- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 3943
Center for Good Corporate Governance FEB UGM bekerjasama dengan Jurusan Akuntansi, dan Magister Akuntansi FEB UGM pada tanggal 22 sampai dengan 23 Juli 2010 telah sukses menyelenggarakan acara Bedah Buku mengenai "REFORMASI AKUNTANSI Membongkar Bounded Rationality Pengembangan Akuntansi" dan Workshop yang mengupas tentang "Metoda Inovatif Pembelajaran Akuntansi Keuangan Pengantar." Bedah buku yang merupakan hasil karya Sony Warsono, MAFIS., Akt., Ph.D ini mencoba mengangkat dan mengkaji sistem pembelajaran akuntansi saat ini yang dianggap terlalu mengedepankan mekanisme debit dan kredit diperkuliahan sehingga membuat sebagian mahasiswa khususnya mahasiswa tingkat awal merasa kesulitan dalam memahami esensi pokok dari pemahaman ilmu akuntansi itu sendiri. Akuntansi dinilai sebagai ilmu yang terlalu mekanis, prosedural, dan sangat mengandalkan kemampuan menghafal, sehingga banyak peneliti yang mengusulkan untuk menghilangkan pembelajaran tentang mekanisme debit dan kredit dalam perkuliahan. Oleh karena itu, beliau dalam bukunya mencoba memperkenalkan alternatif sistem pembelajaran akuntansi dengan menggunakan perspektif matematika. Dengan perspektif matematika diharapkan dapat mematahkan persepsi akademisi yang selama ini menganggap mekanisme debit dan kredit hanya sebagai hasil kesepakatan atau rule of thumbs. Melalui pembahasan buku ini, para pembaca dibawa untuk melihat seberapa efektif sistem pembelajaran akuntansi berbasis matematika dapat memberikan solusi dalam rangka meningkatkan pemahaman akademisi dan mahasiswa akan ilmu akuntansi.
Acara dibuka oleh Wakil Rektor Senior Bidang Administrasi dan Sumber Daya Manusia Universitas Gadjah Mada, Prof. Ainun Na’im, M.B.A., Ph.D. dilanjutkan presentasi oleh Rimawan Pradiptya, M.Sc., Ph.D. dan Ertambang Nahartyo, M.Sc., Ph.D. yang memperkenalkan audiens terhadap Rational Choice Theory vs Bounded Rational Theory. Selain itu acara juga diisi oleh beberapa pembicara ahli antara lain Prof. Zaki Baridwan, M.Sc., Ph.D., Prof. Dr. Slamet Sugiri, M.B.A., Prof. Jogiyanto Hartono M., M.B.A., Ph.D., dan Setiyono Miharjo, M.B.A., Ph.D. dengan moderator Supriyadi, M.Sc., Ph.D., Mahfud Sholihin, M.Acc., Ph.D. dan Lindrianasari, S.E., M.Sc.
Acara ini terdiri dari dua kegiatan. Hari pertama diisi dengan membahas dan membedah buku "REFORMASI AKUNTANSI Membongkar Bounded Rationality Pengembangan Akuntansi." Sedangkan hari kedua digunakan untuk mengupas tuntas metoda pembelajaran berbasis matematika di mata kuliah Akuntansi Keuangan, terutama Akuntansi Pengantar I. Antusiasme keingintahuan peserta acara yang didominasi oleh kalangan akademisi dan mahasiswa ini terlihat jelas pada sesi tanya jawab. Hal ini dikarenakan metoda pembelajaran akuntansi melalui perspektif matematika merupakan hal yang baru di dunia pendidikan akuntansi di Indonesia. Sony menjelaskan bahwa metoda pembelajaran akuntansi baru ini menggunakan persamaan aljabar sederhana seperti pada pendidikan dasar sehingga akan lebih memudahkan mahasiswa terutama mahasiswa tingkat awal yang cenderung mengalami fobia akuntansi untuk lebih memahami secara benar konsep akuntansi keuangan dan membantu membuat akuntansi menjadi pelajaran yang menarik untuk dipelajari.
Sumber: cgcg_aya
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2343
Mantan Wapres RI Jusuf Kalla (JK) hadir menjadi pembicara dalam kuliah umum di depan puluhan mahasiswa asing dari 22 negara di dunia yang tengah mengikuti International Students Summer Program, DREAM 2010, di FEB UGM, Selasa (13/7). Dalam kesempatan tersebut, JK berbicara panjang lebar tentang pengembangan ekonomi kreatif dalam ranah pariwisata. Menurut JK, sumber daya alam melimpah seperti yang dimiliki Indonesia dapat dikembangkan untuk mengembangkan ekonomi kreatif.
