Mengenal Perbedaan Budaya dalam Komunikasi Internasional
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 17086
Kamis (16/2) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) kedatangan dosen tamu dari Saxion University of Applied Science, Belanda. Mereka berkunjung ke sini untuk memberikan kuliah tamu bertajuk "Intercultural Communication". Sesi perkuliahan yang berlangsung di Djarum Hall, PertaminaTower lantai 6 ini diisi oleh Evelyn Eijkelenkamp. Mahasiswa yang mengikuti perkuliahan ini tidak hanya berasal dari FEB UGM tetapi juga mahasiswa asing dari Perancis, Jepang, Austria, Belanda, dan Taiwan.
Dalam perkuliahan ini, menurut Evelyn, saat berinteraksi dengan warga negara lain yang memiliki kebudayaan yang berbeda, seseorang perlu memiliki pengetahuan mengenai budaya dari lawan bicara. Hal ini dilakukan untuk supaya meminimalisir terjadi miskomunikasi. Miskomunikasi bisa terjadi karena gestur tubuh saat berkomunikasi, perbedaan arti kata atau frasa di setiap negara, atau budaya yang dianut seperti tata cara makan. Dengan memperkaya pengetahuan budaya lain, seseorang akan mampu membuat keputusan apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dalam berkomunikasi dengan orang yang berbeda latar belakang budaya.
Dalam perkuliahan ini, Evelyn juga memberikan contoh perbedaan budaya dengan berdiskusi dengan mahasiswa yang berasal dari berbagai negara. Mahasiswa asing memberikan opini mengenai perbedaan budaya antara negara asalnya dengan Indonesia. Contohnya mahasiswa yang berasal dari Jepang menceritakan bahwa orang Indonesia begitu ramah terhadap orang yang belum dikenal. Orang Indonesia mau menyapa dan membuka pembicaraan, berbeda dengan di Jepang di mana orang tidak akan berkomunikasi apabila tidak begitu kenal.
Di akhir perkuliahan, seorang staf dari Saxon University of Applied Science memberikan informasi mengenai program kerja sama dengan FEB UGM berupa summer school. Mahasiswa FEB UGM antusias dengan program yang ditawarkan. Pertanyaan demi pertanyaan bergulir untuk menggali informasi program summer school.
Sumber: Ade/FEB