Menuju Agribisnis Modern dan Berkelanjutan dengan Dekarbonisasi dan ESG
- Detail
- Ditulis oleh Hayfaza
- Kategori: Berita
- Dilihat: 587
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) bersama PP KAFEGAMA dan PT Pupuk Kalimantan Timur menyelenggarakan Seminar bertajuk "Agribusiness Sustainability Through Environmental, Social, and Governance (ESG) Development," pada Sabtu (26/8). Seminar ini merupakan rangkaian PKT-GAMA BCC 2023 yang dilaksanakan sesaat sebelum Grand Final. Pada seminar, finalis PKT-GAMA BCC 2023 dan mahasiswa FEB UGM diundang untuk belajar dan berdiskusi bersama dalam rangka penguatan keberlanjutan sektor agribisnis di Gedung Pembelajaran lantai 8 FEB UGM.
Sambutan Dekan FEB UGM Prof. Dr., Didi Achjari, M.Com.,Ak., CA. Selepas itu, Wakil Ketua Umum PP Keluarga Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM (KAFEGAMA) sekaligus Direktur Utama PT Saraswati Indoland, Dr. Bogat Agust Riyono, juga melangsungkan sambutan. Seusai serangkaian sambutan, acara ini berlanjut ke sesi utama yaitu seminar yang dimoderatori oleh Maya Lynn yang merupakan Champion PKT-GAMA BCC 2022 sekaligus alumni MBA FEB UGM. Maya mengenalkan kedua pembicara seminar yaitu Emilia Setyowati, Sekretaris Eksekutif Binaswadaya, dan Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Associate Professor Departemen Ilmu Ekonomi FEB UGM.
Seminar diawali dengan presentasi oleh Dr. Poppy. Dr. Poppy memulai dengan menggambarkan kontribusi sektor agrikultur. Dalam segi ekonomi, sektor agrikultur berkontribusi pada 12,91% Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Namun, sektor agrikultur juga memiliki 2.4% sumbangsih terhadap emisi agrikultur global selama 2015 hingga 2021. Pada intinya, meski agrikultur berperan vital terhadap pemenuhan keamanan pangan Indonesia, sektor ini juga menjadi biang perusak lingkungan serta memperparah perubahan iklim. Dr. Poppy lantas memaparkan lebih rinci mengenai sumber-sumber emisi dari aktivitas agrikultur. Menghadapi hal ini, Dr. Poppy menegaskan pentingnya dekarbonisasi agrikultur, salah satunya dengan laporan keuangan dan akuntabilitas berbasis ESG dan program net zero emission yang ditarget Indonesia pada tahun 2060 kelak.
Dalam seminar yang sama, Emilia melanjutkan dengan kembali memaparkan kondisi demografis sektor pertanian Indonesia: 27,68 juta rumah tangga pertanian namun hanya 13,44% persentase petani yang menggunakan internet dan 47,29% persentase rumah tangga pertanian yang menggunakan teknologi pertanian (SUTAS, 2018). Dalam hal ini, pertanian di Indonesia masih jauh dari penerapan pertanian modern, sehingga belum dapat memenuhi tantangan pertanian baik global (food security, nutrition, dan sustainability) serta nasional (kelembagaan pertanian, penguatan SDM dan riset pertanian, penguatan produksi, peningkatan kesejahteraan petani, serta pasca panen dan distribusi perdagangan luar negeri). Padahal pertanian Indonesia memiliki potensi besar: mulai dari keanekargaman hayati terbesar di dunia, pangsa penduduk produktif Indonesia sebesar 70,27% serta luas daratan mencapai 1,9juta km² dan perairan mencapai 6,5juta km², lanjut Emilia. Maka dalam mewujudkan hal ini, pertanian Indonesia memerlukan transformasi sistem pangan serta pertanian yang lebih inovatif, berdaya saing, tangguh serta berkelanjutan. Hal ini dapat diwadahi melalui lembaga edukasi dan penyuluhan pertanian misalnya Trubus Bina Swadaya.
Paparan Emilia tentu yang selaras dengan paparan Dr. Poppy sebelumnya mendukung sustainable development goals (SDGs) tujuan ke 2 (no hunger), 12 (responsible production and consumption), 13 (climate action), dan 17 (partnership for the goals). Selepas kedua paparan, moderator membuka sesi tanya-jawab yang diikuti dengan antusias oleh para finalis maupun peserta seminar. Selesainya sesi tanya-jawab sekaligus mengakhiri seminar ini, berlanjut dengan presentasi dan Grand Final PKT-GAMA BCC 2023.
Reportase: Hayfaza Nayottama
Simak video selengkapnya https://www.youtube.com/live/kvnH_1LFQhM