Asesmen Pengaruh Ekonomis Pandemi Corona terhadap Jerman dan Uni Eropa
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1997
Efek ekonomis dari Pandemi Corona dirasakan oleh seluruh belahan dunia tak terkecuali Jerman dan Uni Eropa. Hal ini menjadi sebuah pelajaran berharga, tak hanya bagi Jerman dan Uni Eropa, tetapi bagi seluruh negara di dunia yang mencoba menelaah daya pukul wabah corona terhadap perekonomian nasional dan internasional. Merespon hal tersebut, pada Kamis (30/7) International Week (iWeek) menggelar sebuah seri kuliah yang dibawakan oleh Prof. Dr. Dirk Wentzel, seorang dosen Pforzheim University. Kuliah ini memiliki judul “Implikasi Ekonomis dari Pandemi Corona terhadap Jerman dan Uni Eropa (dengan fokus spesial pada sektor olahraga dan media)”. Laiknya dijelaskan pada judulnya Prof. Dirk, pembahasan implikasi ekonomis dari pandemi nantinya juga akan dikerucutkan pada sektor olah raga dan media hiburan.
Prof. Dirk memulai kuliah iWeek dengan pengantar menuju gambaran besar tantangan pandemi terhadap sains, kesehatan, sistem ekonomi, hingga stabilitas politik. Pandemi corona menyerang seluruh sudut bumi, menempatkan negara-negara di dunia pada ancaman bersama, serta membuka kelemahan institusional pada tiap negara di dunia. Prof. Dirk melanjutkan penjelasan secara spesifik mengenai impak ekonomis yang terjadi di Jerman dan Uni Eropa. Studi yang dilakukan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memaparkan bahwa secara komparatif, Jerman bekerja cukup baik dalam melawan dampak ekonomis COVID-19, dibuktikan dengan kerusakan ekonomi yang ‘hanya’ mencapai 5,4% Produk Domestik Bruto (PDB) serta upaya distribusi paket penyelamatan pada para pekerja, atau yang biasa disebut Kurzarbeitergeld. Namun, hal ini tidak bertahan lama, Jerman memutuskan untuk melakukan lockdown keduanya pada November 2020. Lockdown inilah, ditambah gelombang baru pandemi yang disepelekan, yang secara cukup masif meruntuhkan perekonomian Jerman, jelas Prof. Dirk.
Prof. Dirk memaparkan pula mengenai adanya dua kurva yaitu kesehatan dan ekonomi. Prof. Dirk menjelaskan bahwa keduanya saling bertaut. Misalnya, bila pandemi berlanjut maka biaya makroekonomi akan tumbuh lebih lanjut. Kekhawatiran bertumbuh pula sebab menurut studi Oxfam (2021) efek pandemi corona memiliki distribusi yang tidak merata dan cenderung merugikan masyarakat miskin. Untuk melandasi pemaparannya, Prof Dirk juga melakukan asesmen sejarah terkait krisis ekonomi yang dimungkinkan sepadan dengan efek pandemi COVID-19. Asesmen tersebut menyimpulkan bahwa krisis kesehatan seperti Flu Spanyol 1918 tidak dapat dikomparasikan dengan impak dari COVID-19 yang terkatalisis oleh ekonomi dan pariwisata dunia yang kini memiliki interdependensi sangat tinggi.
Pengaruh besar pandemi juga menggeser anggaran negara Jerman. Pada 2021 silam Pemerintah Jerman meluncurkan utang publik mencapai 218,5 miliar Euro, yang menjadi rekor utang Jerman tertinggi sepanjang sejarah. Maka muncul pertanyaan mengenai kebijakan fiskal dan finansial yang seharusnya dijalankan pemerintah Jerman. Dari perspektif Uni Eropa, Uni Eropa berintegrasi memformulasikan solusi terhadap efek dari pandemi. Uni Eropa menjawab permasalahan-permasalahan tersebut dengan wacana "Next Generation EU". Next Generation EU menerbitkan dana penyelamatan sebesar 750 miliar Euro yang berbentuk obligasi. Next Generation EU juga mencanangkan pemotongan dana Green Deal untuk melawan perubahan iklim di Eropa dari 40 miliar ke 17 miliar Euro.
Prof. Dirk lantas memaparkan dua studi kasus yaitu mengenai sektor olah raga dan hiburan. Karakterisasi sektor olah raga dapat dibagi menjadi aspek mikroekonomi dan aspek makroekonomi. Olah raga memiliki dan berpengaruh pada sumber pendapatan berbagai sektor mulai dari dari tiket pertandingan, sponsor, merchandise, media, hadiah kejuaraan, dan hadiah transfer atlet. Namun, lockdown serta situasi pandemi telah memperlambat mobilitas dan edukasi atlet serta menurunkan pendapatan atlet serta pemasukan bagi klub. Berdasarkan kondisi ini, Pemerintah Jerman menerbitkan "Coronahilfe Profisport" dan menggelontorkan paket penyelamatan sebesar 200 juta Euro. Kejadian sebaliknya dialami oleh sektor media. Media mengalami ledakan profit oleh sebab adaptasi dan peningkatan pesat digitalisasi. Sebut saja platform Streaming Video On Demand (SVOD) seperti Netflix dan DAZN yang mengalami peningkatan pengguna dan trafik secara pesat. Peningkatan pendapatan juga dialami oleh mesin pencarian, situs perbelanjaan daring, serta platform komunikasi dan rapat daring misalnya Zoom dan Webex.
Di akhir sesi, Prof. Dirk merekap dampak ekonomis dari pandemi secara global, terkhusus untuk regional Eropa. Lebih spesifiknya, corona secara masif telah mencederai perdagangan serta rantai pasok. Namun, negara-negara menunjukan perlawanan yang kuat melalui ketahanan ekonomi dan kerjasama internasional seperti G7 Summit. Prof. Dirk lantas menjelaskan dengan optimis bahwa vaksinasi penuh akan menjadi kunci kebangkitan atas krisis perekonomian global.
Reportase: Hayfaza Nayottama
Video: https://youtu.be/ZW3OEAWeaKk