Perjuangan Maximos, Mahasiswa FEB UGM Merintis Bisnis FnB dari Nol
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Sudut Mahasiswa
- Dilihat: 1205
Kuliah sembari berwirausaha, mengapa tidak? Salah satunya seperti Maximos Antares Godeliva (22), Manajemen 2020, yang merintis bisnis di usia muda.
Mahasiswa Sarjana Program Studi (prodi) Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM ini memulai bisnis FnB (Food and Beverage) yakni restoran Ayam Bakar Pedas Manis dengan nama “Dua Tuan Muda” dari nol. Memulai binis dari nol tanpa memiliki latar belakangan dan pengalaman kuat dalam bidang tersebut tentunya bukanlah hal yang mudah. Namun dengan kebulatan tekad, keinginan kuat, serta terus belajar dari kesalahan Maximos berhasil mengembangkan bisnisnya yang baru ia mulai sekitar bulan Februari 2024 lalu.
Meskipun masih berusia seumur jagung, bisnis yang dijalankan Maximos bisa meraup omset sekitar Rp50 juta tiap bulannya. Keuntungan bersih yang diperoleh mahasiswa angkatan 2020 ini bisa mencapai Rp15 juta tiap bulan.
“Puji Tuhan, selama 2 bulan ini rata-rata omzet kami sekitar 50 juta dengan keuntungan bersih sekitar 15 juta,”ungkapnya Selasa (7/5).
Maximos menceritakan bisnis Dua Tuan Muda ini dijalankannya bersama dengan sahabat dekatnya, Satria Handar Pratista yang merupakan mahasiswa Teknik Sipil UGM (Teknik Sipil 2020). Sebelum menggeluti bisnis FnB ini pria kelahiran Yogyakarta, 17 Desember 2001 silam ini sebenarnya telah menjalankan bisnis di bidang fashion yang masih berjalan hingga saat ini. Ia menjalankan bisnis vintage thrift store dengan menjual pakaian-pakaian secondhand yang memiliki nilai jual tinggi bernama StatuzzQuo. Sementara, Satria sebelumnya juga memiliki bisnis jual beli kura-kura bernama TortoGarage namun saat ini sudah tidak lagi beroperasi.
“Kami berdua pernah berbagi bahwa masing-masing dari kami memang ingin menjalani bisnis FnB. Karena sama-sama belum pernah menjalani bisnis FnB, kami memutuskan untuk berpartner dalam terjun ke dunia FnB,” paparnya.
Setelah melewati diskusi yang cukup panjang, akhirnya keduanya melihat sebuah potensi besar dari bisnis ayam bakar. Selanjutnya, munculah ide dan bisnis model yang cukup menarik dan realistis untuk diwujudkan, walaupun sebenarnya mereka tidak memiliki pengalaman sama sekali di bidang tersebut.
Lantas mengapa memilih bisnis ayam bakar, Maximos menjelaskan bahwa alasanya sebenarnya cukup sederhana. Pertama, mereka ingin menjual produk yang tidak sulit untuk dipelajari dan didalami seluk beluknya. Pasalnya, keduanya memang sama sekali tidak memiliki pengalaman di bidang FnB sehingga berupaya untuk mengambil risiko seminim mungkin dalam pemilihan produk yang akan dijual. Kedua, mereka memilih ayam bakar karena produk ini permintaan pasarnya tergolong besar dan tidak sulit untuk dijangkau. Mereka menyadari bisnis ini memiliki prospek bagus, tetapi mereka juga memahami bisnis ini cukup mudah ditiru, banyak kompetitor, dan terdapat ceiling price yang sudah terbentuk sehingga harga yang ditawarkan kepada konsumen tidak bisa melebihi ceiling price yang ada. Ketiga, mereka ingin menjual produk yang sederhana namun potensi pengemasannya masih terbuka lebar untuk dieksplorasi dan dikembangkan.
Oleh sebab itu model bisnis yang kami kembangkan adalah bagaimana kami elevating the way konsumen kami dalam menikmati produk ayam bakar pedas manis kami,” tuturnya.
Maximos mengungkapkan saat awal membangun bisnis ayam bakar pedas manis Dua Tuan Muda bermodalkan Rp100 juta. Ada banyak tantangan dan persoalan yang mereka temui saat awal-awal menjalankan bisnis ini. Bahkan saat usaha baru berjalan 1,5 bulan hampir gulung tikar karena persoalan aktivitas operasional, turnover SDM yang tinggi, manajemen, hingga urusan birokrasi yang kompleks. Namun berkat kegigihan, komunikasi, kompromi, serta pendekatan dengan keilmuan bisnis yang diperoleh di bangku perkuliahan akhirnya persoalan yang ada dapat teratasi satu per satu.
“Kunci berbisnis sebenarnya dari cara pandang dalam melihat bisnis. Jika hanya fokus pada uang dan keuntungan maka bisnisnya akan jauh dari kata sustain. Karenanya, berpikirlah dengan besar untuk menjadi besar,” tuturnya.
Rumah makan Dua Tuan Muda yang dirintis dua mahasiswa muda ini menawarkan konsep, rasa, dan karsa. Kedua hal tersebut menjadi pembeda produk ayam bakar Dua Tuan Muda dengan ayam bakar yang lain.
“Bisa dibilang, Dua Tuan Muda adalah model bisnis yang baru dan fresh bagi bisnis FnB ayam bakar di Jogja. Kami tidak hanya menjual ayam bakar begitu saja, tetapi ada banyak hal yang bisa “dinikmati” di warung kami,” tegasnya.
Rumah makan Dua Tuan Muda berada di kawasan yang cukup strategis dan nyaman disinggahi, tepatnya di Jl. Sidomukti, Tiyosan, Condongcatur, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, DIY. Tak hanya itu, saat memasuki rumah makan pengunjung langsung dapat menikmati alunan musik pilihan yang menciptakan ambience nyaman. Menu yang disajikan mulai dari minuman, lauk, dan dessert dibuat dengan sepenuh hati.
“Semua kami pikirkan dengan matang dan bukan kami anggap menu sampingan sehingga semua makanan yang kami sajikan benar-benar dikonsep dan dibuat dengan hati,” terangnya.
Dua Tuan Muda memiliki sejumlah menu unggulan yaitu ayam bakar pedas manis yang legit, medhok, dan autentik. Lalu, rica ceker yang empuk.
“Untuk minum ada es jeruk semilir kami yang bisa menghilangkan dahaga para musafir di gurun pasir. Sedangkan sajian penutup ada pudding Dua Tuan Muda yang jiggly-jiggly idaman para Tuan & Nyonya sekalian,” jelasnya.
Maximos dan Satria ikut terjun langsung dalam menjalankan bisnis ini dengan dibantu tiga orang karyawan. Untuk mempermudah konsumen menikmati produk yang ditawarkan, kedepan mereka akan segera bermitra dengan layanan pesan antar makanan seperti GoFood, ShopeeFood dan lainnya.
Reportase: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals