KAFEGAMA Lampung Menggelar Webinar Eco-Aquaculture
- Detail
- Ditulis oleh Merisa
- Kategori: Berita
- Dilihat: 869
Kamis (29/12), Keluarga Alumni Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (KAFEGAMA) Provinsi Lampung menggelar kegiatan seminar yang mengangkat tema "Seminar Potensi dan Pengembangan Eco-Aquaculture di Provinsi Lampung." Seminar ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meetings dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube KAFEGAMA Official.
Acara dimulai dengan kata sambutan yang disampaikan oleh Ketua KAFEGAMA Lampung, Dr. Fauzi S.E., M.Kom., AK., CA. Fauzi berharap, dari webinar ini nantinya bisa memberikan masukan karena potensi alam yang ada di lampung terutama perikanan dan kelautan sangat berlimpah. Selain itu, jika sumber daya tersebut ditingkatkan akan berdampak ke perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya, perwakilan KAFEGAMA pusat juga menyampaikan kata sambutannya yang diwakilkan oleh Dr. Frederica Widyasari Dewi selaku Sekretaris KAFEGAMA.
Acara ini dimoderatori oleh Riskha Tri Budiarti, M.Sc., selaku alumni FEB UGM. Pembicara pertama pada seminar ini ialah Drs. Halid K. Jusuf, MPA selaku Direktur Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan. Halid mengangkat topik mengenai "Kebijakan Pengawasan Ruang Laut dalam Rangka Keberlanjutan Ekologi." Ia menjelaskan bahwa Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) memiliki lima strategi dan rencana aksi ekonomi biru, di antaranya perluasan wilayah konservasi laut, penangkapan ikan terukur, pengembangan budidaya laut, pesisir, dan pedalaman, pengelolaan berkelanjutan ruang laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil, serta pengelolaan sampah laut. Ekonomi biru sendiri merupakan konsep untuk mewujudkan keseimbangan antara ekologi dan ekonomi yang terkait dalam ekosistem kelautan. Halid menjelaskan mengenai regulasi KKP diatur dalam PERMENKP 28 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Laut, PERMENKP 30 Tahun 2021 tentang Pengawasan Ruang Laut, dan PERMENKP 26 Tahun 2022 tentang Penggunaan Sanksi Administratif di Bidang Kelautan dan Perikanan.
Pembicara kedua merupakan Kepala Bidang Perikanan Budidaya dan Penguatan Daya Saing Lampung, Ir. Marliana. Marliana memaparkan terkait wilayah administrasi Provinsi Lampung menurut kab/kota terdapat 7 Kota/Kab pesisir atau 47% dan 8 Kota/Kab bukan pesisir atau 53%. Ia juga menjelaskan bahwa Lampung memiliki potensi dan pemanfaatan perikanan budidaya Lampung yang terdiri dari jenis budidaya laut, payau/tambak, dan air tawar. Ia menjelaskan bahwa sampai saat ini, pemanfaatan potensi lahan perikanan budidaya baru sekitar 32,55% dan terbesar pada budidaya tambak, yakni 47,45%. Berdasarkan data yang diambil dari KKP, pada tahun 2021 produksi perikanan budidaya Kab/Kota Pesisir Lampung mencapai 98.043,25 ton yang terdiri dari tambak semi intensif, tambak intensif, kolam air tenang, tambak sederhana, rumput laut, laut lainnya, karamba, jaring apung laut, kolam air deras, jaring apung tawar, dan minapadi. Sementara itu, produksi perikanan budidaya Kab/Kota non pesisir Lampung pada tahun 2021 mencapai 83.177 ton yang terdiri dari kolam air tenang, jaring apung tawar, minapadadi, dan karamba. Ia menjelaskan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan dalam budidaya perikanan Provinsi Lampung, seperti mayoritas pembudidaya mayoritas pembudidaya kecil.
Pembicara ketiga ialah Prof. Widi Agoes Pratikno Ph.D. selaku Guru Besar Teknologi Kelautan dan Perikanan di Institut Teknologi Sepuluh November yang membawa tema tentang Blue Economy and Provincial Economy. Widi menjelaskan bahwa terdapat prinsip-prinsip pengelolaan wilayah pesisir dan laut terpadu (ICZM) yang diatur dalam UU Nomor 27 tahun 2007. Ia juga memaparkan terkait program mitra bahari yang terdiri dari pemerintah daerah, Ditjen KP3K, universitas, LSM, dan sektor swasta. Widi juga menekankan bahwa Daerah Delineasi berada pada Pesisir Wongsoredjo, Banyuwangi dengan daftar destinasi ekowisatanya, yaitu Bangsing Underwater, Pantai Mutiara Pulau Tabuhan, Grand Watudodol, Pulau Tabuhan, Pantai Bimo, dan Mangrove Center Bengkak.
Pembicara terakhir ialah Dr. Yudhoyono Trinoegraha Adiputra, M.Si., selaku Dosen Jurusan Perikanan Universitas Lampung yang membawakan materi terkait "Eco-Aquaculture untuk Mewujudkan Keadilan Intra dan Inter Generasi." Yudhoyono memaparkan penyebab berkurangnya sumber daya ikan diperairan laut dan terumbu karang, yaitu polusi, penyakit, alga berbahaya, sanitasi turun, banjir, hipoksia, eutrofikasi, badai, hingga gelombang panas. Generasi muda di masa depan yang menjadi calon pengusaha muda perikanan berpikir bahwa bisnis perikanan dan kelautan bertujuan untuk mendapatkan uang dengan memikirkan sustainibility-nya. Ia juga menjelaskan bahwa potensi benih lobster untuk budidaya di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia tersebar di 11 wilayah yang dibudidaya menggunakan sistem nursery indoor yang selanjutnya dilanjutkan dengan sistem keramba jaring apung.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi antara peserta webinar dengan pembicara. Webinar ini diharapkan dapat ditindaklanjuti melalui penelitian maupun kerja sama antara stakeholder sehingga dapat menghasilkan output yang baik untuk industri perikanan dan kelautan. Selain itu, seminar ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat Indonesia dan khususnya Provinsi Lampung.
Reportase: Merisa Anggraini