ASEAN 2030, Menuju Komunitas Ekonomi Tanpa Batas
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2600
Giovanni Capannelli, special adviser to the Dean, Asian Development Bank Institute, Tokyo, mengungkapkan Asean Economic Community (AEC) dinilai tidak lagi bisa mempertahankan keberadaannya di tengah dunia yang semakin multipolar dengan berbagai kemajuan ekonomi yang dicapai Tiongkok dan India. Oleh karena itu, Asean perlu melakukan integrasi ekonomi lebih besar lagi dari target Asean Economic Community saat ini, guna mencapai cita-cita perkembangan ekonomi di tahun 2030.
"Kondisi ekonomi 2030 suatu kondisi ekonomi yang tangguh, inklusif, kompetitif dan harmonis.Menghadapi hal itu, Asean menghadapi tantangan-tantangan diantaranya memperkuat makroenomi dan stabilitas finansial, mendukung pertumbuhan yang merata dan inklusif, mempromosikan daya saing dan inovasi serta melindungi lingkungan hidup dan mengolah sumber daya alam", katanya di Auditorium BRI FEB UGM, Selasa (2/9) pada acara Public Lecture bertema ASEAN 2030, Toward a Bordeless Economic Community.
Tantangan-tantangan tersebut, bagi Giovanni, bermakna Asean bisa menerapkan perpaduan yang pas antara reformasi struktural domestik dan inisiatif memperkuat integrasi regional. Untuk itu, perlu kebijakan makroekonomi yang sehat, perkembangan inklusif dan pertumbuhan “hijau”, penghapusan hambatan pada barang jasa dan produksi, serta memperkuat kerangka kelembagaan regional. Perpaduan kebijakan yang pas ini diperlukan agar pertumbuhan ekonomi Asean tinggi, sehingga di tahun 2030 situasi AEC mirip seperti Organization for Economic Cooperation & Development (OECD) di Eropa.
"Tanpa prakarsa untuk integrasi regional dan reformasi struktural, GDP Asean bisa jadi malah tak akan lebih dari 3 persen per tahun, dan anggotanya dipastikan tidak akan dapat mengatasi bila sewaktu-waktu terjadi bahaya bencana alam, perubahan iklim dan ketegangan politik", tuturnya.
Oleh karena itu, Giovanni berharap ASEAN jangan hanya meniru Uni Eropa. ASEAN harus fleksibel dan pragmatis serta menghindari birokrasi regional.
"Perlu efisiensi-efisiensi dan tepat waktu. Diperlukan keputusan mayoritas untuk isu-isu non-fundamental, kontribusi anggaran yang terdiversifikasi dari para anggota dan alokasi anggaran dan diperlukan SDM yang tinggi untuk Sekretariat Asean saat ini", imbuhnya.
Sumber: Agung/UGM