EBNEWS Pada tahun 1347, sejumlah kapal dagang merapat di pelabuhan Messina, Italia. Sebagian besar kru di kapal-kapal tersebut ditemukan meninggal dunia. Beberapa di antaranya sakit keras. Pemerintah setempat merasakan ada sesuatu yang janggal. Mereka lantas mengkontaminasi kapal-kapal tersebut serta melarang siapapun untuk membongkar muatan atau meninggalkan dermaga.
Sejumlah preman melihat kejadian ini sebagai peluang. Apalagi, tidak terlihat satu pun kru kapal yang berjaga-jaga. Mereka lantas diam-diam menyelinap ke dalam kapal dan menjarah muatannya. Tak lama berselang, kegelapan menghantui benua Eropa. Diperkirakan 75 hingga 200 juta orang meninggal dalam kurun waktu hingga 1353. Jumlah tersebut setara dengan sepertiga jumlah populasi benua Eropa di masa itu.
∗∗∗
Sadar atau tidak, kita semua hidup dalam jejaring (networks). Hubungan keluarga dan pertemanan adalah jejaring. Koneksi bisnis adalah jejaring. Komputer dan internet adalah jejaring. Wabah penyakit adalah jejaring. Politik dan kekuasaan adalah jejaring. Kultur dan hubungan sosial adalah jejaring. Bahkan emosi dan perasaan adalah bagian dari jejaring. Malah tak jarang kita terikat dalam beberapa lapis jejaring yang berbeda (multilayer).
Sayangnya, kita belum mampu memahami dan bertindak dalam perspektif jejaring. Padahal, perspektif jejaring memiliki nilai universal dalam mendeskripsikan, memprediksikan, bahkan menentukan realitas yang ada di sekeliling kita.
Secara sederhana, jejaring (networks) dapat diartikan sebagai grafik keterkaitan yang mencerminkan hubungan yang simetris maupun asimetris antar objek yang terpisah. Objek (disebut vertex atau nodes) saling terhubung satu sama lain melalui saluran yang disebut edge atau ties. Studi tentang jejaring sebenarnya telah banyak diterapkan pada beragam bidang seperti fisika, ilmu komputer, teknik elektro, biologi, klimatologi, sosiologi, hingga ekonomi dan keuangan.
Dari sisi kualitas proses, objek-objek dalam jejaring dapat memilih jalur keterhubungan sendiri (discretionary), mengelompok berdasarkan bias kesamaan karakter antar objek (assortative mixing), maupun membentuk hubungan timbal balik yang mutual (reciprocity). Dalam sebuah organisasi, kita bisa dengan mudah melihat bagaimana para anggotanya menjalin hubungan, bagaimana mereka mengelompok, serta apakah hubungan yang terbentuk saling timbal balik.
Selain itu, teori jejaring juga memaparkan sejumlah konsep yang menarik seperti misalnya sentralitas (centrality), derajat (degree), keantaraan (betweenness), modularitas (modularity), hingga efisiensi (efficiency).
Sentralitas (centrality) mengidentifikasi objek yang paling penting dalam sebuah jejaring. Ia juga mencerminkan kohesivitas jejaring tersebut. Bila kita ingin mengubah kultur sebuah organisasi atau ingin menutup penyebaran sebuah wabah penyakit, maka sentralitas adalah sasaran utama yang harus kita tuju. Pendek kata, hidup matinya sebuah jejaring sangat bergantung pada sentralitasnya.
Derajat (degree) menggambarkan tingkatan keterhubungan antar objek. Mereka yang hanya memiliki hubungan terbatas atau sedikit disebut dengan isolated vertex atau periphery. Sebaliknya, mereka yang punya banyak keterhubungan disebut dominating vertex. Dalam sebuah jejaring, tidak selalu kita bisa berinteraksi langsung dengan objek yang lain. Tak jarang, kita membutuhkan berlapis penghubung (degree) untuk sampai pada objek yang dituju.
Keantaraan (betweenness) menggambarkan jalur terpendek yang menghubungkan keseluruhan objek terluar dari sebuah jejaring. Sebuah jejaring yang memiliki keantaraan tinggi berarti mempunyai kontrol atas jejaring yang lebih baik. Sebaliknya, tingkat keantaraan yang rendah mengindikasikan tidak adanya kendali yang baik atas jejaring tersebut.
Modularitas (modularity) merupakan indikasi seberapa integral sebuah struktur dalam jejaring. Sebuah jejaring yang sangat modular berarti mudah untuk saling dirangkai pasang dengan modul atau unit yang lain. Sebaliknya, jejaring yang kurang modular cenderung sulit untuk dirangkai pasang dengan yang lain.
Efisiensi (efficiency) mengukur seberapa baik pertukaran informasi di dalam jejaring. Efisiensi sering menjadi ukuran tingginya arus informasi yang mengalir melalui saluran-saluran (edge) dalam jejaring. Semakin deras arus informasi, semakin efisien pula jejaring tersebut beroperasi.
∗∗∗
Gagasan pemikiran ilmiah yang berkembang beberapa dekade terakhir dalam ilmu sosial dan humaniora nampaknya memang lebih banyak berpusat pada perspektif numerik dan statistik. Kita sangat akrab dengan rata-rata dan distribusi (central tendency) dan seberapa besar simpangan atas suatu variabel dari rata-ratanya (variance). Perspektif ini memang membantu menjelaskan dan mengklarifikasi dunia ketika pendekatan positivistik dan penelitian empiris (evidence-based) belum lazim digunakan.
Namun, di era teknologi seperti sekarang ini, kita justru makin terperangkap pada pemahaman atas objek (vertex atau nodes) beserta segenap atributnya dan mengabaikan keterhubungan (edge atau ties). Dalam suatu organisasi, seseorang dilihat hanya berdasar profilnya, nilai tesnya, atau karakter yang melekat di dalamnya. Dalam sebuah industri, perusahaan hanya dilihat dari aset, laba, atau utang yang dimilikinya. Sangat jarang kita menganalisis seseorang dengan melihat koneksinya atau menganalisis sebuah perusahaan berbasis pada keterhubungannya.
Padahal, perspektif jejaring menawarkan tilikan (insight) yang lebih mendalam (lihat Tabel 1). Misalnya, seorang pimpinan (CEO) belum tentu menjadi pusat sentralitas dalam organisasi. Ia tidak selalu mengenal semua orang dalam organisasinya. Pun organisasi yang besar dan mapan belum tentu punya tingkat keantaraan yang tinggi pula. Bisa jadi besarnya ukuran organisasi justru membawa kontrol yang rendah atas jejaring tersebut. Dalam banyak kasus, sedikitnya aturan dan SOP malah mampu mendorong keantaraan dan kendali jejaring yang lebih baik.
Tabel 1
No | Temuan Peneliti | Peneliti |
1 | Jejaring dapat menciptakan modal sosial bagi individu | Bourdieu (1985) |
2 | Jejaring dapat menciptakan modal sosial bagi komunitas | Putnam (2000) |
3 | Jejaring organisasi dapat menjadi alternatif bagi pasar dan hirarki | Powell (1990) |
4 | Jejaring dapat menciptakan status dan kategori yang berbeda di pasar | Podolny (1993), Zuckerman (1999) |
5 | Jejaring melekatkan transaksi dalam matriks sosial dan menciptakan pasar | Granovetter (1985) |
6 | Jejaring adalah pusat (locus) inovasi pada industri teknologi tinggi | Powell et al. (1996) |
7 | Jejaring dapat mendorong terciptanya kawasan inovatif seperti Silicon Valley | Owen-Smith dan Powell (2004), Fleming et al. (2007) |
8 | Jejaring menciptakan kepercayaan serta meningkatkan kendali diri dan toleransi | Uzzi (1997) |
9 | Jejaring menginspirasi keseragaman dalam pikiran dan tindakan | Galaskiewicz (1991), Mizruchi (1992) |
10 | Jejaring membentuk difusi teknologi | Rogers (1962, 1995) |
11 | Jejaring membentuk praktik organisasi | Davis (1991), Strang dan Macy (2001) |
12 | Jejaring dapat memengaruhi selera dan preferensi individu | Mark (1998) |
Sumber: Penulis, dirangkum dari beragam literatur
Dalam situasi tertentu, ada kalanya jejaring harus melakukan konfigurasi ulang guna menyelesaikan tujuan tertentu atau menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan eksternal. Namun, tidak semua jejaring memiliki sifat modular yang sama. Ada yang sangat cair dan mudah dirangkai pisah, ada pula yang kaku dan mustahil dirangkaipisahkan meski dengan paksaan. Setali tiga uang, jejaring yang diisi oleh orang-orang jenius di bidangnya, belum tentu menghasilkan kinerja organisasi yang efisien. Bisa jadi justru masing-masing menikmati informasi untuk dirinya sendiri tanpa mendorong pertukaran dengan anggota yang lain.
Dalam situasi yang lain, ada kalanya jejaring berperilaku menyimpang dari kodratnya. Misalnya, struktur yang formal justru tidak berjalan optimal dibandingkan dengan struktur informalnya. Fenomena "klik" ini biasa disebut dengan simmelian tie. Setiap objek dalam jejaring dapat menggunakan produk atau jasa tertentu. Semakin banyak objek yang menggunakan, maka nilai dari produk atau jasa tersebut akan semakin tinggi. Hal ini disebut dengan efek jejaring (network effect). Sayangnya, bila pilihan tidak optimal, maka jejaring akan bergerak pada jalur (path dependency) yang keliru dan sulit untuk dikoreksi kembali.
Diskursus semacam ini sudah selayaknya tak hanya diangkat di lingkup akademik tetapi juga perlu dibawa ke ranah publik. Selama ini kita sudah terbiasa berpikir numerik, nyaman dengan kalkulasi, dan mampu melihat relevansi aritmatika maupun statistika dalam kehidupan kita sehari-hari. Maka sudah selayaknya kita memberanikan diri untuk melangkah lebih jauh dengan pikiran terbuka dan melihat kehidupan kita sehari-hari dari perspektif jejaring.
Perspektif jejaring yang terinternalisasi dalam diri kita mampu menolong kita melihat dan memprediksi dinamika kompleksitas dunia dengan lebih arif. Kita bisa memetakan penyebaran kebenaran maupun kebohongan (hoax), pandangan politik dan kepentingan, hingga kekayaan serta pengaruh sosial dengan lebih tercerahkan.
Akhir kata, dunia modern adalah lingkungan yang sangat kompleks. Hanya berfokus pada objek dan mengabaikan keterhubungan akan membuat kita tak ubahnya preman-preman di Messina tahun 1347. Mudah, sederhana, serba reduksionis, dan salah.
---
Artikel Dosen: Perspektif Jejaring dalam Kehidupan Sehari-hari
Dimuat pada majalah EBNEWS Edisi 25 Tahun 2017