Kisah Ina Raih Dua Medali di Cabor Tenis Lapangan PORSENIGAMA 2024
- Detail
- Ditulis oleh Shofi
- Kategori: Berita
- Dilihat: 14
Gagal bukanlah akhir segalanya. Prinsip itu dipegang teguh oleh Ina Winata Kusuma Hasibuan yang sempat sempat gagal meraih medali dari cabang olahraga Tenis Lapangan di Pekan Olahraga dan Seni Mahasiswa (PORSENIGAMA) 2024. Dengan semangat pantang menyerah akhirnya mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UGM angkatan 2022 ini sukses menyumbangkan emas dan perunggu untuk FEB UGM.
Ia meraih medali emas untuk kategori Ganda Putri bersama Faizah Maulina Anjani (lmu Ekonomi 2022) dan satu medali perunggu untuk kategori Tunggal Putri.
“Tahun kemarin sempat gagal dan memotivasi saya di kompetisi ini untuk membayar kegagalan itu. Akhirnya terbayarkan di tahun ini dengan menyumbang total 2 medali untuk FEB,” ungkapnya penuh antusias.
Perjalanan Ina mengenal dunia tenis lapangan dimulai sejak bangku SD karena dorongan sang ayah. Bergabung di sebuah klub tenis, Ina mengasah kemampuannya melalui berbagai turnamen tenis hingga mampu mewakili Kota Depokdi turnamen POPWILDA (Pekan Olahraga Pelajar Wilayah Daerah) dan PORPROV (Pekan Olahraga Provinsi). Perjalanan ini membawa Ina ke UGM melalui jalur Penerimaan Bibit Unggul Berprestasi (PBUB) dan pun ia melanjutkan kecintaannya pada tenis dengan bergabung dalam UKM Tenis Lapangan UGM.
“Saya juga lolos sebagai mahasiswa UGM melalui jalur PBUB (Penerimaan Bibit Unggul Berprestasi) olahraga tenis lapangan. Setelah menjadi mahasiswa pun, saya mengikuti UKM Tenis Lapangan dan turnamen tenis mewakili UGM,” ungkapnya penuh haru.
Persiapan Porsenigama ia lakukan dengan latihan, menyusun strategi, serta meyakinkan diri sendiri untuk percaya diri, fokus, dan enjoy dalam permainan. “Strategi saya adalah sebisa mungkin untuk mengambil semua bola dari lawan untuk mengurangi risiko kehilangan poin. Jika memungkinkan, saya mengambil semua bola yang ditujukan ke partner. Selain itu, saya berusaha untuk memberikan bola ke lawan yang kurang bisa menerima bola,” jelasnya.
Dalam perjalanannya memenangkan pertandingan tenis lapangan di Porsenigama tentunya ada beberapa tantangan yang harus Ina hadapi baik ketika latihan dan pertandingan. Tantangan terbesarnya adalah meyakinkan partner ganda putrinya untuk lebih percaya diri dan memperbanyak latihan sendiri untuk service dan menerima bola. Hambatan lainnya yaitu mereka jarang latihan bersama karena Ina disibukkan oleh turnamen tenis lapangan di Surabaya.
Selain itu, ia juga harus menghadapi lawan-lawannya yang tidak kalah tangguh. “Lawan terberat kami berasal dari Fakultas Psikologi dan Fakultas Hukum. Mereka sulit dikalahkan karena kami sama-sama atlet yang sering ikut turnamen,” jelas Ina.
Selama pertandingan berlangsung, ia berusaha untuk meyakinkan diri sendiri agar tidak terburu-buru dan tetap enjoy saat berada dalam kondisi tertekan. Ina juga berusaha meyakinkan rekannya bahwa mereka bisa memenangkan pertandingan tersebut. Pendekatan mental ini terbukti ampuh karena Ina dan pasangannya mampu tampil tenang dan fokus meski berada di momen-momen krusial.
Menurutnya, dukungan dari pelatih, keluarga, dan teman sangat berpengaruh dalam performa dan meraih kemenangan. Ia mengungkapkan bahwa ayahnya sangat mendukung dalam kegiatan non akademik ini. Bahkan, teman-temannya juga selalu mengingatkan untuk tidak berhenti bermain tenis.
Ina mengungkapkan bahwa kegiatan non akademik sangat membantunya salam perkembangan akademik dan sosialnya. “Menurut saya, tenis berfungsi sebagai sarana healing dari rutinitas perkuliahan dan media membangun relasi,” ungkapnya.
Dalam hal pengelolaan waktu, Ina menunjukkan kemampuan manajemen yang baik untuk menyeimbangkan jadwal kuliah, latihan, dan pertandingan. Ia memastikan untuk mengikuti kelas di sesi pagi agar tidak berbenturan dengan jadwal latihannya di sore hari. Selain itu, ia selalu berusaha menyelesaikan tugas kuliah lebih awal agar tidak terganggu oleh aktivitas olahraga.
Ina berpesan kepada mahasiswa lain yang ingin aktif dalam kegiatan non akademik tanpa mengorbankan prestasi akademik. “Pastinya harus pintar mengatur waktu. Usahakan jangan mengerjakan tugas mendekati tenggat pengumpulan. Kalau bisa, tugas dikerjakan secepatnya agar waktu selanjutnya dapat dipakai untuk kegiatan lainnya,” tutupnya.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals