
Pesatnya kemajuan teknologi telah mendorong transformasi dalam berbagai sektor, termasuk dunia bisnis digital. Perusahaan teknologi hadir dengan berbagai inovasi yang terus berkembang, menjadikannya kekuatan utama yang mengubah wajah berbagai sektor industri.
Chief Executive Officer (CEO) di BNI Ventures, Eddiwan Danusaputro menyoroti tentang bagaimana kemajuan teknologi berperan dalam mengubah lanskap bisnis global. Ia mencontohkan Gojek dan Grab, dua perusahaan teknologi ride-hailing yang mampu menciptakan model bisnis unik tanpa memiliki aset tetap seperti kendaraan ataupun pengendara tetap. Melalui sistem kemitraan dan aplikasi digital, kedua perusahaan ini berhasil membangun jaringan layanan yang luas serta meraih valuasi besar dalam waktu singkat.
Dalam sesi Global Summer Week yang berlangsung pada Kamis 17 Juli 2025 di FEB UGM, Eddiwan Danusaputro mengatakan bahwa fenomena ini menunjukkan perusahaan teknologi kini mulai menjadi pemain utama di berbagai sektor layanan digital, salah satunya di sektor keuangan digital. Banyak dari perusahaan teknologi yang mulai merambah ke sektor lain dan membentuk ekosistem bisnis digital yang terintegrasi (one-stop service provider). Alibaba di Tiongkok sebagai contoh nyata, perusahaan ini memulai bisnis di sektor e-commerce, yang kemudian berkembang ke sektor pembayaran digital (Alipay), pemasaran digital (Alimama), dan berbagai layanan lain di bawah Alibaba Group.
“Di Indonesia, tren serupa juga terlihat. Banyak perusahaan teknologi yang awalnya hanya menyediakan satu layanan kini mulai memperluas cakupannya ke sektor lain seperti asuransi dan keuangan. Strategi ini memungkinkan perusahaan untuk memperoleh pendapatan dari berbagai sumber dalam satu ekosistem digital,” paparnya.
Pembiayaan Bisnis melalui Modal Ventura
Eddiwan menyebutkan pertumbuhan pesat perusahaan teknologi ini tak lepas dari dukungan pendanaan yang masif, salah satunya melalui skema modal ventura. Modal ventura menjadi pilihan utama bagi startup tahap awal yang belum memiliki akses ke pembiayaan tradisional seperti pinjaman bank. Tidak seperti bank yang mensyaratkan jaminan aset, modal ventura memberikan dana melalui pembelian saham perusahaan. Artinya, pendiri startup harus melepas sebagian kepemilikan dan memberikan sebagian kewenangan pengambilan keputusan kepada investor. Biasanya, pemberian kepemilikan yang disepakati berada di bawah 20%.
Dari sisi investor, lanjutnya, skema ini memiliki berisiko tinggi. Namun disisi lain berpotensi menghasilkan return yang besar, terutama jika perusahaan berhasil tumbuh dan melantai di bursa melalui Initial Public Offering (IPO). Selain modal ventura, terdapat pula skema pembiayaan private equity (PE), yang umumnya ditujukan bagi perusahaan yang sudah lebih matang atau perusahaan lama yang membutuhkan revitalisasi.
Kriteria yang Dicari Investor
Eddiwan mengatakan pemodal ventura memiliki sejumlah kriteria dalam menilai kelayakan investasi. Salah satu pertanyaan utama adalah masalah apa yang ingin diselesaikan oleh startup tersebut dan apakah solusi yang ditawarkan merupakan product-market fit, atau benar-benar dibutuhkan dan diinginkan oleh pasar. Selain itu, kualitas tim pendiri juga sangat krusial, terutama pada tahap awal yang masih penuh risiko dan ketidakpastian bisnis. Investor cenderung mencari pendiri yang tangguh dan adaptif dengan susunan ideal tim terdiri dari 2-3 orang yang memiliki peran masing-masing sebagai hipster (desain dan user experience), hustler (bisnis dan pemasaran), dan hacker (teknologi).
“Secara umum, terdapat lima aspek utama yang dinilai oleh investor, di antaranya tim pendiri, traksi bisnis, kekuatan teknologi, momentum pasar, serta kredibilitas usaha,” jelasnya.
Di akhir paparannya Eddiwan menekankan pentingnya pemilihan model bisnis yang tepat. Sebab langkah ini akan menentukan potensi pertumbuhan dan sumber pendapatan. Untuk perusahaan digital, terdapat beragam model bisnis yang bisa dipertimbangkan, seperti e-commerce/marketplace, layanan on-demand, model berbasis langganan (subscription-based), freemium, pendapatan tersembunyi (hidden revenue), peer-to-peer marketplace, model berbasis iklan (ad-supported), hingga model open-source.
Reportase: Najwah Ariella Puteri
Editor: Kurnia Ekaptiningrum