Alumni FEB UGM 91 Sambangi Kampus dan Berbagi Ilmu
- Detail
- Ditulis oleh Hayfaza
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1538
Mewadahi alumni untuk berkontribusi kembali ke kampus, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menyelenggarakan festival kepemimpinan dan mentoring bertajuk "KAFEGAMA 91 Back To Share (Leadership Festival and Alumnae Mentoring Program)" (28/10). Mentoring ini mengundang 9 alumni selaku panelis, diantaranya: Nawal Nelly selaku Deputi Bidang Keuangan dan Manajemen Risiko Kementerian BUMN, Mukhlis Ishak selaku Vice President Tax PT Freeport Indonesia, Ema Widiastuti selaku Direktur Pengembangan Bisnis Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), Wahyu Trenggono selaku Direktur Pefindo Biro Kredit, Lembaga Pemeringkat Kredit Indonesia, Ade Agustin selaku Ekonom Ahli Bank Indonesia, Jumadi Anggana selaku Partner at PWC Indonesia, Suparmono selaku Ketua STIM YKPN Yogyakarta, Aditya Purawardana selaku Chief Risk Officer BNP Paribas, dan Agnes Maria selaku Wirausaha Salon & Batik.
Acara dibuka dengan sambutan oleh Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerjasama, dan Alumni FEB UGM, Gumilang Aryo Sahadewo, S.E., M.A., Ph.D. Acara dilanjutkan dengan speech dari Nawal Nelly. Acara dilanjutkan dengan diskusi dari panelis serta tanya jawab yang dipandu oleh moderator. Beberapa pertanyaan menarik dilontarkan dengan antusias oleh peserta. Di antaranya: Lebih baik lulus cepat tapi minim pengalaman atau lambat tetapi kaya akan pengalaman dan skill? Tips apa saja yang bisa dilakukan semasa menjadi mahasiswa baru? Pemilihan receivable dan payable bagi perusahaan rintisan? Dan Apakah lebih baik menjadi generalis atau spesialis?
Pertanyaan pertama dijawab oleh Wahyu Trenggono dengan menyatakan bahwa yang terpenting dan musti ditarget adalah kelulusan itu sendiri "lulus cepat atau lambat? Jawaban saya adalah yang penting lulus.", lambat atau cepatnya tidak perlu untuk terlalu dipikirkan, tambahnya. Lantas, Agnes Maria menjawab pertanyaan kedua bahwa ketika menjadi mahasiswa baru, kita bebas untuk mengikuti kegiatan kemahasiswaan, berfokus pada akademik, bahkan bersenang-senang bersama kawan, asalkan kita tetap berpacu pada manajemen waktu yang baik. Jumadi Anggana menjawab pertanyaan ketiga dengan saran untuk sourcing dan pemilihan supplier yang negotiable bagi bisnis rintisan. Mukhlis Ishak melanjutkan untuk menjawab pertanyaan keempat, dengan memberikan opsi alternatif bahwa lebih baik menjadi adaptif, sebab lingkungan kerja di era digital menuntut kita untuk memahami bisnis proses secara holistik sehingga menjadi generalis, namun pada saat yang bersamaan, profesional juga dituntut untuk memiliki ekspertis yang dalam pada sebuah pekerjaan, misalnya business intelligence.
Lantas, hadirin dibagi menjadi tiga grup berdasarkan minat karir mereka: multinational company, public company, dan start your own business. Ketiga grup melakukan sesi mentoring dan diskusi dengan saksama. Selepas diskusi yang berlangsung partisipatif, MC memandu sesi dokumentasi dan doa bersama, serta menutup KAFEGAMA 91 Back to Share. Alumni dibebaskan untuk mengeksplorasi renovasi maupun kenangan FEB UGM sembari melepas rindu di tiap sudut fakultas tercinta.
Reportase: Hayfaza Nayottama