Perjuangan Love’s, Anak Penjual Rempeyek Masuk Tanpa Tes dan Kuliah Gratis di FEB UGM
- Detail
- Ditulis oleh Kurnia
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2126
Keberhasilan datang pada mereka yang bekerja keras dan tidak pantang menyerah. Pepatah tersebut layak disematkan pada Love’s Nurani Hasan (19) dalam mengejar mimpi meraih pendidikan ke perguruan tinggi. Semangat, tekad kuat, kerja keras, serta ketekunan dalam menuntut ilmu berhasil menghantarkan Love’s diterima kuliah di Program Studi (prodi) Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM).
Love’s diterima sebagai mahasiswa baru UGM tahun 2024 tanpa tes melalui jalur Seleksi Nasional Berdasar Prestasi (SNBP). Bahkan ia mendapat beasiswa uang Kuliah Tunggal (UKT) 100% sehingga dibebaskan dari biaya pendidikan hingga lulus.
Kuliah di prodi Akuntansi UGM menjadi impian besar Love’s sejak bangku SMA. Keinginan tersebut kian menguat setelah dirinya meraih juara 2 di National Accounting Competition Gadjah Mada Accounting Days 2023. Ia pun giat belajar dan berprestasi selama sekolah untuk mewujudkan cita-cita untuk mewujudkan mimpi besarnya itu. Terlebih mengingat kondisi keluarga bukan dari kalangan berada. “Sebenarnya keinginan kuliah sudah ada sejak SMP. Namun saat itu saya masih ragu mengingat keterbatasan ekonomi keluarga,” tuturnya, saat dihubungi Jum’at (14/6).
Berjuang Dalam Keterbatasan
Love’s merupakan anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Yuli Nur Hasan (53) dan Eny Rosida (52). Ia lahir dan besar di sebuah kota kecil di Kelurahan Kanigaran, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Sang ibu menjadi tulang punggung keluarga dengan berjualan bumbu pecel dan menerima pesanan rempeyek dari tetangga. Hasil yang diperoleh pun tidak seberapa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Dulunya keluarga saya berkecukupan, tetapi semenjak tahun 2017 kedua orang tua saya mengalami kecelakaan. Sejak saat itu ayah mengalami cedera ditambah beliau divonis mengidap diabetes sehingga tidak bekerja lagi,” paparnya.
Semenjak saat itu, Love’s mengatakan tidak ada lagi tulang punggung dalam keluarga sehingga kondisi perekonomian keluarga menurun drastis, bahkan tidak ada pemasukan sama sekali. Tak ayal, keluarga mau tak mau harus menjual aset yang dimiliki untuk bertahan hidup.
Sejak itu Love’s terlatih untuk hidup mandiri dan mencukupi kebutuhan sendiri sekaligus membantu orang tua. Sejak SD ia berjualan tas, stiker, masker wajah, aksesoris, dan kerudung. Hal itu ia lakoni hingga akhir SMA. Saat akhir SMA, Love’s terpaksa berhenti berjualan karena sepi peminat. “Saya juga sempat bekerja sebagai pramuniaga di butik dan menjadi host live sebuah online shop. Saya mengatakan kepada orang tua bahwa nantinya saya juga akan berusaha membantu mencukupi kebutuhan kuliah saya sendiri. Saya sudah terbiasa berjuang, jadi saya juga akan selalu berjuang untuk mimpi-mimpi saya,” urainya.
Berprestasi Sejak Bangku SD
Meski dalam kondisi penuh keterbatasan, Love’s tidak lantas menyerah untuk memperjuangkan mimpinya. Hebatnya, meski harus berbagi waktu mencari rupiah demi rupiah untuk memenuhi kebutuhan hidup, ia tetap konsisten untuk belajar dan berprestasi. Sejak SD hingga SMA ia selalu menduduki peringkat terbaik di kelas. Sederet prestasi juga berhasil diraih Love’s sedari bangku sekolah dasar. Bahkan ia menjadi peraih Nilai Rata-Rata UN Tertinggi Se-Kota Probolinggo di tingkat SD kala itu. Lalu di tingkat SMP, salah satu prestasi yang cukup membanggakan berhasil diraih Love’s adalah dalam dua tahun berturut meraih juara 1 Lomba Siswa Berprestasi Tingkat Kota Probolinggo Tahun 2019 & 2020.
Tak hanya itu, ia juga berhasil berhasil meraih juara 3 Lomba Menulis Essay Tingkat Kota Probolinggo dan menerbitkan novel berjudul "Love Yourself" di tahun 2019. Deretan prestasi terus ditorehkan Love’s di bangku SMA mulai dari Juara 1 Lomba Musik Islami Tingkat Kota, Juara 3 OSN Ekonomi Tingkat Kota, Juara 1 Kompetisi Ekonomi Syariah Tingkat Kota, Juara 1 Olimpiade Akuntansi Tingkat Nasional Universitas Widyagama, Juara 1 OSN Ekonomi Tingkat Kota, Juara 1 Kompetisi Ekonomi Syariah Tingkat Kota, Juara 2 Juara National Accounting Competition Gadjah Mada Accounting Days, dan Juara 3 Olimpiade Ekonomi Tingkat Nasional PRE Universitas Jember. “Setiap dapat hadiah dari lomba-lomba, saya selalu menyisihkan untuk membeli kebutuhan rumah,” ucapnya.
Melihat rekam jejak Love’s yang cukup baik di bidang akademis, para guru di sekolahnya, tepatnya SMA Negeri 1 Kota Probolinggo mendorongnya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Para guru meyakinkannya untuk tidak takut mengejar mimpi. Awalnya Love’s tidak pernah berani mengungkapkan keinginannya untuk berkuliah. Ia takut keinginan itu akan membebani orang tuanya. Hingga dia berkonsultasi dengan Ketua Komite di sekolah yang meyakinkannya untuk membulatkan tekad mengejar mimpi. Akhirnya ia pun berani mengungkapkan keinginan untuk kuliah ke orang tuanya. Ternyata apa yang menjadi ketakutannya hanyalah ketakutan semata, kedua orang tuanya langsung memberikan dukungan penuh untuknya berkuliah.
Love’s mengatakan sang ibu adalah sosok yang selalu memotivasinya untuk terus menggapai mimpi. Tidak sedikit perjuangan yang dilakukan sang ibu mendukungnya meraih pendidikan dan berprestasi. “Mama merupakan sosok yang selalu memotivasi saya untuk tetap semangat di tengah banyaknya omongan-omongan yang meremehkan. Ada saja yang meremehkan mimpi saya, mereka bilang anak orang miskin mustahil untuk kuliah,” ucapnya.
Ia ingat betul bagaimana perjuangan sang ibu yang terus mendukungnya untuk terus kuat dan tidak lelah berjuang. Salah satu yang cukup membekas dalam ingatannya adalah saat ia akan berangkat mengikuti olimpiade saat SMA. Waktu itu hujan turun cukup deras, sementara keluarganya sama sekali tidak memiliki jas hujan atau payung, bahkan uang untuk memesan ojek. Sang ibu menerjang hujan berlarian dari rumah satu tetangga ke tetangga lainnya untuk meminjam jas hujan. “Saat SMP saya terbiasa jalan kaki ke sekolah yang jaraknya sekitar 700 meter, saat hujan biasanya saya menunggu hujan reda di halte depan SMP. Pernah suatu hari hujan tidak kunjung reda dan Mama menjemput saya dengan sepeda dan jas pinjaman dari tetangga. Perjuangan orang tua demi saya benar-benar luar biasa,” jelasnya.
Pelangi Selepas Hujan
Ia mengungkapkan kuliah di UGM merupakan impian besarnya. Setiap muncul pertanyaan dari orang-orang sekitar akan kuliah dimana, dengan lantang dan penuh keyakinan Love’s menjawab UGM. Kini ucapan itu telah menjadi kenyataan. Rasa bangga, terharu, sekaligus senang bercampur menjadi satu hingga tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
“Saya masih tidak percaya sudah sampai di titik ini. Rasanya perjuangan dan seluruh kesulitan yang saya alami kemarin sudah terbayarkan dengan mimpi ini yang menjadi kenyataan. Benar kata orang-orang bahwa perjuangan tidak akan mengkhianati hasil dan benar bahwa akan datang pelangi setelah hujan,” terangnya.
Ia pun tak henti mengucap syukur. Sebab, tidak hanya diterima kuliah di FEB UGM tanpa tes saja, tetapi ia juga mendapatkan beasiswa UKT 100% sehingga dibebaskan dari biaya pendidikan selama kuliah. “Sempat khawatir tidak bisa membayar UKT, tapi keluarga meyakinkan saya untuk terus berikhtiar dan bertawakal pada Allah dan benar ada jalannya. Saya sangat berterima kasih kepada UGM karena telah membantu saya dan membuktikan kalimat 'anak orang miskin tidak boleh kuliah' itu salah besar,” tegasnya.
Loves mengatakan memang tidak mudah menjalani hidup dalam keterbatasan. Namun, ia tidak pernah sekalipun berkecil hati. Ia yakin betul semua memiliki kesempatan yang sama untuk meraih mimpi, meski harus dijalani dengan usaha dan kerja yang lebih keras. ”Kita hanya perlu berusaha, melakukan yang terbaik, yakin pada mimpi kita, dan selalu berdoa serta berserah kepada Allah pasti akan selalu memberikan pertolongan. Jangan lekas menyerah karena kerikil-kerikil yang kita temui di jalan kita nanti, sebab ketika tujuan kita tercapai rasanya akan sangat indah dan memuaskan,” pesannya.
Sementara sang ibu, Eny Rosida mengaku sangat bangga dan bahagia sang puteri bisa diterima kuliah di UGM dan tanpa dikenakan biaya. Ia merasa mendapat keajaiban dari yang semula hanyalah mimpi menjadi kenyataan. Meski dalam kondisi yang serba pas-pasan, ia dan suami selalu mendukung penuh dan mengupayakan dengan segala cara untuk pendidikan putrinya. “Tidak peduli seberapa sulitnya, kami akan usahakan untuk mendukung putri kami menggapai cita-citanya. Kami berharap nantinya Love’s bisa sukses, mengangkat derajat keluarga, dan bermanfaat sekitar. Harapannya ia jadiperempuan hebat yang menginspirasi dan takut serta beriman kepada Allah,” pungkasnya.
Reportase: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals