
Mengikuti program mobilitas internasional seperti student exchange, double degree hingga short courses bukan sekadar soal studi di luar negeri. Lebih dari itu, mahasiswa dituntut untuk memiliki kesiapan mental, sosial, serta budaya agar dapat beradaptasi di lingkungan baru selama menjalani pengalaman pembelajaran di luar negeri.
Beradaptasi di lingkungan baru menjadi tantangan utama bagi mahasiswa yang mengikuti program mobilitas internasional. Untuk itu, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menggelar program Pre-Departure Training diselenggarakan pada 13 Juni 2025 untuk membekali mahasiswa International Undergraduate Program (IUP) yang akan menjalani program mobilitas internasional ke berbagai universitas mitra di luar negeri. Pembekalan yang diberikan pada mahasiswa berfokus pada penguatan wawasan lintas budaya, kemampuan beradaptasi, dan kesadaran akan peran mahasiswa sebagai informal ambassador Indonesia di kancah global.
Amanda Acintya, S.E., M.Sc., Ph.D., AFHEA., dosen FEB UGM yang telah menempuh pendidikan di berbagai kampus internasional ternama turut berbagi pengalaman studi di luar negeri. Dalam sesi bertajuk “Cross-Cultural Training and How to Survive Studying Abroad”, Amanda mengulas tantangan yang mungkin dihadapi mahasiswa selama menjalani studi di luar negeri seperti culture shock, kendala bahasa, hingga rasa kesepian. Namun ia menegaskan bahwa kendala tersebut dapat dihadapi dengan persiapan yang baik.
Amanda membagikan kunci sukses beradaptasi saat menjalani studi di luar negeri. Ia menyebut strategi ABCDEF yakni Adaptation, Build your network, Cultural intelligence, Don’t hesitate to ask, Empathy, dan Freedom. Mahasiswa perlu cepat beradaptasi dengan lingkungan baru, mulai dari budaya, cuaca, hingga makanan. Lalu, mahasiswa perlu membangun jejaring, memahami dan menghargai budaya yang berbeda agar dapat berinteraksi dengan baik di lingkungan multikultural, proaktif, memiliki empati, hingga memanfaatkan kebebasan secara bijak serta menjaga perilaku.
“Adaptasi bukan cuma soal cuaca atau makanan, tetapi juga sikap. Jangan ragu untuk bertanya atau mencari bantuan, dan gunakan kebebasan kalian dengan bijak,” imbuh Amanda.
Sebelumnya, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FEB UGM, Bayu Sutikno, S.E., M.S.M., Ph.D., menyampaikan menjalani program mobilitas internasional bukan sekedar perjalanan akademik. Namun, mahasiswa juga menjadi duta bangsa. Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan dapat menjaga sikap dan perilaku selama menjalani program mobilitas internasional.
“Kalian adalah ambassador, humas bangsa yang harus menjaga attitude dan membangun sebanyak mungkin jaringan pertemanan selama program,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu mahasiswa juga mendapatkan informasi teknis terkait biaya studi, perencanaan studi hingga prosedur transfer kredit. Koordinator Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Wieda Herdiana, M.Sc., mengingatkan mahasiswa yang akan mengikuti program mobilitas internasional untuk memastikan rencana studi sesuai dengan kurikulum. Ia juga mengingatkan mahasiswa untuk memprioritaskan mata kuliah wajib, menghindari pengambilan ulang mata kuliah, dan memahami batas studi maksimal 14 semester.
Reportase: Orie Priscylla Mapeda Lumalan
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals