EB News
PENDAHULUAN
Di beberapa tahun terakhir, berbagai media menyajikan informasi melalui tentang profesi dan pekerjaan dimana manusia memiliki peran yang semakin berkurang. Alasan utamanya adalah terkait dengan perkembangan teknologi informasi, robot, komputerisasi, dan otomatisasi lainnya. Informasi tersebut dilaporkan dan dipublikasikan oleh The Guardian, World Economic Forum, McKinsey Global Institute (MGI), Business Insiders, Forbes, USA Today, Money, Barclays, dan sebagainya (Guardian 2018; WEF 2018; Business Insider 2018; USA Today 2018; Barclays 2018; Money 2018; Forbes 2018). Di satu sisi, profesi dan pekerjaan seperti kasir, karyawan bank, produksi dan manufaktur semakin berkurang, sedangkan di sini lain profesi dan pekerjaan seperti perekayasa perangkat-lunak, ahli gizi, dokter bedah, keuangan dan bisnis, matematika dan komputer, agrikultur, dsb semakin meningkat. Bagaimana dengan profesi akuntan? Diantara publikasi yang ada, Business Insider menyebutkan bahwa pekerjaan akuntan dan auditor akan diambil alih oleh peran robot/komputer dalam 20 tahun ke depan. Grafik 1 berikut ini menunjukkan bahwa persentase kemungkinan bahwa pekerjaan dan profesi akuntan dan auditor yang akan diambil alih oleh robot/komputer, dengan persentase kemungkinan 94% pasti dan berada di posisi kedua setelah telemarketer (Business Insider 2018).
Grafik 1
Apakah kira-kira perkiraan tersebut benar? Secara instan, banyak pihak membenarkan publikasi tersebut karena memang sebagian peran akuntan telah digantikan oleh peran teknologi (informasi). Bagi sebagian yang lain tidak serta merta membenarkan publikasi tersebut. Sebagai contoh, Barclays menyebutkan Jobs are changing, not disappearing (Barclays 2018). Pernyataan ini dapat bermakna ganda. Yang pertama adalah perubahan yang terjadi di dalam profesi dari banyaknya perkerjaan klerikal ke pekerjaan yang sifatnya lebih memerlukan kebijakan (discretionary) dan yang lebih strategik/berdasar diskresi di dalam profesi akuntan sendiri. Yang kedua adalah perubahan yang terjadi dan mengakibatkan menurunnya peran dan kebutuhan akuntan di dunia kerja dan sehingga mereka harus berpindah ke bidang pekerjaan atau industri lain. Artikel ini membahas perubahan peran akuntan antar waktu seiring dengan terjadinya pergeseran dari yang dulu banyak perkerjaan akuntan yang sifatnya klerikal ke pekerjaan yang sifatnya lebih memerlukan judgement, diskresi, inovasi/kreasi, dan yang lebih strategik.
Pembahasan dimulai dengan pemaparan perubahan kebutuhan tenaga kerja berdasar berbagai laporan yang dipublikasikan oleh World Economic Forum (WEF), MGI, Barclays, dan Money. Mereka melaporkan pola perubahan kebutuhan tenaga kerja di berbagai industri. Selanjutnya dibahas mengenai penyebab terjadinya perubahan kebutuhan tenaga kerja dimasa depan: dari sisi teknologi dan demografi sosio-ekonomi. Berdasar pola perubahan kebutuhan tenaga kerja di berbagai industri dan penyebab terjadinya perubahan, peran profesi akuntan didiskusikan dalam rangka untuk memprediksi perubahan kebutuhan tenaga kerja professional akuntan. Bagian akhir dari artikel ini menyajikan ringkasan tentang kebutuhan tenaga kerja akuntan saat ini dan dimasa depan.
PERUBAHAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA
Di berbagai sektor industri, perkembangan teknologi informasi, robot, computer, dan media daring telah membuat peran tenaga kerja manusia tergantikan. Sebagaimana dilansir di berbagai laman seperti Forbes, USA Today, Money, the Guardian, Business Insider, World Economic Forum (WEF), telah terjadi perubahan besar berbagai industri yang disebabkan oleh kemajuan tehnologi, seperti media cetak (koran), penjualan dan sewa video dan cd, toko buku, perbankan, agen real-estate dsb (USA Today 2018). Perusahaan yang bergerak di industri tersebut telah secara besar-besaran mengurangi jumlah perkerja/karyawan mereka. Mereka juga melalukan berbagai inovasi dengan menerapkan teknologi terkini supaya dapat memenangkan persaingan dalam bisnis. Berikut ini rangkuman dari berbagai sumber yang melaporkan dan memprediksi kebutuhan tenaga kerja sekarang dan dimasa yang akan datang.
WEF mengeluarkan laporan yang didasarkan pada hasil survei terhadap 13.549.000 pekerja dari berbagai industri (Industri Dasar dan Infrastruktur, Konsumen, Energi, Jasa Keuangan & Investor, Kesehatan, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Media, Hiburan, dan Informasi, Mobilitas (Transportasi dan Logistik), Layanan profesional). Dari berbagai industri tersebut, persentase keahlian inti yang akan paling berubah/terganggu (skills disruption) terjadi pada Jasa Keuangan, Industri Dasar, dan Mobilitas. Pada industri jasa keuangan, kebutuhan pekerjaan meningkat untuk keahlian yang terkait dengan komputer dan matematika, seperti analis keuangan, keamanan sistem informasi, pusat data, dan jejaring. Sebagai konsekuensinya perusahaan-perusahaan pada industri harus meningkat keahlian para karyawan mereka melalui berbagai pelatihan.
WEF juga melaporkan tren antar waktu pasar tenaga kerja berdasarkan jenis pekerjaan (Arsitektur dan Teknik, Manajemen, Operasi Bisnis dan Keuangan, Penjualan dan hal terkait, Instalasi dan Pemeliharaan, Kontruksi dan Ekstraksi, Seni, Desain, Entertainment, Olah Raga, dan Media, Produksi dan Manufaktur, dan Perkantoran dan Administrasi). Pekerjaan yang dapat melakukan penyelesaian masalah yang komplek, pemikiran yang kritis, serta kreatifitas tinggi memiliki tren meningkat, sedangkan pekerjaan administrasi dan perkantoran memiliki tren menurun. Pekerjaan yang terkait dengan administratif menurun drastis pada semua jenis industri. Sebagai contoh, bank-bank Uni Eropa menutup 9.200 cabang dan memangkas sekitar 50.000 staf karena pelanggan semakin memilih perbankan daring di tahun 2016 (Rumney 2017).
MGI, belajar dari sejarah/tren masa lalu, memprediksi berbagai kemungkinan pekerjaan yang akan menghilang dan meningkat kebutuhannya di masa yang akan datang. Robot, komputer, dan penggunaan tehnologi telah merubah ataupun menggantikan pekerjaan manusia, serta menciptakan pekerjaan baru. Sampai dengan 2030, 75-375 juta orang di dunia harus berganti pekerjaan atau harus meningkatkan keahliannya (Manyika et al. 2017). MGI melaporkan, hampir di semua negara, kategori dengan persentase pertumbuhan pekerjaan tertinggi (sudah mempertimbangkan otomatisasi) adalah penyedia layanan kesehatan; profesional seperti insinyur, ilmuwan, akuntan, dan analis. Berbeda dari laporan Business Insider, laporan MGI ini menunjukkan peran akuntan yang meningkat antar waktu, bukan menurun. Selain itu, profesional di bidang teknologi informasi dan spesialis teknologi lainnya, manajer dan eksekutif yang karyanya tidak dapat dengan mudah digantikan oleh mesin juga meningkat kebutuhannya. Di negara berkembang terdapat sedikit pertumbuhan kebutuhan tenaga kerja seperti artis dan pemain hiburan lainnya sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat dan permintaan untuk rekreasi (Manyika et al. 2017). Berbagai profesi juga bertumbuh sejalan dengan peningkatan investasi di bidang infrastruktur dan bangunan. Pekerjaan terkait dengan layanan di lingkungan yang tidak dapat diprediksi seperti pelayanan kesehatan dan perawatan rumah juga meningkat antar waktu.
Senada dengan apa yang dilaporkan oleh MGI, Barclays (2018) juga melaporkan dan memberikan penekanan bahwa cepatnya kemajuan teknologi merubah cara orang-orang bekerja. Memang benar adanya jika mesin kini mampu mengerjakan pekerjaan yang kompleks yang seakan tidak mungkin dilakukan. Melalui artificial intelligence, mesin kini mampu belajar selayaknya manusia yang mengalami proses pembelajaran dan belajar dari pengalaman. Namun demikian, manusia tetap memiliki kelebihan dibandingkan dengan mesin. Berbagai ketrampilan dan kemampuan bawaan manusia memberikan kelebihan manusia daripada mesin. Manusia menggunakan indra untuk memproses apa yang dilihat, didengar, disentuh, dan kemudian bertindak sesuai seringkali spontan (Barclays 2018). Banyak dari apa yang manusia lakukan setiap hari tergantung pada atau belajar dari pengalaman, serta mengambil keputusan berdasarkan informasi tidak lengkap dan memerlukan judgement. Mesin belum/tidak bisa melakukannya (Barclays 2018). Di masa depan, pekerjaan yang dilakukan oleh manusia akan didominasi oleh jenis pekerjaan yang memiliki: 1) lingkup yang sangat tidak dapat diprediksi (highly unpredictable circumstances), 2) hubungan personal yang complex (complex personal relationship) seperti dokter, perawat yang kepercayaan dan kenyaman hubungan sangat penting, dan 3) membutuhkan kreatifitas (real creativity). Mesin belum mampu untuk mereplikasi ekspresi diri, emosi, opini, dan imaginasi sebagaimana halnya artist (Barclays 2018).
Lebih jauh dimasa depan, Money (2018) memperkirakan di tahun 2040 terdapat enam pekerjaan yang kiranya akan mendominasi kebutuhan tenaga kerja. Keenam pekerjaan tersebut adalah 1) Virtual Store Manager, 2) Robot Mediator, 3) Robot Trainer, 4) Drone Traffic Controller, 5) Augmented Reality Designer, dan 6) Micro Gig Agents. Keenam perkiraan perkerjaan di masa depan tersebut menunjukkan bahwa tehnologi tetap membutuhkan kendali dari manusia. Otomatisasi, komputerisasi, pengunaan daring, dan tehnologi lainnya pada dasarnya membawa perubahan besar yang meningkatkan efektivitas dan efisiensi bisnis. Namun demikian, tanpa didukung oleh pekerja yang memiliki keahlian untuk menngendalikannya, investasi pada teknologi informasi oleh perusahaan justru dapat berdampak negatif pada kinerja sebuah perusahaan.
USA Today (2018) melaporkan setidaknya terdapat 24 industri yang sudah dan mulai sekarat. Perubahan kebutuhan tenaga kerja terbesar yang terjadi selama tahun 2007-2016 adalah pada industri sewa video dan disk yang mengalami penurunan hingga 89.8%. Sedangkan perubahan terkecil dari 24 industri adalah pada industri suplai peralatan kontor dan stasioner. Industri tersebut mengalami penurunan kebutuhan tenaga kerja hingga 42.1%. Toko buku, publisher, industri textile, perbankan, percetakan, distributor koran merupakan berberapa contoh industri yang mengalami penurunan tenaga kerja dengan kisaran 42.1 – 89.8% (USA Today 2018). Forbes (2018) melaporkan industri yang mengalami penurunan kebutuhan pekerjaan/tenaga kerja selama kurun waktu 2010-2020. Penurunan tenaga kerja diantaranya terjadi pada petanian, pemroses pos dan surat-surat, penjahit, pengantar surat, penginput data, dan pekerjaan sejenis yang memiliki karakterik mekanistis, berulang, penuh kepastian. Pekerjaan-pekerjaan tersebut tergantikan oleh peran tehnologi, komputerisasi, dan otomatisasi (Forbes 2018).
Dari berbagai publikasi yang ada, dapat dipahami bahwa pekerjaan yang tergantikan oleh robot, komputer, otomatisasi, penggunaan daring, dan perkembangan teknologi lainnya terjadi pada pekerjaan yang memiliki karakterik mekanistis, berulang, dan penuh kepastian. Sedangkan perkerjaan yang memiliki lingkup yang tidak dapat diprediksi, menekankan pada hubungan personal berdasar kepercayaan dan kenyaman, dan membutuhkan kreatifitas akan memiliki tren yang terus meningkat antar waktu.
PENYEBAB TERJADINYA PERUBAHAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA
Perubahan kebutuhan tenaga kerja dikategorikan manjadi tiga berdasar urutan waktu: 1) telah terjadi, 2) sedang terjadi, dan 3) yang akan terjadi. Terjadinya perubahan besar di dalam kebutuhan tenaga kerja disebabkan oleh: 1) kemajuan teknologi; dan 2) perubahan demografi dan sosial-ekonomi (WEF 2018). Perubahan yang disebabkan oleh tehnologi, diantaranya meliputi (WEF 2018): 1) Internet (smartphone/mobile) dan teknologi penyimpanan data online; 2) Kemajuan tehnologi computer dan Big Data; 3) Kebutuhan supli energi baru dan tehnolog inya; 4) Hal-hal yang dipicu oleh adanya internet; 5) Penggunaan sumber daya bersama oleh berbagai perusahaan; 6) Kemajuan tehnologi robot dan otomatisasi transport; 7) Kemajuan tehnologi mesin dengan kecerdasan buatan; 8) Kemajuan tehnologi percetakan tiga dimensi; dan 9) Kemajuan bioteknologi. Otomasi akan membawa perubahan besar ke dunia kerja, seperti robotika mengubah atau mengganti beberapa pekerjaan, sementara perkerjaan yang lain tercipta membutuhkan manusia yang lebih sedikit (secara kuantitatif). Hal ini menyebabkan jutaan orang di seluruh dunia mungkin perlu beralih pekerjaan dan meningkatkan keterampilan (Manyika et al. 2017). Barclays (2018) juga menyebutkan penyebab utama dari perubahan kebutuhan tenaga kerja adalah kemajuan teknologi. Mesin kini mampu mengerjakan pekerjaan yang kompleks dan melalui artificial intelligence, mesin kini mampu belajar selayaknya manusia yang mengalami proses pembelajaran dan belajar dari pengalaman. Hal ini meningkatkan kemungkinan bertambahnya jumlah pekerjaan yang tergantikan oleh komputer, mesin, dan robot.
Sedangkan, perubahan yang disebabkan oleh demografi dan sosial-ekonomi, diantaranya meliputi (WEF 2018): 1) Perubahan lingkungan kerja dan flexibilitas (waktu dan tempat) di dalam pekerjaan; 2) Peningkatan kelas menengah di negara-negara berkembang; 3) Perubahan iklim, keterbatasan sumber alam, dan transisi ke ekonomi yang ramah lingkungan; 4) Peningkatan perdagangan dan mutasi ahli secara global; 5) Kepedulian konsumen terkait isu etis dan privasi; 6) Meningkatnya tren orang bekerja lebih lama (sampai di atas umur 65 tahun) dalam rangka mencukupi kebutuhan masa pensiun dan berkontribusi kepada masyarakat; 7) Meningkatnya jumlah generasi muda yang mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan mengisi pasar tenaga kerja; 8) Meningkatnya jumlah wanita yang berpartisipasi di dalam dunia kerja; 9) Meningkatnya urbanisasi. Dari aspek demografi dan sosial-ekonomi, perubahan tersebut telah dan sedang terjadi saat ini memiliki dampak pada perubahan pasar tenaga kerja. Otomatisasi membawa perubahan besar di dalam dunia kerja baik di negara maju dan negara berkembang (Manyika et al. 2017).
Bagaimana dengan profesi akuntan di masa yang akan datang? Akankah banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan demografi sosial-ekonomi? Setidaknya saat ini profesi akuntan tidak berada di dalam daftar 25 industri yang sudah dan mulai sekarat berdasar laman ustoday. Tidak pula masuk ke dalam daftar 10 slowest growing jobs dari Forbes.
TREN PROFESI AKUNTAN SAAT INI DAN DIMASA DEPAN
Sebelum dapat memahami bagaimana tren tenaga kerja profesional akuntan, perlu dipahami area dimana profesi akuntan menjalankan perannya. Bidang di dalam akuntansi meliputi akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, akuntansi publik dan entitas nirlaba, pengauditan, sistem informasi akuntansi, dan akuntansi perpajakan. Apakah benar dimasa yang akan datang pekerjaan di setiap bidang akuntansi akan membutuhkan tenaga kerja yang semakin sedikit? Berikut ini penjelasan mengenai jenis pekerjaan yang melekat pada tiap bidang di dalam akuntansi. Pembahasan yang terkait dengan teknologi dan demografi sosial-ekonomi diberikan untuk memberi gambaran tren antar waktu pekerjaan/profesi akuntan.
Akuntansi Keuangan. Peran utama yang dilakukan oleh para akuntan profesional di bidang akuntansi keuangan adalah berkaitan dengan penyusunan dan penganalisaan informasi keuangan dalam pelaporan ke pihak eksternal. Saat ini, praktik yang berlaku umum terkait dengan pelaporan keuangan adalah dengan mendasarkan pada standar akuntansi keuangan atau biasa disebut sebagai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Di dalam kontek internasional, statemen keuangan disusun berdasar International Financial Reporting Standard (IFRS). IFRS diimplementasikan dengan pendekatan principle-based. PSAK, standar akuntansi yang di Indonesia, sebagaian besar mengadopsi IFRS. Hal ini berarti IFRS dan PSAK menggunakan pendekatan berbasis prinsip. Keuntungan mendasar dari akuntansi berbasis prinsip adalah bahwa pedoman yang luas dapat praktis untuk berbagai keadaan, sehingga lebih sesuai dengan ide IFRS sebagai satu standar yang dipakai secara global. Karakteristik yang melekat pada standar akuntansi berbasis prinsip adalah adanya potensi interpretasi yang berbeda untuk transaksi serupa. Masalah dengan standar akuntansi berbasis prinsip adalah kurangnya panduan yang seringkali memiliki masalah keterbandingan. Persyaratan yang ada terkadang dapat memaksa manajer untuk membuat pertimbangan (judgement) dan kebijakan (discretionary) dalam proses penyusunan statemen keuangan. Hal ini akan meningkat sejalan dengan peningkatan kompleksitas bisnis global. Aspek ini yang tidak memungkinkan untuk digantikan dengan teknologi, sehingga perkerjaan akuntan tidak serta merta bisa digantikan dengan teknologi informasi. Dari akspek demografi, mengingat standar akuntansi saat ini cenderung akan hanya satu dan dipakai secara global, kemungkinan ekspansi bisnis keluar domisili meningkat. Semakin meningkatnya bisnis secara global maka semakin meningkat kebutuhan akan akuntan karena setiap perusahaan (termasuk anak perusahaan) membutuhkan akuntan yang bertanggung jawab di dalam penyiapan statemen keuangan. Mutasi ahli (akuntan profesional) secara global cenderung akan terjadi. Hal ini akan berpengaruh pada variasi/pergeseran kebutuhan akuntan di berbagai negara. Sebuat negara yang tidak memiliki/tidak mampu menghasilkan akuntan profesional, kebutuhannya akan dipenuhi oleh akuntan dari negara lain.
Pengauditan. Sejalan dengan perkembangan yang terjadi di bidang akuntansi keungan, bidang pengauditan juga mengikut pendekatan principle-based. Hal ini terjadi karena audit dilakukan untuk memastikan bahwa statemen keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum atau sesuai IFRS (dalam arti sempit). Kebutuhan auditor untuk membuat pertimbangan (judgement) dan kebijakan (discretionary) dalam proses pengauditan statemen keuangan meningkat sejalan dengan meningkatkan kompleksitas dalam bisnis. Seperti di dalam akuntansi keuangan, aspek ini juga tidak memungkinkan untuk digantikan dengan otomatisasi, sehingga perkerjaan auditor tidak serta merta bisa digantikan dengan teknologi informasi. Komputerisasi cenderung digunakan untuk membantu meningkatkan efisiensi dan efektifikas dalam menyelesaikan perkerjaan. Dari akspek demografi, mengingat pengauditan saat ini cenderung menggunakan standar yang sama dipakai secara global, kemungkinan auditor harus membuat membuat pertimbangan profesional (professional judgement) semakin meningkat dalam rangka implementasi dalam konteks lokal sebuah negara. Semakin meningkatnya bisnis secara global maka semakin meningkat kebutuhan akan auditor, terutama di negara-negara berkembang dimana bisnis terus bertumbuh dengan pesat.
Akuntansi Manajemen. Peran utama yang dilakukan oleh para akuntan profesional di bidang akuntansi manajemen adalah berkaitan dengan penyusunan dan penganalisaan informasi keuangan dalam pelaporan ke pihak internal perusahaan. Misalnya, para akuntan manajemen bertanggung-jawab untuk menghasilkan informasi mengenai kos produk, proses penyusunan anggaran. Hal-hal yang sifatnya lebih strategis, seperti formulasi strategi perusahaan, pembuatan perencanaan strategik/company’s blue print, dan penyusunan sistem kompensasi juga menjadi bagian dari tanggung jawab seorang chief financial officer atau kerap disebut sebagai kontroler (controller). Peran mereka tidak dapat digantikan oleh komputer dan teknologi informasi lainnya. Dalam hal ini, teknologi informasi lebih digunakan sebagai komplemen daripada subtitusi peran akuntan manajemen. Peran akuntan manajemen lebih menekankan perkerjaan yang memiliki lingkup yang tidak dapat diprediksi, menekankan pada hubungan personal berdasar kepercayaan dan kenyaman, dan membutuhkan kreatifitas akan memiliki tren yang terus meningkat antar waktu. Mereka harus menyusun strategi bisnis untuk mengatasi ketidakpastian dalam persaingan bisnis. Mereka harus berinovasi dan kreativitas sangat dibutuhkan untuk mampu berinovasi. Dari sisi internal perusahaan, mereka harus menekankan pada hubungan personal berdasar kepercayaan dan kenyaman kerja. Dari askpek demografi dan sosial-ekonomi, semakin meningkatnya bisnis secara global maka semakin meningkatkan kebutuhan akan akuntan menajemen. Di negara-negara berkembang dimana bisnis terus bertumbuh dengan pesat, termasuk peningkatan signifikan dari perusahaan-perusahaan start-up, cenderung akan meningkatkan kebutuhan akuntan manajemen.
Sistem Informasi Akuntansi. Di bidang sistem informasi akuntansi, perkembangan teknologi telah mendorong kemajuan di dalam perlaporan keuangan, seperti pelaporan terintegrasi (integrated reporting), extendible business reporting language (XBRL), sustainability reporting dsb. Salah satu kemungkinan yang terjadi adalah hanya pergeseran peran akuntan profesional di bidang sistem informasi akuntansi. Hal ini disebabkan oleh tersedianya software yang canggih untuk perusahaan. Sebagai contoh, Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan perangkat lunak manajemen proses bisnis yang memungkinkan organisasi untuk menggunakan sistem aplikasi terintegrasi untuk mengelola bisnis dan mengotomatisasi banyak fungsi back office (termasuk sistem informasi akuntansi) yang terkait dengan teknologi, layanan, dan sumber daya manusia. Peran pekerjaan entri data dan penjurnalan cenderung tergantikan oleh teknologi ini. Perkembangan tehnologi pelaporan, seperti XBRL dan perkembangan Taxonomi Pelaporan Keuangan, cenderung akan mengalihkan tugas pekerja di bidang ini untuk lebih menekankan pada software engineering untuk sistem informasi akuntansi, terutama untuk perusahaan baru (start up) atau perusahaan dalam industri yang kompleks. Secara demografi dan sosial-ekonomi, kebutuhan ahli dibidang sistem informasi akuntansi akan meningkat terutama di negara-negara berkembang dimana bisnis terus bertumbuh dengan pesat sejalan peningkatan signifikan dari perusahaan-perusahaan start-up.
Akuntansi Publik dan Entitas Nirlaba. Entitas publik dan nirlaba memiliki pola yang mirip/serupa dengan perusahaan privat (publicly listed firms). Sebagai konsekuensinya, perubahan kebutuhan tenaga kerja pada entitas publik dan nirlaba akan terdampak serupa dengan apa yang terjadi pada entitas privat. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah entitas nirlaba, kebutuhan untuk mengelola dana masyarakat dan donator semakin meningkat. Hal ini meningkatkan kebutuhan pelaporan keuangan dan akuntabilitas publik. Kebutuhan pelaporan keuangan dan akuntabilitas publik untuk entitas nirlaba baik pemerintahan dan non-pemerintahan lebih besar daripada entitas privat karena penyedia dana tidak mendapatkan imbal balik langsung dari pengelola dana (Hofmann and Mc Swain 2013).
RINGKASAN
Belajar dari tren perubahan tenaga kerja antar waktu dari berbagai industri dan berbagai penyebab terjadinya perubahan kebutuhan tenaga kerja, artikel ini membahas perubahan kebutuhan akuntan profesional di bidang akuntansi keuangan, akuntansi manajamen, auditing, sistem informasi akuntansi, akuntansi publik dan entitas nirlaba. Sungguh, perkerjaan yang sifatnya repetisi, mekanistik, mudah diprediksi, dan tidak kompleks telah dan akan tergantikan oleh peran mesin, komputer, dan robot. Sebagian perkerjaan akuntan yang lekat dengan karakteriktik tersebut telah tergantikan oleh mesin dan komputer. Namun demikian, perkembangan standar akuntansi (IFRS) bebasis-prinsip membuka ruang judgement manusia. Demikian juga untuk dalam konteks pengauditan. Mesin, komputer, atau robot yang telah menggunakan artificial intelligence pun tidak akan mampu melakukan pekerjaan sebaik akuntan profesional. Meningkatnya persaingan bisnis (aspek demografi sosial ekonomi), menuntut akuntan manajemen untuk lebih berinovasi/berkreasi dan mengambil keputusan strategik dan berdasar diskresi. Hal ini tidak dapat tergantikan oleh teknologi. Pekerjaan akuntan bergeser ke hal-hal yang lekat dengan judgement dan discretionary dan profesi akuntan harus meningkatkan keahliannya. Kebutuhannya meningkat sejalan dengan pertumbuhan dan persingan bisnis global (WEF 2018; Manyika et al. 2017).
Sebagai catatan, Program Studi Akuntansi UGM yang kurikulum dan pembelajarannya lebih menekankan kepada aspek konseptual, bukan vokasional, lebih cocok dalam hal menghasilkan lulusan yang siap meng hadapi tantangan perubahan akibat kemajuan teknologi dan persaingan global.
REFERENSI
Barclays. 2018. Will robots take our jobs? Diakses 25 Mei 2008, dari https://www.investmentbank.barclays.com/content/dam/barclaysmicrosites/ibpublic/documents/our-insights/Robots-at-the-gate/Barclays-IB_Will-Robots-Take-Our-Jobs_Infographic-1.6MB.pdf.
BusinessInsider. 2018. These Are The Jobs That Will Be Safe From The Imminent Invasion Of Robots. Diakses 25 Mei 2008, dari http://www.businessinsider.com/jobs-that-will-be-lost-to-robots-2014-1/?IR=T.
Forbes. 2018. The fastest and slowest growing jobs. Diakses 24 Mei 2008, dari https://www.forbes.com/pictures/efkk45fmhd/the-jobs-with-darkest-future/#10b94fb9764a.
Guardian, T. 2018. What jobs will still be around in 20 years? Read this to prepare your future. Diakses 25 Mei 2008, dari https://www.theguardian.com/us-news/2017/jun/26/jobs-future-automation-robots-skills-creative-health.
Hofmann, M. A., and D. McSwain. 2013. Financial disclosure management in the nonprofit sector: A framework for past and future research. Journal of Accounting Literature 32 (1):61-87.
Manyika, J., S. Lund, M. Chui, J. Bughin, J. Woetzel, P. Batra, R. Ko, and S. Sanghvi. 2017. Jobs lost, jobs gained: What the future of work will mean for jobs, skills, and wages. Diakses 29 Mei 2018, dari https://www.mckinsey.com/featured-insights/future-of-organizations-and-work/jobs-lost-jobs-gained-what-the-futureof-work-will-mean-for-jobs-skills-and-wages.
Money. 2018. The 6 Jobs Everyone Will Want in 2040. Diakses 24 Mei 2008, dari http://time.com/money/4982643/6-future-jobs/.
Rumney, E. 2017. EU banks close branches, cut jobs as customers go online. Diakses 29 Mei 2008, dari https://www.reuters.com/article/us-europe-banks-closures/eu-banks-close-branches-cut-jobs-as-customers-go-online-idUSKCN1BN2BV.
USA Today. 2018. America’s 24 dying industries include sound studios, textiles, newspapers. Diakses 25 Mei 2008, dari https://www.usatoday.com/story/money/economy/2017/12/28/americas-25-dying-industries-include-sound-studios-textiles-newspapers/982514001/.
WEF. 2018. The Future of Jobs. Diakses 26 Mei 2018, dari http://reports.weforum.org/future-of-jobs-2016/.
---
Artikel Dosen: Benarkah Peran Akuntan Digantikan Oleh Teknologi (Informasi)?
Dimuat pada majalah EB NEWS Edisi 28 Tahun 2018