
Membangun bisnis di usia muda bukanlah hal yang mudah, terlebih di bidang perhotelan yang menuntut modal besar, manajemen yang matang, serta pemahaman pasar yang baik. Namun, Muthia Farah Kandia, mahasiswa Program Studi Manajemen IUP 2021 berhasil membuktikan bahwa usia muda bukanlah halangan untuk berkarya. Dengan semangat dan ketekunannya, ia sukses mendirikan Dosare Capsule Hotel, sebuah hotel kapsul berkonsep unik yang berlokasi strategis di kawasan wisata Malioboro.
Muthia memulai perjalanan bisnisnya pada tahun 2022 saat ia masih duduk di semester dua. Kala itu ia menjalani kuliah secara daring karena masih dalam situasi pandemi Covid-19. Dengan sistem kuliah daring, ia memiliki waktu dan fleksibilitas lebih untuk mengeksplorasi ide bisnis. Terinspirasi dari latar belakang keluarganya yang telah berkecimpung di dunia perhotelan, Muthia pun mulai mengamati tren hotel kapsul yang saat itu sedang naik daun. Namun, ia mengamati satu permasalahan, yaitu kebanyakan hotel kapsul hanya menyediakan kamar mandi bersama, yang bagi sebagian orang cukup mengurangi kenyamanan dan privasi.
Berangkat dari permasalahan ini, ia memiliki ide untuk menghadirkan hotel kapsul dengan kamar mandi pribadi di dalam setiap unit. Konsep ini belum ada di pasar sehingga menjadikannya sebagai sebuah inovasi yang potensial. Setelah mematangkan ide, Muthia kemudian memilih lokasi hotel yang berada di wilayah strategis Malioboro. Alasan pemilihan lokasi tersebut didasarkan oleh konsep hotel kapsul yang banyak berada di wilayah dekat landmark kota atau wilayah ramai wisatawan.
Tak hanya menawarkan kamar mandi pribadi, Dosare Capsule Hotel juga tampil unik melalui konsep interiornya. Berbeda dengan hotel kapsul kebanyakan yang mengusung gaya futuristik dengan teknologi kapsul canggih, Dosare justru menawarkan suasana menginap yang hangat dan nyaman. Desain interior hotel berbahan kayu serta pewangi ruangan bernuansa sereh menjadi ciri khas tersendiri yang menciptakan pengalaman menginap yang menenangkan.
Dalam episode FEBerkarya: Strategi Entrepreneurship dalam Membangun Dosare Capsule Hotel di kanal Youtube FEB UGM, Muthia mengaku bahwa salah satu tantangan terbesarnya di awal pengembangan hotel adalah mendesain kapsul yang compact namun tetap mampu menampung fasilitas kamar mandi pribadi. Proses desain yang berlangsung cukup lama ini membuat Dosare Capsule Hotel baru dapat beroperasi pada awal tahun 2024.
Muthia mengungkapkan tantangan lain muncul ketika perkuliahan kembali dilaksanakan secara luring. Sebab ia harus jeli dalam membagi waktu antara kuliah dan bisnis. Di sisi lain, ia menghadapi kesulitan dalam memasarkan layanan hotelnya. Menurutnya, bisnis perhotelan bukanlah jenis layanan yang bisa dibeli secara impulsif. Meskipun promosi di media sosial menjangkau banyak orang, tingkat konversi ke penjualan tetap bergantung pada kecocokan waktu dan destinasi calon tamu.
Ia juga menyadari meskipun harga hotelnya cukup terjangkau dan sudah disesuaikan dengan target pasarnya yang menengah ke bawah, tetapi tidak sedikit konsumen yang tetap membandingkan harga dan fasilitas yang mereka dapatkan dengan hotel konvensional. Ia harus bisa menyampaikan nilai dan keunikan produknya dengan pendekatan yang tepat.
“Salah satu kesulitan ada pada bagaimana kita dapat menyampaikan informasi ke masyarakat karena target pasarnya kan menengah ke bawah, jadi tipe konten atau informasi yang mereka terima juga cukup berbeda,” ujar Muthia.
Dari berbagai tantangan yang dihadapinya selama berbisnis, Muthia memperoleh banyak pelajaran berharga. Menurutnya, menjadi seorang pengusaha tidak perlu terlalu terpaku pada idealisme. Sebab, dalam perjalanan bisnis nantinya akan terdapat banyak perubahan dan keputusan tak terduga yang menuntut untuk terus beradaptasi. Oleh karena itu, kemampuan membuat keputusan dengan cepat dan adaptif adalah kekuatan penting yang harus dimiliki oleh setiap pengusaha. Selain itu, menjadi seseorang yang visioner dan mampu memprediksi perkembangan pasar, serta berani mengambil risiko bisnis juga tak kalah penting.
“Namun, bukan berarti dengan tidak menjadi idealis kita dapat menerima semua, kita tetap harus memberikan yang terbaik, hanya saja tidak perlu terlalu terpaku pada rencana awal karena dapat menghambat ke depannya,” pungkasnya.
Reportase: Najwah Ariella Puteri
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals