Pasca-Strukturalisme: Paradigma Alternatif dalam Riset Akuntansi
- Detail
- Ditulis oleh Kirana
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2837
Laboratorium Akuntansi, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM bersama dengan Program Studi Magister Sains dan Doktor (MD) FEB UGM menyelenggarakan Seri Webinar dengan tema “Filsafat dan Pendekatan Penelitian Akuntansi dan Bisnis”. Pengenalan dan pemahaman terhadap filsafat serta pendekatan riset yang penting bagi peneliti maupun mahasiswa dalam melakukan penelitian menjadi esensi dari seri tersebut. Seri Webinar ini terdiri dari 7 rangkaian sesi diskusi dengan 7 topik yang berbeda di tiap sesinya. Pada Jumat (07/05), rangkaian sesi ke-5 seri webinar telah dilaksanakan dengan mengangkat topik seputar paradigma pascastrukturalisme atau yang dikenal juga sebagai post-strukturalisme dan menghadirkan Putri Paramita Agritansia, S.E., M.Acc. selaku pembicara pada sesi itu.
Sebelum memasuki pemaparan materi yang merupakan inti acara, Putri sedikit bercerita mengenai latar belakang awal mula ia mengenal paradigma pascastrukturalisme. Saat ini, Putri sedang menempuh program doktoral di Australia dan ketika hendak melaksanakan riset terbesit sebuah pertanyaan di benaknya. Ia bertanya-tanya tentang makna laporan akuntansi bagi banyak orang dan apakah maknanya secara sama diterima oleh satu orang dan yang lainnya. Dari situ Putri tersadar ternyata ada satu paradigma yang dapat mengakomodir keingintahuannya tersebut, yaitu pascastrukturalisme. Menurutnya, pascastrukturalisme ini merupakan paradigma alternatif dari paradigma-paradigma mainstream yang ada dalam dunia riset terutama bidang akuntansi.
Selanjutnya, Putri menjelaskan bahwa pascastrukturalisme lahir atas ketidaksetujuan akan konsep paradigma strukturalisme tentang hubungan antar elemen dalam kehidupan manusia yang dapat dijelaskan dengan suatu organisasi/struktur secara jelas. Paradigma pascastrukturalisme berargumen bahwa tidak semua hal dalam lingkup kehidupan manusia ada strukturnya dan bisa dijelaskan elemen-elemennya. Menurut pascastrukturalis, semuanya tergantung terhadap sesuatu. Sedangkan, menurut strukturalis semuanya tertata dengan rapi.
Lebih lanjut, paradigma pascastrukturalisme berakar pada konsep untuk memahami bagaimana Bahasa digunakan. Konsep pascastrukturalisme yang paling dasar adalah yang disebut dengan signified dan signifier. Signifier adalah sesuatu yang bisa dilihat atau dirasakan dengan panca indra. Sedangkan, signified dapat diartikan sebagai konsep apa yang muncul di benak ketika menerima signifier. Putri juga menambahkan, “Jangan lupa paradigma apapun yang kita pelajari, harus kita pahami betul ontologi dan epistemologinya karena akan sangat penting untuk mendesain riset kita.”. Ontologi dari paradigma ini sendiri adalah relativisme dimana realitas dipandang sebagai relatif karena tergantung pada subjek. Sedangkan, epistemologi dari pascastrukturalisme adalah konstruksionis sosial dimana cara untuk mengetahui realitas yaitu dengan memahami bahwa realitas itu terkonstruksi secara sosial.
Diakhir pembahasan materinya, Putri menyebutkan beberapa relevansi paradigma paskastrukturalisme terhadap penelitian akuntansi diantaranya pascastrukturalis memposisikan laporan akuntansi sebagai teks atau narasi dan menganalisisnya menggunakan berbagai sudut pandang. Tujuannya terhadap penelitian akuntansi adalah untuk memahami makna yang terkandung di dalam, yang akan muncul, dan bersumber pada laporan akuntansi. Selain itu, penyusun serta pengguna laporan akuntansi tak hanya bergantung pada angka melainkan juga Bahasa untuk dapat mengkonstruksi dan menerjemahkan laporan akuntansi.
Reportase: Kirana Lalita Pristy/Sony Budiarso.