yang dilanjut dengan penyampaian Orasi Ilmiah.
Pada puncak Dies yang ke-67 ini, orasi ilmiah disampaikan oleh salah satu guru besar FEB UGM, yaitu Prof. Dr. Mamduh M. Hanafi, M.B.A. dengan judul "Mencari Penjelasan Perilaku Pasar Keuangan: Rasional, Irasional, atau Adaptif?". Saat ini, para akademisi masih bergulat dengan pertanyaan apa yang mendorong perilaku investor di pasar keuangan. Orasi ilmiah ini bertujuan untuk mendiskusikan literatur di bidang efisiensi pasar, behavioral science, dan adaptive market, dengan berbagai pengujian empirisnya.
Berdasarkan penjelasan Prof. Mamduh, dewasa ini setidaknya ada dua paradigma utama yang mencoba menjelaskan perilaku investor, yaitu rasionalitas investor dan perilaku (behavior) investor. Kontroversi antara kedua paradigma tersebut masih berlanjut sampai saat ini. Kontroversi antara efisiensi versus perilaku tersebut membuka jalan bagi munculnya teori alternatif, yaitu Adaptive Markets Hypothesis (Lo, 2004; Routledge, 1999), yang berangkat dari observasi dimana kondisi efisiensi pasar berubah-ubah. Kondisi yang berubah-ubah tersebut memunculkan ide bahwa pasar atau investor melakukan adaptasi terhadap lingkungannya.
Asumsi rasionalitas di perilaku investor menjadi paradigma dominan selama ini. Behavioral Finance mencoba meruntuhkan paradigma tersebut. Namun, Behavioral Finance bukannya tanpa kritik. Sesuai dengan tradisi ilmiah yang berlaku, suatu teori hanya bisa digantikan oleh teori yang lain. Dalam konteks ini, behavioral finance masih menunjukkan keterbatasan. Saat ini sepertinya belum ada satu teori behavioral finance yang terpadu (unifying behavioral finance theory).
Sementara itu, Adaptive Market Hypothesis (AMH) mencoba menjadi teori alternatif untuk menjelaskan perilaku investor. Namun sampai saat ini, AMH belum dirumuskan secara rigor, menjadi teori yang solid, yang siap menggantikan teori lainnya. Pengujian empiris AMH juga masih terbatas, dan masih berfokus pada pengujian efisien bentuk lemah, khususnya pengujian randomitas pergerakan harga saham. Namun dengan perjalanan waktu, bukannya tidak mungkin kalau AMH bisa menjadi teori alternatif yang bisa menjelaskan perilaku investor dengan lebih baik.
Menurut Prof. Mamduh, dalam statistik, tingkat signifikansi 5% memberi ruangan untuk fenomena lain yang tidak dijelaskan oleh suatu teori. Namun, dengan berkembangnya literatur Behavioral Finance dan Adaptive Market Hypothesis, akan sangat mungkin terjadi perubahan. Suatu saat, Behavioral Finance atau Adaptive Market Hypothesis mungkin bisa menjelaskan 95% fenomena perilaku investor. Pada akhirnya, waktulah yang akan membuktikan prediksian tersebut.
Naskah orasi ilmiah secara lengkap dapat diakses melalui pranala berikut ini: https://ugm.id/RTS2022
Reportase: Kirana Lalita Pristy