• Tentang UGM
  • SIMASTER
  • SINTESIS
  • Informasi Publik
  • SDGs
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
  •  Tentang Kami
    • Sekilas Pandang
    • Sejarah Pendirian
    • Misi dan Visi
    • Nilai-Nilai
    • Pimpinan Fakultas
    • Pimpinan Senat
    • Pimpinan Departemen
    • Pimpinan Program Studi
    • Pimpinan Unit
    • Dewan Penasihat Fakultas
    • Laporan Tahunan
    • Fasilitas Kampus
    • Identitas Visual
    • Ruang Berita
    • Dies Natalis ke-70
  • Program Akademik
    • Program Sarjana
    • Program Magister
    • Program Doktor
    • Program Profesi
    • Program Akademik Singkat
    • Program Profesional & Sertifikasi
    • Program Sarjana Internasional (IUP)
    • International Doctorate in Business (IDB)
    • Kalender Akademik
    • Ruang dan Kegiatan
  • Fakultas & Riset
    • Keanggotaan Fakultas
    • Akreditasi Fakultas
    • Jaringan Internasional
    • Dosen
    • Profesor Tamu dan Rekan Peneliti
    • Staf Profesional
    • Publikasi
    • Jurnal Yang Diterbitkan
    • Kertas Kerja
    • Bidang Kajian
    • Unit Pendukung
    • Kemitraan Konferensi Internasional
    • Call for Papers
    • Pengabdian Kepada Masyarakat
    • Perpustakaan
  • Pendaftaran
  • Home
  • Berita

Pemerintah Mendatang Harus Punya Kemampuan Atasi Krisis

  • Berita
  • 17 April 2014, 18.07
  • Oleh : Admin

Wakil Presiden (Wapres) RI, Prof. Dr. Boediono, menegaskan sektor keuangan dan perbankan menjadi salah satu fokus bagi pemerintah saat ini dan yang akan datang dalam mengantisipasi ancaman krisis ekonomi yang timbul akibat resesi ekonomi global. Oleh karena itu, kebijakan ekonomi pemerintah sebaiknya tidak mengambil kebijakan zig-zag namun harus tetap konsisten dari pengalaman menangani krisis ekonomi

sebelumnya di tahun 1997 dan 2008. Tidak hanya itu, dukungan politik sangat diperlukan.

“Dibanding 20 tahun lalu, risiko untuk selamat dari krisis bisa datang sewaktu-waktu,” kata Wapres Boediono dalam ‘East Asia Policy Dialogue’ yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM bekerjasama dengan Econmic Research Institute foa ASEAN and East Asia (ERIA) di Sheraton Mustika Yogyakarta, Kamis (17/4).

Ketidakstabilan ekonomi global menurut Beodiono bisa mempengaruhi ekonomi Indonesia, karena sistem keuangan sudah terhubung secara global. Apalagi perputaran uang pada sistem keuangan global melebihi dari produk domestik bruto. “Dibutuhkan kemampuan negara untuk mengatasi krisis. Krisi itu ibarat letupan kecil, bisa memicu terjadinya bola salju yang menggelinding lebih cepat,” katanya.

Boediono menceritakan pengalaman pemerintah dalam mengatasi krisis di tahun 1997 dan 2008 bisa dijadikan rujukan untuk menghadapi risiko terjadi krisis di kemudian hari. “Harus ada kebijakan yang selalu kita pegang dan sudah terbukti, apabila ini dipakai, saya yakin 50 persen Negara sudah bisa menangani krisis,” katanya.

Lebih jauh Boediono menambahkan, kebijakan terpenting yang diambil pemerintah adalah tetap mentaati peraturan yang sudah dibuat khususnya untuk bidang fiskal dan moneter. “Yang paling baik adalah ikuti kepatutan, jangan main-main dengan (kebijakan) fiskal,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB UGM), Prof. Dr. Wihana Kirana Jaya, mengatakan persoalan ekonomi membutukan kebijakan publik yang cerdas. Pemanfaatan sumber daya alam tidak lagi harus beriorientasi pada peningkatan kapasitas produksi nasional jangka panjang namun juga memastikan hasil sumberdaya alam itu untuk peningkatan kualitas SDM, penyediaan infrastruktur, perbaikan kerangka hkum dan regulasi serta peningkatan stok pengetahuan sebagai penentu kesejahteraan masyarakat. “Alokasi ini harus nampak dalam politik anggaran dengan dampak yang terukur dari tahun ke tahun,” ujarnya.

