Ketangguhan dan Kerentanan Psikologis di Era Pasca Pandemi
- Detail
- Ditulis oleh Kirana
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1290
Memasuki era pasca pandemi, ketangguhan (resilience) dan kerentanan (vulnerability) menjadi bahasan relevan setelah hampir seluruh individu di dunia berhasil berjuang menghadapi segala perubahan yang Covid-19 bawa terhadap kehidupan. Topik menarik terkait hal tersebut bertajuk "Psychological Resilience and Vulnerability: An Introduction" menjadi bahasan dalam salah satu seri kuliah sebagai bagian dari program musim panas virtual yang diadakan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) pada Rabu (06/07), yaitu International Week (iWeek) 2022. Pada pelaksanaannya, seri kuliah tersebut menghadirkan seorang pembicara ahli terkait topik tersebut, yaitu Dr. Rebecca Graber dari University of Brighton, United Kingdom.
Di awal presentasinya, Dr. Graber menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat membuat orang lebih mungkin mengalami stres atau kesusahan seperti peristiwa penuh stress (stressful events), kesedihan dan kehilangan, batasan strategi koping, dan isolasi sosial atau kesepian. Selanjutnya, ia juga menjelaskan terkait relevansi antara ketangguhan dan kerentanan terhadap era pandemi Covid-19. Berdasarkan data yang ia dapatkan, selama pandemi Covid-19 masyarakat dunia sebanyak 36,5% mengalami stress, 50% mengalami tekanan psikologis, dan 27,6% mengalami masalah tidur. Dalam sebuah organisasi mungkin secara kolektif seorang individu lebih tangguh dan lebih mampu mengatasi kondisi yang merugikan.
Selanjutnya, Dr. Graber menjelaskan lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan ketangguhan, Beliau mendefinisikan ketangguhan (resilience) sebagai proses perubahan psikologis positif dalam kesulitan ringan dan campuran kepribadian, keterampilan mengatasi, dan sumber daya relasional dan sosial budaya untuk mempertahankan kesejahteraan Resiliensi juga dapat dipahami sebagai proses interaktif yang memanfaatkan aset pribadi bersama dengan sumber daya relasional dan kontekstual, untuk mendukung hasil yang lebih baik dalam konteks kesulitan non-normatif (Liebenberg, 2020).
Dr. Graber dalam presentasinya juga menjelaskan mengenai beberapa mekanisme perlindungan (protective mechanism) yang terbukti sangat bermanfaat bagi kesejahteraan dalam banyak konteks yang berbeda, khususnya konteks organisasi. Yang pertama ada nilai kebudayaan dan sumber daya finansial, Yang kedua adalah pemantauan dan dukungan orang tua dan kehidupan rumah tangga yang stabil. Lalu, terdapat keterampilan mengatasi dan guru/rekan yang mendukung. Yang terakhir adalah ketekunan.
Di akhir presentasinya, Dr. Graber menyebutkan beberapa penerapan praktis ketahanan di era pasca pandemi ini yang dapat dilakukan antara lain dengan mengenali bahwa suatu keadaan menantang akan berbeda dampaknya bagi setiap orang serta setiap orang memiliki kekuatan dan sumber daya yang berbeda-beda. Selain itu, kita juga dapat mencari solusi multi-level, menciptakan peluang untuk ikatan sosial, mengatasi ketidaksetaraan sosial dan pribadi melalui alat yang tersedia, dan mendukung keterlibatan dengan komunitas.
Reportase: Kirana Lalita Pristy