Rencana Pemerintah, Rencana Pengembangan, dan Kesadaran Diri adalah Kunci Bertahan di Lingkungan Bisnis ASEAN
- Detail
- Ditulis oleh Leila
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1881
Sebagai rangkaian acara program akademik pendek, International Summer University (ISU) dan International Week (IWeek) 2019, serta memperingati Dies Natalis FEB UGM ke-64, pada hari Senin (22/07/2019), FEB UGM menggelar CEO Talk dengan keynote speaker Edie Rizliyanto sebagai President Director dari PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero). Acara digelar di Auditorium Gedung Pembelajaran FEB UGM dan dihadiri oleh para dosen dan seluruh peserta dari ISU dan IWEEK 2019.
Edie Rizliyanto memaparkan perihal peran industri asuransi dalam lingkungan bisnis ASEAN. Ia menuturkan bahwa potensi ekonomi di ASEAN cukup besar karena pada 2017 berhasil tercatat nilai GDP sebesar USD 2,76 Triliun. Apabila dirangking, ASEAN akan menduduki posisi ke-5 dalam tingkat GDP terbesar di dunia setelah Amerika, China, Jepang, dan Jerman. Di ASEAN sendiri, jenis life insurance premiums pada 2017 sebesar USD70 miliar, dan non-life insurance premiums sebesar USD30 miliar, dengan mayoritas sektor asuransi berada pada kendaraan bermotor, kesehatan, dan properti.
"Data dari Otoritas Jasa Keuangan(OJK) menunjukkan bahwa dari total 265 juta rakyat Indonesia, pemahaman literasi tentang asuransi masih berada di angka 15,76% dan kebutuhan untuk asuransi sebesar 12,08%", tuturnya kepada para partisipan. Ia menambahkan bahwa dari data tersebut, saat ini hanya 1,9% dari jumlah penduduk yang telah memakai produk asuransi. Artinya, baru sekitar 15 sampai 16 orang dari 100 orang yang telah paham dan aktif mengggunakan layanan asuransi.
Apalagi bonus demografi pada tahun 2020-2030 yang diprediksi 70% dari total penduduk adalah usia produktif, menyebabkan generasi milenial cenderung menguasai dalam berbagai bidang, seperti pemakaian online platform, sosial media, data dan informasi, serta unggul dalam inovasi dan kreatifitas. Menururtnya, dibutuhkan tiga faktor untuk Industri Asuransi agar tetap bertahan dalam lingkungan bisnis ASEAN. Tiga faktor tersebut adalah proyek perusahaan induk asuransi (government plan), Inovasi kolaboratif antara Insurtech dan fintech (developing plan), serta bagaimana mengedukasi mindset masyarakat (self awareness).
"Selain itu, dibutuhkan attitude, skill, experience, dan knowledge yang baik sehingga enam tantangan industri asuransi Indonesia yaitu low penetration rates, human capital, financial literacy, fintech dalam industri asuransi, kurangnya produk asuransi, asuransi dan pembiayaan risiko bencana dapat teratasi", tutupnya.
Sony Budiarso/Leila Chanifah Zuhri