Usaha Rintisan Memiliki Potensi yang Sangat Besar untuk Berkembang
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2490
Di era saat ini, wirausaha mulai digandrungi para generasi muda. Topik terkait hal tersebut menjadi bahasan dalam acara CEO Talk "Entrepreneurship Before 30s" sebagai salah satu kegiatan dari acara Peresmian Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bank BNI FEB UGM. Kegiatan ini diselenggarakan pada Rabu (8/3) di Lantai 1 Grha Sabha Pramana (GSP) UGM. Tujuan dari kegiatan ini adalah memotivasi para generasi muda, khususnya mahasiswa, untuk mulai berwirausaha. Pada pelaksanaannya, kegiatan tersebut menghadirkan seorang pembicara yakni Royke Tumilaar selaku Direktur Utama PT BNI Tbk.
Dalam pemaparannya, Royke menjelaskan bahwa terdapat setidaknya tiga hal mengapa generasi muda harus memiliki mindset untuk berwirausaha. Pertama, persentase wirausahawan di Indonesia masih rendah jika dibandingkan negara lain di ASEAN, yakni hanya sebesar 3,47%. Selain itu, jumlah ketersedian lapangan kerja juga masih minim dan tidak sebanding dengan banyaknya penawaran tenaga kerja di pasar. Menurut data, angka lulusan sarjana/diploma mencapai 1,5 juta per tahun, sedangkan lapangan pekerjaan yang tersedia hanya sebesar tiga ratus ribu. Royke mengatakan bahwa keadaan tersebut harus menjadi pendorong untuk mulai berwirausaha. “Dengan berwirausaha, kita mempunyai fleksibilitas yang tinggi, kesempatan untuk mengaktualisasi diri, juga peluang untuk menciptakan lapangan pekerjaan,” ujarnya.
Selanjutnya, Royke memaparkan bahwa kewirausahaan (UMKM) merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan data terkini, UMKM menyumbang GDP Nasional sebanyak 61,07% atau senilai Rp8.574 triliun. Kontribusi UMKM terhadap ekspor nasional juga terbilang besar, yakni 15,69% atau senilai Rp339,2 triliun. Bahkan, keberadaan UMKM di Indonesia terbukti dapat menyerap 119,56 juta tenaga kerja. Royke juga mengatakan bahwa saat ini usaha rintisan memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang, utamanya setelah pandemi Covid-19. Menurutnya, para generasi muda bisa memanfaatkan momentum tersebut untuk mencoba beberapa bisnis baru yang potensial, seperti halnya bisnis makanan dan minuman, perlengkapan olahraga, produk ramah lingkungan, hingga media digital.
Pembahasan berikutnya yakni mengenai model bisnis. Royke membagikan tips bagaimana membangun sebuah model bisnis yang baik: dari mengidentifikasi segmentasi dan target pasar hingga menetapkan harga yang kompetitif dan memperhitungkan value for money. Menurutnya, model bisnis merupakan suatu hal yang harus sangat diperhatikan. Meski demikian, dalam menjalin bisnis, kenyataan di lapangan sering kali tidak sesuai dengan ekspektasi dan rencana awal. Oleh karena itu, berwirausaha berarti siap untuk jatuh-bangun dan akrab dengan kegagalan. Royke juga menekankan bahwa networking merupakan pondasi penting dalam membangun perusahaan. Para anak muda bisa memulai wirausaha dengan menjadikan teman sebagai partner. “Jangan menutup diri dan bertemanlah dengan banyak orang, karena dengan begitu kita bisa membuka peluang bagi bisnis kita untuk dapat berkembang pesat,” tambahnya.
Topik terakhir membicarakan bagaimana perbankan turut andil dalam membantu kesuksesan berwirausaha. Saat ini, peran perbankan tidak terbatas menjadi lembaga perantara, tetapi juga sebagai ecosystem orchestrator dalam pengembangan usaha UMKM. Perbankan memiliki serangkaian program yang bertujuan mendukung UMKM untuk lebih produktif, berbasis digital, dan berskala global. Khusus untuk dukungan pembiayaan, bank akan memberikan skema yang berbeda berdasarkan fase dan kondisi usaha. Karena itu, Royke mengatakan bahwa dalam sebuah bisnis sangat penting memiliki perizinan badan usaha, cash flow yang terstruktur, dan perencanaan yang jelas untuk dapat mendapatkan modal dari bank. Kegiatan tersebut diakhiri dengan sesi tanya jawab yang disambut secara antusias oleh para peserta.
Reportase: Adella Wahyu Pradita