Micdash FEB UGM Kaji Dampak Artificial Intelligence terhadap Pasar Tenaga Kerja
- Detail
- Ditulis oleh Shofi
- Kategori: Berita
- Dilihat: 16
Bidang kajian Microeconomics Dashboard, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada kembali merilis riset terbaru mereka yang mengangkat tema "Labor and Technology Economics: Apakah Artificial Intelligence akan Sepenuhnya Mensubstitusi Manusia?". Kajian ini menyelami pengaruh kemajuan inovasi teknologi dalam perkembangan Artificial Intelligence (AI) terhadap pasar ketenagakerjaan.
Koordinator Bidang Kajian Micdash, Qisha Quarina, S.E., M.Sc., Ph.D., menjelaskan bahwa fenomena berkembangnya penggunaan AI semakin meningkat. Teknologi diperkirakan akan memberi dampak signifikan terhadap lapangan pekerjaan untuk mempermudah pencarian informasi dan pengelolaan sumber daya manusia dengan meningkatkan produktivitas untuk memantau pergerakan pekerja.
Kemunculan teknologi kecerdasan buatan atau AI menghadirkan dinamika yang kompleks. Di sisi lain, inovasi ini dapat memberikan manfaat, namun teknologi ini juga berpotensi untuk memunculkan hal-hal buruk lainnya. Ini menimbulkan kekhawatiran terhadap proses kerja yang mulai digantikan oleh mesin dan robot serta munculnya kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki pekerja dan yang dibutuhkan di pasar kerja.
Qisha juga menekankan bahwa sebanyak 77% manusia khawatir AI dapat menghilangkan pekerjaan dan menggantikan tugas-tugas mereka. “Ini karena AI dapat mengoptimalkan pekerjaan dan melengkapi kekurangan sumber daya manusia,“ tuturnya, Senin (2/12/2024).
Meskipun begitu, lanjutnya, AI kurang mampu dimanfaatkan secara maksimal untuk hal-hal yang sifatnya tidak dapat diprediksi, terutama luar bidang pengetahuan yang telah ditentukan sebelumnya.
“Sektor pendidikan dan perusahaan sebaiknya memberikan fasilitas kebutuhan upgrading skills maupun reskilling yang dibutuhkan para pekerja agar dapat bersaing di masa depan dan memastikan pekerja tetap relevan di pasar kerja yang semakin berbasis digital,” tambahnya.
Peneliti Micdash lainnya, Raniah Salsabila, S.E. menyebutkan bahwa penerapan AI di pasar tenaga kerja tidak bisa dihindari karena inovasi ini pada dasarnya dirancang untuk membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaan dan meningkatkan produktivitas.
"Sebagai contoh, ChatGPT digunakan untuk mendukung penelitian, penyuntingan naskah, dan membantu dalam pembangkit ide yang lebih efisien. Ini menunjukkan bahwa AI tidak menggantikan manusia, melainkan menggantikan keterampilan tertentu yang dibutuhkan pekerja untuk membuat pekerjaan lebih efisien,” jelas Raniah.
Raniah menambahkan bahwa manfaat AI dapat dimaksimalkan agar pekerja memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi tersebut. Keterampilan yang dibutuhkan di masa depan tidak hanya terbatas pada keterampilan yang berkaitan dengan teknologi, tetapi juga mencakup kecerdasan manusia, seperti analytical thinking and innovation, complex problem-solving, critical thinking and analysis, creativity, originality and initiative, serta reasoning, problem-solving and ideation.
“Keterampilan-keterampilan ini menjadi semakin penting. Kendati mampu menjalankan tugas-tugas tertentu, tetapi AI tidak dapat menggantikan kualitas-kualitas yang terkait dengan kecerdasan manusia,”pungkasnya.
Sumber: Micdash FEB UGM
Penulis: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Foto: Dihasilkan dengan Copilot
Sustainable Development Goals