• Tentang UGM
  • SIMASTER
  • SINTESIS
  • Informasi Publik
  • SDGs
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
  •  Tentang Kami
    • Sekilas Pandang
    • Sejarah Pendirian
    • Misi dan Visi
    • Nilai-Nilai
    • Pimpinan Fakultas
    • Pimpinan Senat
    • Pimpinan Departemen
    • Pimpinan Program Studi
    • Pimpinan Unit
    • Dewan Penasihat Fakultas
    • Laporan Tahunan
    • Fasilitas Kampus
    • Panduan Identitas Visual
    • Ruang dan Kegiatan
    • Ruang Berita
    • Acara Mendatang
    • Dies Natalis ke-70
  • Program Akademik
    • Program Sarjana
    • Program Magister
    • Program Doktor
    • Program Profesi
    • Program Akademik Singkat
    • Program Profesional & Sertifikasi
    • Kalender Akademik
  • Fakultas & Riset
    • Keanggotaan Fakultas
    • Akreditasi Fakultas
    • Jaringan Internasional
    • Dosen
    • Profesor Tamu dan Rekan Peneliti
    • Staf Profesional
    • Publikasi
    • Jurnal Yang Diterbitkan
    • Kertas Kerja
    • Bidang Kajian
    • Unit Pendukung
    • Kemitraan Konferensi Internasional
    • Call for Papers
    • Pengabdian Kepada Masyarakat
    • Perpustakaan
    • Kanal Pengetahuan
  • Pendaftaran
  • Home
  • Berita

Korupsi Hancurkan Martabat Bangsa

  • Berita
  • 5 Maret 2014, 12.20
  • Oleh : Admin

Budayawan Emha Ainun Najib menyebutkan Indonesia telah kehilangan martabatnya sebagai bangsa. Pasalnya negara belum mampu memenuhi hak dan kebutuhan rakyatnya. Ditambah lagi dengan praktik korupsi yang kian marak dalam beberapa waktu terakhir. “Indonesia sudah hancur martabatnya, korupsi dimana-mana,” terangnya, Selasa (4/3) di UC UGM dalam Seminar Nasional “Etika dan Martabat Manusia: Refleksi Perjalanan Kehidupan Bangsa Indonesia”.

Cak Nun mengatakan martabat bangsa bisa hancur karena manusia yang semakin mengabaikan norma dan nilai sosial serta etika dalam kehidupan berbangsa. Fenomena seperti ini justru semakin menguat di Indonesia. Sebut saja dalam proses politik kenegaraan semakin banyak ditemui penggunaan politik uang dan upaya saling menjatuhkan. Politik menjadi dimaknai hanya sebagai jalan untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan.

“Ngakunya maju jadi caleg untuk perjuangkan rakyat, tapi sebenarnya cari kekuasaan maupun kekayaan,” ujarnya.

Disampaikan Cak Nun, masyarakat Indonesia saat ini kehilangan kepercayaan terhadap negara. Bahkan, perilaku yang mengabaikan etika dan norma sosial tersebut justru mengilhami masyarakat untuk turut melakukannya.

“Ya gak heran kalau sekarang banyak pengguna jalan yang ngawur. Mereka pikir kenapa harus patuh, lha wong pejabatnya saja banyak yang tidak patuh, korupsi dan menggelapkan pajak rakyat,” jelasnya.

Ekonom UGM, Prof. Dr. Mudrajad Kuncoro menuturkan bahwa pembangunan yang dilakukan pemerintah saat ini masih belum mampu menentaskan kemiskinan. Meskipun dalam sepuluh tahun terakhir jumlah orang miskin dan tingkat kemiskinan mengalami penurunan, tetapi ketimpangan sosial masih cukup besar. “Ketimpangan masih tinggi. Setidaknya 28 juta masyarakat Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan,” jelasnya.

Hingga saat ini terdapat 183 kabupaten/kota yang berada dalam ketertinggalan. Dari jumlah tersebut sebagian besar ketertinggalan dialami oleh daerah Timur Indonesia.

“Hampir 70 persen dialami wilayah Timur Indonesia. Jadi walapun tingkat kemiskinan Indonesia menurun, namun di daerah tertentu, Timur Indonesia, tingkat kemiskinan masih tinggi lebih dari 20 persen,” paparnya. Pembangunan di Indonesia, dikatakan Mudrajad belum dilakukan secara merata. Bahkan, sebagian besar hasil pembangunan hanya dinikmati oleh kalangan tertentu.

“Setidaknya 85 persen pembangunan dinikmati orang kaya dan menengah,” katanya. Mudrajad menuturkan pembangunan yang tidak bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat adalah hal yang tidak beretika dan menurunkan martabat bangsa. Negara seharusnya menjalankan kewajiban memenuhi hak-hak rakyatnya dengan melakukan pembangunan yang bisa mensejahterakan seluruh masyarakat.

“Pembangunan di Indonesia ini belum berhasil mensejahterakan rakyatnya, tetapi malah menghasilkan orang miskin karena banyaknya tindak korupsi di berbagai sektor. Ditambah lagi dengan inefisiensi birokrasi di pemerintahan,” urainya.

Dekan Filsafat UGM, Dr. Mukhtasar Syamsuddin menegaskan bahwa martabat manusia Indonesia saat ini berada dalam belenggu global utilitarianisme. Masyarakat memiliki kencenderungan dalam bertindak dengan menekankan prinsip manfaat. Kegunaan suatu tindakan dijadikan sebagai norma moral dalam berkehidupan.

“Jadi melakukan tindakan apakah itu memberi manfaat bagi dirinya,” terangya.

Misalnya perilaku korupsi dilakukan karena memberikan keuntungan bagi pelaku. Padahal tindakan yang diambil  adalah sesuatu yang tidak benar. “Namun hal itu tetap dilakukan karena membawa akibat yang menguntungkan,” katanya.

Muhktasar menungkapkan bahwa belakangan terjadi pergeseran nilai dalam masyarakat. Penilaian martabat seseorang tidak lagi dari perilaku mulia. Namun martabat dilihat atas dasar kekuasaan maupun materi yang dimiliki.

“Martabat dinilai dari kekayaan dan kekuasaan, itu yang terjadi sekarang ini. Masyarakat kita sudah berada dalam cengkarman utilitarianisme,” kata dia menyayangkan. Sementara Dr. Gadis Arivia, Yayasan Jurnal Perempuan pada kesempatan itu lebih banyak membahas tentang etika perempuan dalam kehidupan. Ia menyebutkan bahwa ketertinggalan yang dialami perempuan Indonesia dikarenakan etika yang diterapkan lebih mengarah pada etika laki-laki. Sehingga banyak kebijakan negara dibuat kurang memperhatikan dan melindungi perempuan.

Dalam kehidupan sehari-hari, dikatakan Gadis, moralitas perempuan sering kalah apabila dipraktikan dalam hubungan dengan laki-laki ataupun orang yang lebih kuat. Selain itu juga saat dihadapkan dengan kondisi dimana konstruksi sosial yang meremehkan kepedulian.

“Wanita dianggap sebagai pribadi yang tidak otonom dan sering mengalami kehilangan hak dasar dan identitasnya. Untuk itu pendidikan penting untuk mengubah keadaan sosial wanita agar bisa jadi otonom dan bebas,” ’jelasnya.

Sumber: Ika/UGM

Views: 266

Related Posts

Tatsbita Ratqa Amany tersenyum sambil memegang hasil kerajinan tangan di acara workshop Day of Art

Mahasiswa FEB UGM Sukses Bangun Bisnis Kerajinan yang Gandeng Ratusan Brand 

Sudut Mahasiswa Jumat, 16 Mei 2025

Siapa sangka, hobi membuat kerajinan tangan sejak kecil bisa menghantarkan Tatsbita Ratqa Amany, mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UGM angkatan 2022, membangun bisnis kreatif yang kini menjangkau puluhan kota di Indonesia? Berawal dari kegemaran pribadi, Tatsbita mendirikan Day of Art, platform workshop kerajinan yang sukses menggandeng ratusan brand nasional hingga internasional.

