Upaya Digitalisasi UMKM Indonesia melalui Ekosistem Digital dan Demokratisasi Ekonomi
- Detail
- Ditulis oleh Kirana
- Kategori: Berita
- Dilihat: 10434
Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Indonesia Fintech Society (IFSoc) serta didukung oleh Grab dan OVO mengadakan webinar Kuliah Umum dan Diskusi Panel pada Selasa (08/03). Kuliah umum dan diskusi panel tersebut bertemakan "Menuju Presidensi G20 Indonesia 2022" dengan topik spesifik membahas tentang "Digitalisasi UMKM: Daya Dorong Ekosistem Digital & Demokratisasi Ekonomi Indonesia." Acara webinar tersebut diadakan secara daring melalui Zoom Webinar dan menghadirkan narasumber-narasumber ahli dari berbagai bidang.
Acara dibuka dengan sesi diskusi panel yang menghadirkan Neneng Goenadi, selaku Country Managing Director Grab Indonesia. Pada sesinya, Neneng menjelaskan bagaimana bentuk dari komitmen Grab melalui berbagai inisiatif untuk mendukung digitalisasi UMKM Indonesia menuju pemulihan ekonomi nasional. Berdasarkan semangat "Grab for Good", Grab Indonesia berinisiatif menciptakan fitur-fitur yang menguntungkan mitra UMKM untuk menyederhanakan operasional bisnis serta menciptakan Grab Academy di mana para mitra pengemudi maupun merchant dapat mengakses ratusan materi seperti literasi keuangan, digital marketing, dan lain-lain.
Diskusi panel dilanjutkan dengan pembahasan topik dari narasumber selanjutnya, yaitu Hendri Saparini, Ph.D, selaku Founder CORE Indonesia sekaligus Steering Committee IFSoc. Beliau menekankan bahwa topik yang dibawakan pada acara kali ini begitu penting karena lebih dari 60% ekonomi kita disokong oleh UMKM, sehingga ketika kita berbicara digitalisasi ekonomi maka sudah pasti UMKM lah yang menjadi prioritas digitalisasi tersebut. Hendri menyebutkan bahwa digitalisasi yang dilakukan dapat membantu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi para pelaku UMKM. Hal ini ternyata terbukti secara empiris berdasarkan survei yang dilakukan oleh CORE Indonesia.
Kemudian, diskusi panel dijeda sejenak oleh sesi kuliah umum berjudul "Momentum Transformasi Digital Pasca Pandemi" yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian RI, Dr. (H.C.) Ir. Airlangga Hartarto, M.B.A., M.M.T. Dalam pemaparan materinya, Airlangga menjelaskan berbagai upaya dukungan yang telah pemerintah lakukan untuk UMKM yang terdampak di masa Pandemi Covid-19, terutama terkait permasalahan pendanaan seperti misalnya diberikannya Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) dan Penjaminan Kredit UMKM. Sedangkan, secara lebih spesifik terkait penguatan fondasi UMKM dalam ekosistem ekonomi digital, pemerintah juga turut berupaya menciptakan "Super Smart Society" dengan penyeimbangan layanan melalui teknologi yang mampu mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik. Hal tersebut dilakukan dengan mengupayakan sinergi dari aspek marketplace, sharing economy, smart appliances, dan e-education (pembelajaran UMKM).
Untuk mewakili pandangan dari sisi financial technology (fintech), selanjutnya Mirza Adityaswara, selaku Ketua Indonesia Fintech Society, memberikan kuliah umum mengenai perkembangan penggunaan metode pembayaran digital oleh UMKM. Menurutnya, kini para pelaku UMKM sebanyak lebih dari 60% telah menerapkan metode pembayaran digital dengan alasan pembayaran yang lebih cepat dan juga transaksi yang menjadi lebih mudah. Namun demikian, Mirza berkata bahwa masih terdapat beberapa hambatan dalam penerapan pembayaran digital misalnya gangguan jaringan yang lemah.
Sesi diskusi panel selanjutnya menampilkan Karaniya Dharmasaputra, Presiden Direktur OVO, yang membahas upaya demokratisasi ekonomi oleh Grab dan OVO dengan membantu UMKM memperluas akses distribusi (access to distribution), meningkatkan customer traffic, melakukan pemasaran, serta memberikan promo budget (cashback). Selain itu, Karaniya juga membahas dampak sosial OVO sebagai gerbang pembayaran digital yang berhasil mendongkrak transaksi UMKM hingga terjadi peningkatan harian sebesar 70% serta sebagai pendukung terjadinya inklusi ekonomi yang berhasil memberdayakan pengusaha muda dan perempuan.
Turut hadir pada sesi diskusi panel tersebut adalah seorang public figure sekaligus pemilik Mamahke Jogja Cafe, Zaskia Adya Mecca, yang membahas topik dari perspektif pelaku UMKM. Mamahke telah beroperasi selama 5 tahun dan kala masa Pandemi Covid-19 terdampak hebat karena target pasar dari Mamahke mayoritas adalah kalangan turis. "Yang namanya wirausaha itu bagaimana kita bisa kreatif melihat sebuah masalah menjadi sebuah tantangan untuk bisa melewati rintangan tersebut," ujarnya. Solusi yang dilakukan Zaskia adalah mengubah operasional bisnis Mamahke yang tadinya serba luring menjadi digital, termasuk menerapkan pembayaran digital yang meminimalisasi human error. Selain itu, Mamahke juga mengalami penyesuaian dari konsep toko oleh-oleh menjadi café/restoran agar bisa menyasar target pasar masyarakat lokal Jogja.
Di akhir sesi diskusi panel, Prof. Dr. R. Agus Sartono, MBA, selaku Koordinator Mata Kuliah Value Based Finance FEB UGM, memaparkan materi dari perspektif akademisi yang berjudul "Kampus dan Pengembangan UMKM." Menurut beliau, kampus memiliki sumber daya dalam mengatasi persoalan literasi digital dan mempercepat transformasi digital pelaku UMKM. Saat ini, kampus hadir sebagai pembangun talenta digital dan penyedia kebutuhan sumber daya manusia di era ekonomi digital. Selain itu, kampus juga sejak awal telah mendorong dan membentuk para mahasiswa menjadi seorang wirausaha yang menciptakan lapangan pekerjaan.
Reportase: Kirana Lalita Pristy