Tingkatkan Kerja Sama Dagang antara Indonesia dengan Rusia, FEB UGM Gelar Seminar Ekonomi Menggandeng Dubes RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus
- Detail
- Ditulis oleh Leila
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1504
Pada Jumat, 28 Juni lalu Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menggelar seminar hasil kerja sama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) cabang Yogyakarta di Ruang Kertanegara FEB UGM. Seminar yang bertajuk "Indonesia-Rusia: Peluang dan Tantangan Bidang Ekonomi" ini turut menggandeng M. Wahid Supriyadi, Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus. Seminar dibuka dengan pemaparan fakta dan juga gambaran perekonomian kedua negara.
Indikator ekonomi Rusia dalam rentang tahun 2000-2017 mampu menghasilkan Gross Domestic Bruto (GDP) tertinggi sebesar USD 2.297 triliun pada 2013 silam. Dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari -0,2 persen pada 2016 hingga mencapai 1,6 persen pada 2018, pertumbuhan ekonomi Rusia diproyeksikan akan mencapai 1,8 persen di tahun 2021. Inflasi dalam rentang 17 tahun mengalami fluktuasi yang cukup signifikan dalam perjalanan waktunya. Rusia pernah mencatatkan inflasi sebesar 37 persen pada tahun 2000 yang memberikan dorongan bagi Central Bank of Russia untuk tetap menjaga suku bunga pada level 7,85 persen. Alhasil, pada 2017 inflasi mampu ditekan hingga 5,3 persen walaupun jauh lebih tinggi dibanding tahun 2009 dengan inflasi terendah sebesar 1,9 persen.
Institute of Management and Development (IDM) dalam IDM Word Competitiveness Ranking 2019 memberikan peringkat atas daya saing 62 negara di dunia. Ekonomi turut dipengaruhi oleh banyak isu, mulai dari reservasi atas globalisasi hingga skeptisisme atas otomatisasi sebagai respon atas dunia yang saling berhubungan dan semakin dinamis. Indonesia menduduki peringkat 32, naik 11 tingkat dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, Rusia menduduki peringkat ke-45. Namun, apabila dibandingkan dengan Indeks Kemudahan Melakukan Bisnis (Ease of Doing Business Index), Indonesia hanya menduduki peringkat 73 pada tahun 2019, jauh di bawah Rusia yang berada pada peringkat 31. Namun, angka ini mengalami perbaikan dari tahun 2014 yang hanya berada pada posisi 120. Apabila dilihat dari Indeks Kinerja Logistik (Logistic Performance Index), Indonesia hanya berada pada ranking 46, sedangkan Rusia menempati posisi 75.
McKinsey Global Institute pada tahun 2012, memproyeksikan Indonesia akan menyandang predikat The 7th Largest GDP in The World 2013”. Senada dengan Pricewaterhouse Coopers (PwC) yang pada tahun 2017 lalu yang memprediksi Indonesia akan menempati posisi 4 negara penghasil GDP terbesar di dunia pada 2050 mendatang. Ekspor utama Indonesia ke Rusia adalah minyak kelapa sawit yang mencapai 601.408 ribu dollar pada tahun 2018 silam. Disusul dengan karet, kelapa "kopra", kokoa, dan senyawa amino. Ekspor dengan peningkatan tertinggi ke Rusia adalah bahan kimia organik sebesar 49.315.421 dollar disusul dengan lemak dan minyak hewani atau nabati, mainan, barang dari besi atau baja, serta ikan dan krustasea, moluska, dan invertebrata air lainnya.
Indonesia mulai merintis pembentukan Free Trade Agreement (FTA) dengan lima negara Eurasia yang tergabung dalam Eurasian Economic Union (EAEU). Kelima negara tersebut adalah Armenia, Belarusia, Kazakhstan, dan Rusia. Indonesia kini tengah berada dalam proses penandatanganan Nota Keja Sama (Memorandum of Cooperation/MoC). Dalam rangka meningkatkan kerja sama dagang tersebut, Indonesia akan menggelar Bisnis Forum Indonesia-Rusia dan Festival Indonesia ke-4 pada Agustus mendatang.
Sumber: Leila Chanifah Zuhri