Pengamat ekonomi UGM, Dr. Tony Prasetiantono, yang menjadi pemandu dalam diskusi tersebut mengatakan ekonomi nasional dalam dua tahun terakhir mengalami defisit padahal sebelumnya nilai perdagangan surplus hingga 20-40 milyar dollar. “Karena deficit, cadangan devisa kita berkurang akhirnya rupiah melemah. Untung rupiah sempat menguat karena ada seorang tokoh yang ikut jadi capres dan pemilu berjalan sukses,” katanya.

Meskipun demikian, defisit nilai perdagangan ini menurut Tony akibat komoditas perdagangan yang masih bergantung pada sumber daya alam. Dia menilai, Indonesia harus memperkuat kemampuan daya saing agar tidak selalu mengandalkan sumber daya alam dan produk dari luar.  “Perbaikan infrastruktur dan peningkatan daya saing SDM itu yang lebih penting,” katanya.

Sumber: Gusti/UGM

Views: 164

Related Posts

Seminar Nasional GloBE Rules - PwC Indonesia

Membedah Penerapan Pajak Minimum Global 15 Persen

Berita Jumat, 17 Oktober 2025

Transformasi digital menghadirkan tantangan baru dalam sistem perpajakan global. Banyak negara kehilangan hak pemajakan karena perusahaan lintas negara dapat beroperasi tanpa kehadiran fisik.

Pelatihan Pemadam Kebakaran

FEB UGM Gelar Pelatihan Penanggulangan Kebakaran

Berita Jumat, 17 Oktober 2025

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menyelenggarakan Pelatihan Penanggulangan Kebakaran pada Jumat (17/10) di Kampus Magister Manajemen FEB UGM Yogyakarta. Kegiatan ini diikuti 90 staf profesional dari berbagai unit kerja dan perwakilan mahasiswa FEB UGM.

Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kemampuan staf profesional maupun mahasiswa dalam menghadapi keadaan darurat, khususnya kebakaran di lingkungan kampus.

Ibnu Subiyanto

Dosen Purna Tugas FEB UGM, Drs. Ibnu Subiyanto, M.Si., Tutup Usia

Obituari Jumat, 17 Oktober 2025

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) kembali kehilangan satu putra terbaiknya, dosen purna tugas Departemen Ilmu Ekonomi Drs. Ibnu Subiyanto, M.Si., meninggal dunia pada hari Selasa, 14 Oktober 2025 di usia 77 tahun pukul 20.30 WIB di kediaman Perum Sidoarum, Godean, Sleman.

Drs.

Makan Bergizi Gratis

Memenuhi Ambisi, Kurang Presisi: Mengkaji Ulang Program Makanan Gratis Indonesia

Suara Akademisi Kamis, 16 Oktober 2025

Oleh Elan Satriawan & Wisnu Setiadi Nugroho
Departemen Ilmu Ekonomi

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu kebijakan unggulan Presiden Prabowo Subianto dalam visi Asta Cita untuk Indonesia Emas 2045.

Berita Terkini

  • Membedah Penerapan Pajak Minimum Global 15 Persen
    17 Oktober, 2025
  • FEB UGM Gelar Pelatihan Penanggulangan Kebakaran
    17 Oktober, 2025
  • Dosen Purna Tugas FEB UGM, Drs. Ibnu Subiyanto, M.Si., Tutup Usia
    17 Oktober, 2025
  • Memenuhi Ambisi, Kurang Presisi: Mengkaji Ulang Program Makanan Gratis Indonesia
    16 Oktober, 2025
  • Rasa Kagum di Restoran Buffet Hotel Bisa Mendorong Mindful Consumption
    16 Oktober, 2025

Agenda

  • 23Okt Seminar and Public Lecture: Macroeconomic Diagnostics for Indonesia
  • 24Okt The 9th Mubyarto Public Policy Forum (MPPF 2025)
All Events
Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada
Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Jln. Sosio Humaniora No.1, Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia 55281

Peta & Arah
Informasi Kontak Selengkapnya

Direktori Fakultas

  • Informasi Publik
  • Manajemen Ruang
  • Manajemen Aset
  • Manajemen Makam

Mahasiswa

  • Komunitas Mahasiswa
  • Layanan Mahasiswa
  • Asrama Mahasiswa
  • Pengembangan Karir
  • Paparan Internasional
  • Beasiswa
  • Magang

Alumni

  • Komunitas Alumni
  • Layanan Alumni
  • Pelacakan Studi
  • Pekerjaan & Magang
  • Beasiswa

Social Media

© 2025 Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

Kebijakan PrivasiPeta Situs

💬 Butuh bantuan?
1
FEB UGM Official WhatsApp
Halo 👋
Bisakah kami membantu Anda?
Buka percakapan
[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju