Mahasiswa UGM Berhasil Mengembangkan Alat Perawatan Gigi dan Mulut Portabel
- Detail
- Ditulis oleh Laura
- Kategori: Berita
- Dilihat: 3055
Saliva Ejector memainkan peran penting dalam prosedur gigi dan mulut supaya air liur tidak mengganggu area kerja dokter gigi, rongga mulut. Misalnya ketika tambalan gigi berlubang, jika air liur menggenangi rongga mulut dan tidak segera dievakuasi maka dapat mengurangi kekuatan bahan tambal.
Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada mengembangkan "Septadent" – Saliva Ejector Portable Dental Tools, alat untuk mendukung perawatan gigi dan mulut yang lebih praktis dengan mobilitas tinggi. Mereka adalah Nur Halimah Putri (Kedokteran Gigi 2016), Fita Fathya Iriana (Kedokteran Gigi 2017), Laura Yahdiyani (Manajemen 2016), Adintaka Galih S (Teknik Fisika 2015) dan Yarabisa Yanuar (Teknik Mesin 2014).
Ide mengembangkan alat ini berasal dari permasalahan mahasiswa kedokteran gigi yang menjalankan KKN atau layanan masyarakat, dalam melakukan perawatan gigi dan mulut kepada pasien di daerah yang kurang terjangkau sumber listrik dan keberadaan kursi gigi. Selain itu, produk yang sudah ada saat ini jauh lebih mahal yang mencapai 7 juta rupiah dan memiliki bobot yang jauh lebih berat yang kurang praktis untuk dibawa kemana-mana. Selain itu, teknologi yang ada kurang mampu mendukung bagi dokter gigi yang sedang melakukan pengabdian masyarakat karena dalam penggunaannya harus terhubung dengan listrik sehingga tidak portable.
Septadent dirancang dari beberapa komponen yang dibeli secara terpisah, kemudian dirangkai dalam kemasan, komponen tersebut adalah pompa vakum, botol vakum, selang infus, sekrup pneumatik, penyedotan gigi dan rangkaian elektronis seperti saklar, kabel, baterai dan lcd sebagai indikator baterai. Dalam proses perakitan, septadent dirakit dengan pertimbangan berat untuk memenuhi fungsi portabel, masa pakai baterai untuk memenuhi standar minimum dalam perawatan gigi yaitu 2 jam serta resistensi sehingga perangkat yang dirancang tidak mudah rusak saat terkena beban berat atau terjatuh sebagai keamanan dan kenyamanan dalam penggunaan, Septadent dilengkapi dengan kecepatan isap 10 ml / detik. Untuk memudahkan membawa, septadent dirancang seperti tas jinjing sehingga mudah dibawa kemana-mana.
"Kami menyusun septadent ini dengan mempertimbangkan dari segala macam gejala fisik seperti tegangan input besar, kecepatan hisap dan tinggi kepala dengan botol. Hal ini dilakukan agar septadent dapat berfungsi secara optimal seperti teknologi yang ada" kata Adin.
Secara umum peralatan perawatan kesehatan gigi dan mulut yaitu saliva ejector di rumah sakit atau klinik menyatu dengan kursi gigi. Dengan alat-alat yang sudah ada di pasaran yang tidak memungkinkan digunakan dalam pengabdian masyarakat karena dimensinya yang besar, berat, dan tidak portable, maka Septadent menjadi sebuah solusi.
"Dengan ini diharapkan dokter gigi, mahasiswi, dan mahasiswa kedokteran gigi yang melakukan pengabdian masyarakat tidak perlu repot melakukan perawatan gigi di tempat yang kurang terjangkau listrik," kata Fita.
Saat ini, alat ini telah beredar di pasaran dan dapat diperoleh dengan memesan melalui Ig: septadent.ugm, Fb: Septadent UGM dan kontak di 087812811151, dengan harga Rp799.000. Hasil karya mahasiswa UGM bukan hanya terobosan baru untuk memfasilitasi kinerja dokter gigi selama perawatan gigi dan mulut. Alat ini juga berhasil mendapatkan hibah penelitian dan pengembangan produk dari Kemenristekdikti melalui PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) di bidang Kewirausahaan 2018.
Sumber: Laura Yahdiyani