Kilas Balik Perekonomian Indonesia 2021 dan Prospeknya pada 2022
- Detail
- Ditulis oleh Zahra
- Kategori: Berita
- Dilihat: 5598
Tahun 2021 merupakan tahun yang tidak mudah bagi Indonesia. Pandemi yang masih berlangsung memberikan dampak yang besar kepada segala bidang kehidupan, salah satunya bidang perekonomian. Walaupun begitu, pada akhir tahun 2021, kondisi Covid-19 mulai membaik dan perekonomian di Indonesia mulai bangkit secara perlahan. Untuk meninjau perekonomian di tahun 2021 dan menilik prospek ekonomi Indonesia di tahun 2022, PP KAGAMA bersama PP KAFEGAMA mengadakan webinar pada Jumat (17/12) yang membawa tema "Review Perekonomian 2021 dan Outlook 2022".
Webinar tersebut mengundang beberapa narasumber yang merupakan alumni UGM yaitu, Muhammad Edhie Purnawan, Ph.D., Ketua Badan Supervisi Bank Indonesia & Ketua Bidang 1 KAFEGAMA, lalu Dr. Friderica Widyasari Dewi, Direktur Utama BRI Danareksa Sekuritas & Sekretaris Umum KAFEGAMA, dan Inarno Djadidi, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia & Wakil Ketua Umum PP KAFEGAMA. Pembahasan dalam webinar tersebut dibuka oleh keynote speech yang diberikan oleh Dr. Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia & Ketua Umum PP KAFEGAMA dan acara dipandu oleh Prof. Dr. Didi Achjari, M. Com., Ak., CA, Dekan FEB UGM serta Saka Kotamara sebagai MC acara.
Dalam keynote speech-nya, Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa di tahun 2022 terdapat lima permasalahan global yang menanti, pertama, normalisasi kebijakan moneter dan fiskal negara maju. Kedua, adanya scarring effect pandemi terhadap korporasi dan stabilitas sistem keuangan. Ketiga, meluasnya sistem pembayaran digital antarnegara dan resiko aset kripto. Keempat, semakin kuatnya tuntutan ekonomi keuangan hijau dari negara maju. Kelima, melebarnya kesenjangan dan perlunya inklusi keuangan. Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa di tahun 2022, dunia digital akan menjadi sumber ekonomi karena aktivitas perekonomian digital akan semakin dengan meningkat pesat.
Inarno Djadidi, sebagai narasumber pertama, menjelaskan tentang kondisi pasar modal terkini dan prospeknya di tahun 2022. Ia memaparkan bahwa total investor pasar modal meningkat 8 kali jumlahnya sejak tahun 2016, dan jika dilihat dari klasifikasi usia di tahun 2021, investor muda dan milenial dengan kisaran umur 18-25 tahun masih mendominasi sebagai investor di pasar modal Indonesia. "Hal tersebut merupakan tren yang baik untuk membantu meningkatkan literasi aktivitas investasi di Indonesia", ungkapnya dalam webinar tersebut.
Bursa Efek Indonesia juga mengeluarkan inisiasi strategi di tahun 2022, yaitu dengan melanjutkan program proteksi investor, meningkatkan akumulasi IPO dan Listing, lalu enhanced disvlosure, inisiatif ESG, perdagangan obligasi – peningkatan SPPA, dan mengeluarkan produk baru yaitu structured warrant dan indices.
Selanjutnya Edhie Purnawan, sebagai narasumber kedua, memaparkan kondisi sektor moneter, fiskal, dan riil di tahun 2021 serta outlook di tahun 2022. Ia mengungkapkan bahwa perkembangan ekonomi global di tahun 2021 dipengaruhi oleh pandemi sehingga menyebabkan pergerakan dan ketidakpastian di seluruh dunia. Hal tersebut berdampak pada indikator ekonomi yang berubah pesat seperti inflation rate dan unemployment rate yang berubah. Ia juga mengungkapkan bahwa tantangan yang akan dihadapi kedepannya adalah perlunya mitigasi terhadap kinerja pemulihan ekonomi nasional.
Narasumber terakhir, Friderica Widyasari, menjelaskan tentang kondisi terkini dan outlook sektor keuangan 2022. Ia mengungkapkan terdapat setting the course yang akan dihadapi di tahun 2022, pertama kekuatan domestik, karena Indonesia berada dalam posisi yang kuat dengan tren pertumbuhan ekonomi yang jelas sehingga hal tersebut menjadi faktor pembeda utama untuk menarik investasi. Kedua, resiko eksternal yang tinggi, terutama pada potensi pergeseran kebijakan fiskal atau moneter di tahun 2022. Ketiga, terdapat dua tema investasi di tahun 2022, yaitu The Growth Proxies dan The Green and New Economy Proxies. Di akhir, Friderica memproyeksi bahwa target IHSG tahun 2022 adalah 7.300 – 7.550. dengan pertumbuhan laba bersih korporasi pada kisaran 12%.
Reportase: Zahra Dian