Agenda Dies Natalis ke-70

Dies Natalis Jumat, 16 Mei 2025

Agenda Kegiatan Dies Natalis ke-70
Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

 

Agenda Kegiatan

Tanggal Kegiatan Dokumentasi
24 Mei IAI APAFEST 2025, detil
26-27 Juni Konferensi Internasional

  • Accounting and Accountability in Emerging Economies (AAEE) 2025, detil
14-25 Juli Global Summer Week 2025, detil
23-25 Juli Konferensi Internasional

  • The 13th Gadjah Mada International Conference on Economics and Business (GAMAICEB 2025), detil
Agustus Seminar Internasional

  • The 9th Mubyarto Public Policy Forum (MPPF 2025)
13-14 September Family Fun Evening

  • Fun Game
  • Kuliner
19 September Sidang Senat Terbuka

  • Pidato Laporan Tahunan Dekan: Prof. Didi Achjari, S.E., M.Com., Ph.D., Ak.
    Menko Abdul Muhaimin Iskandar menyampaikan strategi pemberdayaan UMKM melalui investasi inklusif di seminar FEB UGM.

    Menko Muhaimin Dorong Mahasiswa Lahirkan Inovasi Pemberdayaan Ekonomi

    Berita Jumat, 16 Mei 2025

    Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Kemenko PM) Republik Indonesia, Dr. (HC) Drs. Abdul Muhaimin Iskandar mendorong mahasiswa untuk terus berinovasi dan berkarya untuk memberikan solusi nyata terhadap berbagai persoalan bangsa, termasuk dalam bidang sosial dan ekonomi.

    Dosen FEB UGM, Muhammad Edhie Purnawan, memberikan pandangan tentang diplomasi ekonomi Indonesia di tengah proteksionisme AS.

    Bertarung di Meja Diplomasi, Menjaga Kedaulatan Ekonomi 

    Suara Akademisi Jumat, 16 Mei 2025

    Oleh Muhammad Edhie Purnawan, S.E., M.A., Ph.D
    Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

    Di tengah proteksionisme ekonomi Amerika Serikat yang semakin ketat, Indonesia menghadapi ujian berat.

    Berita Terkini

    • Mahasiswa FEB UGM Sukses Bangun Bisnis Kerajinan yang Gandeng Ratusan Brand 
      Mei 16, 2025
    • Agenda Dies Natalis ke-70
      Mei 16, 2025
    • Menko Muhaimin Dorong Mahasiswa Lahirkan Inovasi Pemberdayaan Ekonomi
      Mei 16, 2025
    • Bertarung di Meja Diplomasi, Menjaga Kedaulatan Ekonomi 
      Mei 16, 2025
    • FEB UGM Bahas Potensi Kolaborasi Riset dan Akademik dengan Hochschule Osnabrück
      Mei 15, 2025

    Artikel Terkait

    • Mahasiswa FEB UGM Sukses Bangun Bisnis Kerajinan yang Gandeng Ratusan Brand 
      Mei 16, 2025
    • Agenda Dies Natalis ke-70
      Mei 16, 2025
    • Menko Muhaimin Dorong Mahasiswa Lahirkan Inovasi Pemberdayaan Ekonomi
      Mei 16, 2025
    • Bertarung di Meja Diplomasi, Menjaga Kedaulatan Ekonomi 
      Mei 16, 2025
    • FEB UGM Bahas Potensi Kolaborasi Riset dan Akademik dengan Hochschule Osnabrück
      Mei 15, 2025
    Universitas Gadjah Mada

    Universitas Gadjah Mada
    Fakultas Ekonomika dan Bisnis

    Jln. Sosio Humaniora No.1, Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia 55281

    Peta & Arah
    Informasi Kontak Selengkapnya

    Departemen

    • Akuntansi
    • Ilmu Ekonomi
    • Manajemen

    Direktori Fakultas

    • Informasi Publik
    • Manajemen Ruang
    • Manajemen Aset
    • Manajemen Makam

    Alumni

    • Komunitas Alumni
    • Layanan Alumni
    • Pelacakan Studi
    • Pekerjaan & Magang
    • Beasiswa

    Social Media

    © 2025 Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

    Kebijakan PrivasiPeta Situs

    Buka percakapan
    1
    💬 Butuh bantuan?
    FEB UGM Official WhatsApp
    Halo 👋
    Bisakah kami membantu Anda?