
Berhasil menyelesaikan studi S2 dalam waktu singkat di usia yang masih muda merupakan pencapaian yang membanggakan. Maria Areta Lupitasari menjadi lulusan tercepat Program Magister Manajemen (MM) FEB UGM yang diwisuda pada Rabu (23/07/2025). Ia berhasil menamatkan program magister hanya dalam waktu 1 tahun 4 bulan 9 hari dengan IPK nyaris sempurna, yakni 3,98.
Wanita kelahiran Klaten ini resmi menyandang gelar magister di usia 25 tahun. Sebelumnya, Maria menempuh pendidikan di Program Studi Akuntansi FEB UGM dan lulus pada tahun 2022 dengan predikat cumlaude. Tidak menunggu waktu yang lama, ia langsung mempersiapkan diri untuk seleksi masuk Magister Manajemen dengan konsentrasi Human Resource. Ia pun memulai perkuliahan pada Februari 2024 tanpa melalui matrikulasi, karena dinyatakan telah memenuhi syarat.
Bagi Maria, pendidikan adalah aspek penting yang membentuk karakter dan membangun masa depan. Nilai ini pun telah tertanam kuat dalam dirinya sejak awal dan menjadi prinsip utama yang ia pegang sepanjang perjalanan akademiknya. Latar belakang pendidikan di bidang akuntansi membuatnya sadar bahwa tantangan bisnis modern semakin kompleks, yang kemudian memotivasinya untuk memperdalam ilmu manajemen agar lebih memahami cara pengambilan keputusan strategis, kepemimpinan, serta pengelolaan sumber daya manusia. Baginya, studi di MM FEB UGM bukan hanya sekadar studi lanjutan, tetapi juga perjalanan pengembangan diri untuk menjadi pemimpin yang adaptif dan visioner.
Sebelum melanjutkan studi di MM FEB UGM, Maria telah mengantongi pengalaman profesional. Ia sempat mengikuti program magang di PricewaterhouseCoopers (PwC) Indonesia sebagai auditor dan di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pengalaman tersebut memperluas wawasannya sekaligus memperkuat alasannya untuk memilih program studi ini. Selain itu, lingkungan belajar yang kolaboratif dan heterogen di MM FEB UGM juga menjadi daya tarik tersendiri.
Maria mengaku tantangan terbesar yang dihadapi saat menjalani studi S2 adalah menjaga performa akademik di tengah padatnya kurikulum. Untuk mengatasinya, ia membangun ritme belajar yang seimbang, aktif berdiskusi, serta bergabung dengan komunitas seperti HR Club dan Finance Club untuk memperluas wawasan praktis.
Bagi Maria, konsistensi merupakan kunci dalam meraih prestasi akademik. Selama berkuliah, ia selalu berusaha memahami materi sebelum mengerjakan tugas agar tidak menumpuk menjelang ujian, aktif berdiskusi di kelas, serta menjaga keseimbangan antara belajar dan istirahat. Melalui metode ini membuatnya menikmati proses pembelajaran sekaligus mempertahankan performa akademik terbaik.
Dalam tesisnya, Maria meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi niat Gen Z untuk melamar pekerjaan di pemerintah daerah. Ia memilih topik ini karena melihat Gen Z sebagai generasi produktif yang tengah aktif mencari peluang kerja. Ia pun menyusun rekomendasi strategis bagi pemerintah daerah untuk merancang kebijakan rekrutmen yang lebih relevan dan menarik bagi generasi muda.
Tak hanya konsisten dan disiplin diri, dukungan keluarga dan teman juga menjadi pilar penting dalam perjalanan studinya. Keluarga sebagai menjadi sumber semangat dan keyakinan utama, serta teman-teman sebagai sumber belajar melalui diskusi, berbagi pengalaman, hingga saling menyemangati selama proses pembelajaran.
Ke depannya, Maria bercita-cita ingin menjadi dosen. Baginya, menjadi pendidik adalah cara terbaik untuk dapat berkontribusi dan meneruskan pengetahuan. Ia juga berpesan untuk mahasiswa lainnya agar selalu konsisten dalam belajar dan meraih tujuan.
“Menurut saya, konsistensi akan lebih mudah ditanamkan ketika kita menikmati setiap proses pembelajaran. Ketika kita menikmati prosesnya maka konsistensi akan datang dengan sendirinya, karena belajar bukanlah keharusan, melainkan kebutuhan,” pungkasnya.
Reportase: Najwah Ariella Puteri
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals