FEB UGM Gelar Konferensi Internasional Tahunan GAMAICI ke-8
- Detail
- Ditulis oleh Hayfaza
- Kategori: Berita
- Dilihat: 877
Gadjah Mada International Conference on Islamic (GAMAICI) ke-8 merupakan serangkaian acara konferensi internasional yang diselenggarakan Pusat Kajian Ekonomika dan Bisnis Syariah (PKEBS) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) dalam rangka diseminasi riset dan menjelajahi topik dan isu seputar ekonomi dan bisnis islam. GAMAICI terdiri dari GAMAICI- Economics and Development (GAMAICIED), GAMAICI- Accounting and Finance (GAMAICIAF) dan GAMAICI- Business Research (GAMAICIBR). GAMAICI ke-8 bertema "Sustainable Development through Islamic Finance: Opportunities and Challenges in Accounting, Business, and Economics". Kegiatan ini selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs) Tujuan 1: Tanpa Kemiskinan dan Tujuan 9: Infrastruktur, Industri, dan Inovasi.
Pembukaan GAMAICI ke-8 diselenggarakan pada Minggu (29/9) di Gedung Pusat Pembelajaran lantai 8 FEB UGM. Pembukaan konferensi ini diawali oleh sambutan Ahmad Zaki, S.E. M.Acc, Chair of the Commttee of GAMAICI, dilanjutkan sambutan Gumilang Aryo Sahadewo, S.E., M.A., Ph.D., Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerjasama, dan Alumni. Lantas, konferensi berlanjut menuju sesi utama yaitu seminar yang dimoderatori oleh M Akbar FA, S.E., M.Sc, Dosen Departemen Akuntansi FEB UGM. Pembicara pertama dalam seminat ini ialah Prof. Habib Ahmed, Professor & Sharjah Chair in Islamic Law & Finance at Durham University, mengenai “Islamic Finance and Sustainability: Synergies and Innovation”. Prof. Habib memaparkan bahwa dunia, diinisiatori oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyetujui untuk berusaha mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) pada 2030, terdiri dari 17 tujuan.
Prof. Habib lantas memaparkan bahwa SDGs berkorelasi kuat dan selaras dengan kelima maqasid al shariah dalam Islam (agama, kehidupan, kecerdasan, keturunan, dan kekayaan) yaang mencakup peningkatan kesejahteraan masyarakat dan planet. Di samping itu, dalam ekonomi Islam, nilai-nilai ekonomi Islam menjadi prinsip dalam praktik keuangan shariah yang berkontribusi pula pada SDGs. Prof. Habib kemudian merincikan riset oleh The General Council for Islamic Banks and Financial (CIBAFI) mengenai industri shariah global, peluang dan tantangan, serta inovasi yang diperlukan dalam membangun industri keuangan shariah global, misalnya dengan prinsip halal dan thayib. Keuangan shariah juga memiliki potensi besar sebagai pemberdaya inovasi di kalangan masyarakat muslim dunia, ungkas Prof. Habib.
Sesi seminar dilanjutkan oleh Dr. Imam Teguh Saptono, selaku Deputy Head I of Executive Board of Badan Wakaf Indonesia, bertajuk “Enhancing Waqf Sustainability: Innovative Approaches, Strategies, Future Trends, and Prospects”. Dalam presentasinya Dr. Imam menjelaskan mencakup mengenai pembangunan ekonomi, keuangan shariah, dan peran waqaf. Dr. Imam mengawali dengan tantangan dalam ekonomi global, mencakup tensi geopolitik, perubahan iklim, digitalisasi, dan pandemi. Lantas, Dr. Imam memaparkan bahwa sistem ekonomi global menimbulkan frustasi global yakni kesenjangan sosial ekonomi dan angka kemiskinan yang makin melebar.
Mengatasi hal ini, Dr. Imam menjelaskan bahwa sistem ekonomi Islam, melalui instrumen finansial Zakat Infaq Shadaqah Wakaf (ZISWAF) mampu mengatasi kesenjangan dalam permasalahan ekonomi global. Lebih rincinya, Wakaf akan berperan dalam membangun infrastruktur sipil, Zakat akan berperan sebagai penyelamat ekonomi dari kemiskinan, lantas Infaq dan Shadaqah akan berperan menjadi bantalan ekonomis. Dr. Imam memaparkan lebih lanjut mengenai potensi Zakat pada ekonomi Ummat, pada konteks mikroekonomi maupun makroekonomi. Salah satu instrumen finansial shariah yang memiliki potensi ekonomi besar ialah skema Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS). Instrumen ini berhasil memenangi Global Innovation Award dari IsDB 2023 serta menjadi pionir kebangkitan wakaf di Indonesia. Dr. Imam menyimpulkan bahwa ZISWAF yang diintegrasikan dengan infrastruktur sistem informasi digital, disokong dengan meningkatnya pasar filantrofi Islam, dapat membawa ekonomi shariah menjadi solusi atas permasalahan ekonomi global, utamanya kesenjangan dan kemiskinan. Pembukaan GAMAICI berlanjut dengan tanya jawab yang diikuti secara antusias oleh peserta konferensi.
Reportase: Hayfaza Nayottama