Membangun Kesiapsiagaan Mental dengan Psychological First Aid
- Detail
- Ditulis oleh Shofi
- Kategori: Berita
- Dilihat: 187
Kesehatan mental merupakan fondasi bagi kesejahteraan keseluruhan mencakup aspek emosi, perilaku, kognitif, dan fisik. Namun, perubahan lingkungan, pengalaman tidak menyenangkan, tekanan kerja, atau hubungan interpersonal sering kali menimbulkan tekanan psikologis yang bisa mengganggu kesehatan mental. Psychological First Aid (PFA) hadir sebagai pendekatan untuk memberikan pertolongan pertama bagi individu yang mengalami krisis psikologis.
Psikolog Career and Student Development Unit (CSDU) FEB UGM, Anisa Yuliandri, S.Psi., M.Psi., Psikolog., menyebutkan pentingnya Psychological First Aid (PFA). PFA ini penting sebagai usaha memberikan dukungan kepada orang yang tengah mengalami krisis atau yang membutuhkan dukungan.
“PFA ini dilakukan dengan menunjukkan empati dan bisa dilakukan oleh siapa saja,” jelasnya, Jum’at 15 November 2024 dalam sesi pengembangan diri bagi staf profesional secara daring bertajuk Membangun Kesiapsiagaan Mental: Psychological First Aid di Lingkungan Kampus.
Anisa menjelaskan PFA bertujuan memberikan perhatian kepada individu yang membutuhkan, memberikan rasa aman, hingga membantu menghadapi stress dari suatu peristiwa yang tidak nyaman. Selain itu, melalui PFA ini diharapkan dapat mencegah memburuknya kondisi psikologis individu sebelum mendapat penanganan lanjutan dan membantu orang untuk terhubung dengan informasi, pelayanan dan dukungan sosial lainnya.
Lebih lanjut Anisa memaparkan tentang tiga prinsip utama dalam PFA, yaitu Look, Listen dan Link. Langkah pertama dalam PFA adalah Look yakni mengenali situasi dan mengidentifikasi siapa yang membutuhkan bantuan. Berikutnya, Listen yaitu mendengarkan secara aktif dengan penuh empati adalah inti dari PFA. Terakhir, Link dimana setelah memahami kondisi yang terjdi selanjutnya membantu mengarahkan individu ke layanan yang sesuai, seperti konselor atau psikolog, jika diperlukan. Pendekatan ini dirancang agar siapa saja agar dapat memberikan dukungan awal kepada individu yang membutuhkan.
Dalam memberikan dukungan psikologis, lanjutnya, penting untuk memilih tempat yang tenang dan aman, menjaga jarak yang pantas, serta menunjukkan perhatian melalui kontak mata, anggukan kepala, dan mengikuti ekspresi individu. Sikap sabar, tenang, memberikan informasi yang aktual dan jujur, mengakui serta memvalidasi perasaan, menjaga privasi, dan mendukung individu untuk menolong diri sendiri menjadi kunci utama.
Sebaliknya, hindari membocorkan informasi pribadi, menghakimi perasaan atau perilaku, menyela pembicaraan, memaksakan individu untuk berbicara, atau menyampaikan pandangan pribadi. Selain itu, jangan terlalu cepat menyimpulkan, melakukan kontak fisik tanpa persetujuan, mengarang informasi, atau mengabaikan kekuatan mereka dalam mengatasi masalahnya sendiri.
Dalam pelatihan tersebut, Anisa menyebutkan pentingnya mengenali gejala stres atau tekanan psikologis. Apabila menemui kesulitan dalam menemukan solusi atas persoalan yang dihadapi, individu yang mengalami stres diharapkan tidak ragu untuk mengakses layanan psikologis.
Dalam upaya menciptakan kampus yang sehat dan inklusif, FEB UGM menyediakan layanan psikologis yang berada dibawah naungan Career and Student Development Unit (CSDU) FEB UGM. Selain layanan di tingkat fakultas, terdapat beberapa layanan psikologis di lingkungan UGM yang dapat diakses oleh civitas akademika UGM antara lain Unit Konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM, Mental Health Emergency Response Line (MHERL), Gadjah Mada Medical Center (GMC), dan Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals