Peneliti Micdash FEB UGM Sebut Pemanfaatan Bonus Demografi Masih Menyisakan Tantangan
- Detail
- Ditulis oleh Kurnia
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1137
Bidang kajian Microeconomics Dashboard (Micdash) Fakultas Eknonomika dan Bisnis (FEB) UGM melakukan riset dan kajian terhadap transisi demografi di Indonesia. Kajian ini pun mengungkapkan Indonesia saat ini sudah dan sedang memasuki era bonus demografi khususnya bonus demografi tahap pertama. Serta pencapaian pemanfaatan bonus demografi (demographic dividend) di Indonesia terus mengalami perbaikan, walaupun masih menyisakan beberapa tantangan. Bonus demografi sendiri merupakan dampak dari perubahan struktur usia penduduk suatu bangsa, khususnya dampak secara ekonomi.
Koordinator Bidang Kajian Micdash, sekaligus dosen prodi Ilmu Ekonomi FEB UGM, Qisha Quarina, S.E., M.Sc., Ph.D., menjelaskan perbaikan capaian pemanfaatan bonus demografi tersebut utamanya terjadi pada aspek investasi modal manusia seperti peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) dan angka partisipasi sekolah. Selain itu, proporsi tabungan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga mengalami peningkatan.
Qisha menyebutkan meski terdapat peningkatan pada aspek investasi modal manusia, tetapi beberapa indikator mengalami stagnasi dan cenderung rendah. Seperti pada indikator ketenagakerjaan diketahui partisipasi angkatan kerja perempuan yang cenderung stagnan, tingkat produktivitas dan pendapatan pekerja yang rendah, serta rendahnya kepemilikan tabungan dan aset lansia. "Kondisi ini masih menyisakan tantangan bagi Indonesia untuk dapat memetik bonus demografi seutuhnya," tuturnya, Rabu (28/5).
Qisha mengatakan hal tersebut perlu menjadi prioritas pemangku kebijakan. Langkah tersebut perlu segera diambil agar kesempatan untuk memetik bonus demografi atau demographic dividend tidak berubah menjadi bencana atau demographic burden, khususnya pada fase window of opportunity yang diproyeksikan akan terjadi pada rentang tahun 2020-2035 untuk Indonesia. "Peristiwa tersebut memiliki batasan waktu dan hanya akan terjadi satu kali dalam sejarah bangsa Indonesia," jelasnya.
Bonus demografi dikatakan Qisha tidak terjadi secara otomatis apalagi cuma-cuma. Terdapat beberapa prasyarat yang harus dipenuhi agar bonus dari struktur demografi tidak berubah menjadi bencana atau demographic burden. "Terdapat tiga mekanisme untuk dapat memanfaatkan demographic dividend yaitu melalui penawaran tenaga kerja, modal manusia, dan tabungan," tuturnya.
Raniah Salsabila, S.E., peneliti Micdash lainnya menambahkan bahwa transisi demografi di Indonesia yang ditunjukkan dengan penurunan tingkat kelahiran dan tingkat kematian telah mengubah struktur usia penduduk. Disamping itu transisi demografi juga membawa Indonesia berada dalam fase bonus demografi tahap pertama. "Hal ini ditunjukkan dari rasio ketergantungan yang berada di bawah 50% sejak tahun 2015. Kondisi itu mengindikasikan bahwa struktur penduduk Indonesia didominasi oleh penduduk usia produktif," paparnya.
Raniah mengatakan rasio ketergantungan di Indonesia diproyeksikan akan kembali meningkat setelah tahun 2035. Lalu, rasio ketergantungan tersebut akan kembali berada di atas 50% pada 2045 dikarenakan masuknya era ageing population. Dengan kata lain, setelah tahun 2035 diantisipasi menjadi periode dimana Indonesia akan selesai mengalami fase bonus demografi pertama yang ditandai dengan peningkatan jumlah penduduk lansia. Pada kenyataannya, penduduk lansia mengalami penurunan kapasitas fisik serta peningkatan penyakit sehingga penduduk lansia menjadi tidak produktif dan menggantungkan hidupnya kepada orang lain atau pemerintah. Oleh sebab itu, diperlukan upaya pemerintah untuk menjaga dan mempersiapkan lansia agar menjadi lansia aktif dan produktif untuk dapat memetik bonus demografi seutuhnya.
Sumber: Micdash
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
IKU: 5
Sustainable Development Goals