
Lebaran menjadi momen yang paling ditunggu oleh banyak orang setelah menjalankan ibadah puasa. Di kesempatan inilah, kita akan berjumpa dengan keluarga besar yang sudah lama tidak ditemui dan kembali mempererat tali silaturahmi. Namun di tengah suasana hangat tersebut, sering kali muncul pertanyaan basa-basi yang dianggap sebagai bentuk kepedulian, tetapi justru menimbulkan ketidaknyamanan. Pertanyaan seperti pencapaian pendidikan ataupun karir, kehidupan pribadi hingga soal perubahan fisik sering kali menjadi bahan perbincangan yang tidak dapat dihindarkan.
Bagi sebagian orang, pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin terasa wajar. Namun, bagi yang lain, hal itu bisa menambah beban pikiran. Berdasarkan teori Cognitive Appraisal dari Lazarus dan Folkman, stres merupakan respons otomatis terhadap suatu situasi dan bergantung pada bagaimana individu menilai peristiwa tersebut sebagai ancaman, tekanan, atau sesuatu yang netral.
“Jika kita menganggap pertanyaan basa-basi sebagai bentuk tekanan, maka tubuh dan pikiran akan bereaksi dengan stress sehingga mengubah cara pandang terhadap pertanyaan ini bisa menjadi langkah awal untuk menghadapinya dengan lebih santai,” ujar Psikolog Career and Student Development Unit (CSDU) FEB UGM, Anisa Yuliandri, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
Anisa menyampaikan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Qudsy (2020) menunjukkan bahwa tekanan sosial berdampak secara signifikan pada kesehatan mental. Jika tidak dikelola dengan baik, tekanan ini dapat memicu kecemasan, stres, hingga menurunkan rasa percaya diri. Namun, jika disikapi secara positif, tekanan sosial justru bisa menjadi motivasi untuk berkembang.
Anisa pun berbagi tips bijak menghadapi pertanyaan ini. Salah satunya adalah dengan berkomunikasi secara asertif yaitu menyampaikan suatu hak tanpa menyinggung orang lain. Selain itu, menanggapi dengan santai dan humor dapat menjadi solusi agar obrolan tetap ringan dan nyaman.
“Jika sudah mulai merasa tidak nyaman, coba alihkan pembicaraan ke topik lain. Yang paling penting adalah jangan terlalu dipikirkan. Jika mulai merasa terganggu, cobalah untuk tarik napas dalam dalam dan tenangkan diri. Kalau perlu, tidak ada salahnya untuk bersikap jujur dan terbuka untuk membuatmu lebih nyaman,” paparnya..
Anisa juga mengingatkan untuk tetap menghadapi pembicaraan dengan santai tanpa terbawa perasaan. Jangan biarkan perkataan orang lain membuat diri merasa tidak cukup baik. Sebab, biasanya orang lain menyampaikan pertanyaan hanya sekedar basa-basi tanpa memiliki maksud tertentu.
“Ingat, setiap orang memiliki perjalanan hidupnya sendiri. Tidak ada yang perlu dikejar hanya karena ekspektasi sosial,” pesannya.
Apabila berbagai pertanyaan-pertanyaan yang muncul saat lebaran masih mengganggu atau membebani, Anisa mengingatkan kembali bahwa jangan pernah merasa sendirian. Sebab, FEB UGM menyediakan fasilitas layanan kesehatan mental melalui CSDU yang memberikan layanan konsultasi gratis dengan profesional yang selalu siap membantu. Selain itu, FEB juga memiliki Peer Support yaitu teman sebaya yang bisa diajak berbagi cerita dan mencari solusi bersama.
Sumber: CSDU
Penulis: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals: