
Tim mahasiswa Tycoon Universitas Gadjah Mada menorehkan prestasi membanggakan di kancah internasional. Kali ini tim yang terdiri dari Gustav Susanto (Manajemen 2022), M. Hilmy Naufal (Akuntansi 2022), Najwa Waq’iah (Manajemen 2022), Nikita Dinda Azizah (Manajemen 2022), dan Farras Maula Audina (Teknik Industri 2022) berhasil meraih Juara 1 dalam kategori Woolpower Case pada final ajang Susilo Business+Ethics Case Competition 2025 di Swedia pada 6 Juni 2025 .
Selain itu, tim FEB UGM juga berhasil meraih juara 3 pada kategori Single Technologies. Atas prestasi tersebut tim dinobatkan sebagai Juara Umum 3.
Dosen pembimbing tim FEB UGM, Prof. Wakhid Slamet Ciptono, MBA., MPM., Ph.D., menyampaikan rasa bangganya terhadap pencapaian ini. Ia menekankan bahwa kemenangan ini bukan hanya berhasil membawa nama baik UGM, tetapi juga nama baik Indonesia dan Asia. Pasalnya, tim FEB UGM merupakan satu-satunya wakil dari Asia di babak final.
“Saya sangat mengapresiasi kemenangan tim di ajang ini. Namun, mereka tidak hanya disiapkan untuk menang, tetapi juga untuk mendapatkan pengalaman dan menghasilkan yang terbaik. Saya berharap kemenangan ini bisa menjadi motivasi bagi adik-adik mahasiswa lainnya,” ujarnya.
Susilo Business+Ethics Case Competition adalah kompetisi kasus bisnis tahunan yang diselenggarakan oleh The Susilo Institute for Ethics in the Global Economy, Questrom School of Business, Boston University, dengan fokus pada isu keberlanjutan dalam bisnis. Pada tahun ini, kompetisi diikuti 44 tim dari 20 universitas yang berasal dari 12 negara.
Gustav Susanto menjelaskan dalam kompetisi ini seluruh tim harus melalui seleksi ketat sejak Oktober 2024, dimulai dari pengumpulan executive summary dari studi kasus pada tahap preliminary, hingga presentasi daring di babak semifinal wilayah Asia-Pasifik. Dalam dua tahap ini, setiap tim diminta menyelesaikan kasus bisnis mengenai startup yang menjual produk headset gaming interaktif untuk penderita ADHD, dengan fokus pada peningkatan atensi dan kontrol impuls.
Berikutnya, enam tim terbaik berhak melaju ke tahap final di Swedia. Di tahap akhir yang berlangsung selama lima hari di Swedia, para finalis diminta untuk menganalisis tantangan, potensi peningkatan, serta solusi yang dapat dilakukan pada dua perusahaan, Single Technologies dan Woolpower. Enam finalis yang berhasil melaju di babak final adalah Stanford University, Amerika Serikat; University of Massachusetts Boston, Amerika Serikat; Trinity College Dublin, Irlandia; Tor Vergata University, Italia; serta Caucasus University, Georgia.
Pada tahap final tim diminta untuk menganalisis dan memberikan solusi terkait dua perusahaan yang berbeda yaitu Single Technologies (DNA/RNA Sequencing) dan Woolpower (Outdoor Clothing).
“Kami menganalisis masalah proses produksi dan pemasaran dari kedua perusahaan tersebut. Selanjutnya, kami diminta mengidentifikasi area yang bisa ditingkatkan, serta memberikan solusi dari area identifikasi tersebut,” paparnya.
Gustav Susanto mengungkapkan bahwa perjalanan mereka meraih juara tidaklah mudah. Kompleksitas studi kasus yang berkaitan dengan teknologi canggih menuntut pemahaman yang mendalam dan bimbingan dari dosen lintas bidang, seperti industri, manajemen, keuangan, hingga kesehatan.
Namun, di balik semua tantangan tersebut, Gustav menilai bahwa pengalaman yang mereka dapatkan selama perlombaan sangat berharga. Mereka berkesempatan bertemu dan berdiskusi dengan mahasiswa, dosen, serta eksekutif dari berbagai negara yang semakin memperkaya wawasan dan pemahaman lintas budaya tim. Ia juga menyampaikan rasa syukurnya atas kemenangan ini.
“Saya bersyukur dan sangat puas atas capaian ini karena persiapan dan sumber daya yang kami curahkan untuk lomba ini sangatlah banyak. Selain itu, banyak sekali kesempatan lain yang harus kami relakan demi kompetisi ini, dan hasilnya sangat memuaskan,” ujar Gustav.
Gustav mengungkapkan keberhasilan tim dalam kompetisi bergengsi ini juga tidak lepas dari dukungan dari dosen pembimbing dan FEB UGM. FEB UGM melalui Career and Student Development Unit (CSDU) memberikan dukungan penuh kepada tim, mulai dari pendampingan intensif oleh dosen pembimbing selama tujuh bulan perlombaan, mentoring public speaking, hingga dukungan pendanaan.
Gustav pun membagikan pesan kepada mahasiswa lain yang ingin mengikuti kompetisi ini di kemudian hari. Ia menyarankan agar tim mempersiapkan diri dari jauh hari, serta untuk tidak ragu berdiskusi kepada orang yang ahli di bidangnya saat menghadapi kebuntuan. Selain itu, doa dan dukungan dari orang terdekat juga menjadi kunci penting dalam meraih hasil terbaik.
Terakhir, jika harus merangkum keseluruhan pengalaman dalam satu kata, Gustav memilih kata “irreplaceable.” Menurutnya, kesempatan untuk mempelajari budaya dan industri langsung di Swedia, serta menjalin hubungan lintas budaya dengan peserta dari seluruh dunia, adalah pengalaman yang tak tergantikan, dan hanya bisa didapat melalui kompetisi ini.
Reportase: Najwah Ariella Puteri
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals