Prof. Dr. Supriyadi, M.Sc. CA., Ak. Dikukuhkan Sebagai Guru Besar bidang Ilmu Akuntansi
- Detail
- Ditulis oleh Adella
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1559
Pada Selasa (27/06), Prof. Dr. Supriyadi, M.Sc., C.A., Ak. resmi dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Acara ini diselenggarakan secara luring di Balai Senat UGM dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Universitas Gadjah Mada. Prof. Supriyadi merupakan lulusan sarjana dari program studi Akuntansi FEB UGM pada tahun 1988. Selanjutnya, beliau menempuh gelar Master of Science (M.Sc.) bidang Akuntansi dari California State University, Fresno, Amerika Serikat pada 1993 dan meraih gelar doktor bidang akuntansi dari University of Kentucky, Amerika Serikat pada 1998. Pidato inaugurasi yang beliau sampaikan dalam acara pengukuhan ini berjudul “Tantangan Kompetensi Etika di Bisnis Era Digital”.
Prof. Supriyadi memaparkan bahwa teknologi berkembang sangat pesat dan tidak terbendung lagi saat ini. Digitalisasi proses bisnis yang berkembang sangat dramatis tersebut telah membuka berbagai peluang baru bagi perusahaan manufaktur dan jasa serta profesional keuangan dan akuntansi. Sementara itu, tantangan yang ditimbulkan juga sama besarnya. Menurut Integrity Indonesia (2021), penelitian Kaspersky Lab yang melibatkan 26 negara di dunia mengindikasikan bahwa pelanggaran etika bisnis pada industri digital terus meningkat. Dengan demikian, pengelolaan teknologi digital harus dilakukan dengan cara bertanggung jawab secara sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Dampak perubahan teknologi telah menyasar berbagai bidang, tak terkecuali profesi akuntansi. Sementara itu, beberapa pakar mengatakan bahwa akuntansi memiliki masa depan yang suram di dunia digital. Akan tetapi, perkembangan teknologi seperti manajemen data berbasis cloud, otomatisasi proses, dan analitik canggih dapat disiapkan untuk meningkatkan pemberdayaan peran akuntan. Akuntan dapat menggunakan keterampilannya yang unik untuk mengubah wawasan berbasis hasil analisis data teknologi AI menjadi perencanaan dan pelaporan keuangan yang lebih efektif. “Dengan demikian, keahlian dan tugas akuntan pada era bisnis digital akan sangat diperluas, tetapi tetap mengacu pada kompetensi inti profesi akuntansi,’’ papar Prof. Supriyadi.
Orientasi penerapan etika bisnis adalah masyarakat luas (society) dan pemegang kepentingan (stakeholders). Namun, realitanya yang sering terjadi adalah perhatian dan kepedulian manajemen lebih terfokus pada aspek utilitarianisme keuangan bagi sekelompok pemegang kepentingan tertentu, yakni pemegang saham dan manajemen itu sendiri. Praktik bisnis semacam ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan corporate social responsibility (CSR). Dengan demikian, kompetensi etika bagi para pemain (investor, manajer, akuntan, inovator, dan karyawan) di bisnis era digital ini adalah suatu keharusan. Kompetensi etika tidak terbatas pada pemahaman prinsip-prinsip etika saja, tetapi juga harus dilengkapi dengan kompetensi tanggung jawab dan kompetensi keberlanjutan.
Reportase: Adella Wahyu Pradita