
Cara berpikir kreatif dan empatik dalam menyelesaikan permasalahan menjadi semangat utama yang disampaikan oleh Guru Besar FEB UGM, Prof. Nurul Indarti, Sivilokonom., Cand.Merc., Ph.D., kepada mahasiswa dari sembilan negara. Dalam sesi workshop Design Thinking rangkaian Global Summer Week 2025, ia mengajak mahasiswa merancang solusi nyata melalui pendekatan design thingking yaitu sebuah pendekatan pemecahan masalah yang berpusat pada manusia (human-centered) dan proses yang berulang (iteratif) guna menghasilkan solusi inovatif yang relevan dengan kebutuhan pengguna.
“Metode ini mencakup beberapa elemen seperti empati, rasa ingin tahu, kolaborasi, eksperimen, dan bias untuk bertindak. Pendekatan ini menekankan pada tindakan nyata, bukan sekadar gagasan, dan dirancang untuk menghadapi lingkungan yang kompleks dan tidak pasti,” jelasnya Kamis (17/7) di FEB UGM.
Dalam pelaksanaannya, peserta dibekali dengan berbagai core tools seperti stakeholder mapping, empathy map, 4W problem framing, dan problem tree sebagai pondasi untuk penyelesaian isu-isu yang telah mereka temukan.
“Prinsipnya adalah proses ini dimulai dari problem space yaitu untuk memahami dan merumuskan masalah hingga masuk ke solution space. Proses ini bersifat human-centered design yang menempatkan kebutuhan dan pengalaman manusia sebagai pusat dari setiap solusi yang dirancang serta berorientasi pada solusi dan tindakan,” tambahnya.
Nurul juga menjelaskan beberapa tahapan yang harus dilalui dalam problem space dan solution space. Problem space lebih berfokus pada memahami permasalahan dengan empatize dan define. Sedangkan pada tahap solution space terdiri dari tiga langkah utama, yaitu ideation, prototyping, dan testing.
“Salah satu langkah penting adalah dengan mereformulasi masalah menjadi sebuah peluang, dimulai dari perspektif pengguna. Pendekatan ini diwujudkan melalui pertanyaan kreatif “How Might We…” yang membuka ruang untuk berbagai kemungkinan solusi,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Nurul juga mendorong peserta untuk tidak sekadar menghasilkan ide, tetapi merancang solusi yang benar-benar inovatif. Ia mengungkapkan bahwa solusi yang inovatif memenuhi lima kriteria utama yaitu, empathy-driven, feasible, viable, impactful, dan scalable.
“Pertama, solusi harus dirancang berdasarkan pemahaman mendalam dan mampu menyelesaikan masalah nyata. Lalu, solusi harus realistis untuk diimplementasikan dengan sumber daya dan teknologi yang tersedia. Selain itu, memiliki potensi keberlanjutan yang didukung dengan dana yang memadai serta membawa dampak perubahan yang signifikan dan dapat dikembangkan lebih luas,” ujarnya.
Sebagai penutup, Prof. Nurul menyampaikan kutipan inspiratif dari dua tokoh besar dunia. Ia mengutip pernyataan Steve Jobs: “Innovation is the ability to see changes as an opportunity, not a threat.” serta Peter Drucker yang menyatakan: “An entrepreneur is someone who has the ability to see an opportunity, and take it.”
“Kunci dari invoasi adalah kemampuan untuk melihat perubahan sebagai peluang bukan ancaman. Begitu pula, seorang wirausahawan sejati adalah orang yang berani menangkap peluang dan mewujudkannya menjadi nyata,” pungkasnya.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals