Akademisi Berkesenian di Malam Kesenian Peringati Dies Natalis ke-64 FEB UGM
- Detail
- Ditulis oleh Ika
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1331
Tahun 2019 ini, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) meyelenggarakan Dies Natalis ke-64. Salah satu agenda yang dilaksanakan yaitu Tumpengan dan Malam Kesenian yang diselenggarakan pada Rabu (18/9). Hal ini menunjukkan bahwa FEB UGM bukan hanya menekankan pada capaian internasional namun juga melestarikan kebudayaan dengan berkesenian. Pertunjukan kesenian ini merupakan kolaborasi dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan Dharma Wanita FEB UGM didukung civitas akademika UGM. Dengan berkesenian, FEB UGM berkontribusi pada pembangunan Indonesia yaitu mencetak SDM unggul dan memiliki kematangan sosial.
Acara ini diawali dengan makan malam diiringi dengan musik keroncong oleh FEB Keroncong. Selanjutnya, terdapat pertunjukan tari Langen Sari oleh KAFEGAMA (alumni) angkatan 1971 yang menggandeng Dharma Wanita FEB UGM. Acara berlangsung dengan sangat meriah dengan nuansa gamelan yang mengiringi lenggak lenggok penari.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sambutan Dekan serta pemotongan tumpeng. Potongan tumpeng ini diberikan kepada Jajaran Rektorat, Ketua Senat FEB UGM, Sesepuh Fakultas, Perwakilan tenaga kependidikan, perwakilan mahasiswa, serta perwakilan Dharma Wanita. Tumpeng berasal dari sebuah singkatan ‘yen metu kudu mempeng’ yang memiliki arti tersendiri. Bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, ‘yen metu kudu mempeng’ berarti ‘ketika keluar harus sungguh-sungguh semangat.’ Penyerahan simbolis ini dilakukan dengan harapan FEB UGM semakin menancapkan jejaring dan pergaulan baik di level nasional ataupun internasional.
Berikutnya, Dharma Wanita FEB UGM yang tergabung dalam Ekonomi Bamboe Orchestra menghibur penonton dengan memainkan angklung serta gamelan bernuansa tradisional. Menampilkan 3 lagu yaitu Jaranan, Manuk Dadali, dan Besame Mucho. Lagu pertama Jaranan berasal dari jawa tengah. Lagu ini dibawakan dg menggunakan benda yg menyerupai jaranan dalam menyanyikannya. Makna dr lagu ini mengarahkan anak" utk saling menghormati dan tunduk atau patuh kepada sesama terutama yg lebih tua juga bermakna saling menyayangi tanpa membeda-bedakan.
Penampilan kedua dari Ekonomi Bamboe Orchestra yaitu Manuk Dadali yang melambangkan bahwa burung garuda merupakan hewan yg menjadi lambang kesatuan, saling menyayangi, dan berani berkorban serta mengandung makna nasionalisme yg kuat. Selanjutnya, grup ini menampilkan lagu Besame Mucho yang berarti Kiss me a lot. Lagu ini merupakan lagu tahun 1940-an yang berasal dari Meksiko.
Memasuki puncak acara yaitu pertunjukan wayang wong dengan lakon "Petruk Dadi Ratu" sukses menarik antusiasme penonton. Lakon tersebut menceritakan Petruk yang berhasil merebut kembali pusaka Jamus Kalimasada yang sempat dicuri oleh Dewi Mustakaweni. Dalam menjalankan tugasnya mengembalikan pusaka, Petruk terpisah dengan tuannya. Berikutnya dikisahkan lakon ketika Petruk menjadi raja hingga pertempuran-pertempuran yang dilakukan untuk menaklukan negara-negara yang ia kembarai.
Menariknya, pemain dalam lakon tersebut tidak lain adalah perwakilan dekan, dosen, serta tenaga kependidikan di FEB UGM. Bahkan Dr. Eko Suwardi, M.Sc., C.M.A. selaku Dekan FEB UGM pun turut berperan (memerankan tokoh Peturk) dalam lakon tersebut. Selain itu, dosen-dosen seperti Basu Swastha Dharmmesta, Prof., Dr., M.B.A., Rr. Tur Nastiti, S.E., M.Si., Ph.D, Catur Sugiyanto, Prof., Dr., M.A., Rr. Mukitari Basu Swastha, hingga Suwardjono, Prof., Dr., M.Sc. pun turut terlibat dalam bermain peran.
Acara ini diselenggarakan di Plaza FEB UGM. Dimeriahkan dengan sejumlah doorprize dan grandprize satu unit sepeda motor menarik minat civitas akademika FEB UGM untuk bertahan hingga akhir acara. FEB UGM locally rooted globally respected.
Sumber: Humas FEB