"Sektor yang paling potensial untuk pengembangan ekonomi kreatif saat ini terletak pada bidang pariwisata. Dimana pada sektor tersebut segala aspek dan segala bentuk dapat diubah dan memiliki nilai jual ketika diberikan sentuhan kreatifitas," kata Jusuf Kalla. Dalam pemaparannya, JK didampingi oleh Sekretaris Eksekutif UGM Drs. Djoko Moerdiyanto dan Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM Prof. Dr. Marwan Asri, MBA.
JK menyampaikan, dalam bisnis pariwisata, tidak hanya dituntut untuk memiliki pemikiran bagaimana untuk menghasilkan sesuatu yang unik dan berbeda. Ia menerangkan, dalam kegiatan ekonomi, pelakunya diharuskan bisa menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai baik dari segi tempat, waktu maupun strukturnya. "Bagaimana imajinasi dan kreativitas bisa menghasilkan uang, itulah yang dinamakan bisnis dalam pariwisata. Di bidang ini terdapat banyak sekali kemungkinan untuk mengembangkan keberhasilan ekonomi kreatif," terangnya.
Dikatakan JK, untuk mengembangkan pemikiran kreatif dan menghasilkan nilai ekonomi terutama dalam sektor pariwisata, maka perlu dicari dengan cara berwisata pula. "Dengan berwisata dan mengunjungi banyak tempat, maka kita akan tahu kebiasaan orang lain, kita akan mengerti keunikan di daerah tertentu, apa kebudayaan mereka dan apa peluang yang bisa kita ambil untuk mengembangkan bisnis," katanya.
JK menambahkan, salah satu hal yang harus menjadi perhatian dalam menjalankan ekonomi kreatif adalah memiliki strategi untuk membuat hal yang berbeda. "Sekarang misalkan kita membuat kerajinan wayang. Idealnya mungkin wayang itu baru bisa dihasilkan dalam waktu sekitar satu jam. Tetapi dalam ekonomi kreatif, hal yang berlaku adalah bagaimana kita bisa menghasilkan wayang itu hanya dalam waktu 5 menit saja. Itulah analoginya," imbuh JK.
Dalam diskusi dengan para peserta yang kebanyakan mahasiswa asing, JK menjawab dengan tangkas beberapa pertanyaan baik tentang kondisi Indonesia hingga persoalan partai politik terkini.
Salah satu peserta, Silvia dari Madagaskar, mempertanyakan mengapa warga dari Indonesia banyak memilih menjadi TKI di luar negeri. Menurut JK, di luar negeri mereka mendapatkan pekerjaan dan gaji yang lebih baik. Kendati begitu, yang memilih menjadi TKI kebanyakan yang masih berpendidikan rendah. "Karena gaji dan pekerjaan yang lebih baik inilah, banyak dari mereka menjadi TKI illegal," jelasnya.
Terkait dengan pertanyaan memanasnya konflik di partai Golkar, antara kubu Aburizal Bakri dan Surya Paloh pasca pemilihan ketua umum. JK mengatakan kompetisi keduanya merupakan bagian dari demokrasi, meski demikian Golkar masih merupakan partai terbesar di Indonesia.
"Partai Golkar masih sebagai partai terbesar hingga 2009. Setiap Partai harus terus berjuang dan mengalami dinamika. Kompetisi Aburizal dan Surya Paloh merupakan salah satu bentuk bagian dari demorasi," tandasnya.
Sehubungan dengan perannya menengahi konflik diberbagi daerah selama ini, akan terus ia lakukan. Meski tidak lagi menjabat sebagai wapres, justru dia memiliki waktu lebih banyak untuk mengurusi konflik bai di daerah dan di negara tetangga. Termasuk salah satunya mengusahakan perdamaian di Mindanao Filipina dan Thailand. "Menangani masalah konflik ini harus melalui pendekatan langsung. Karena konflik itu muncul akibat adanya persoalan politik, ekonomi dan sosial," jelasnya.
Usai memberikan kuliah, JK juga berkesempatan berfoto bersama dengan peserta dari 17 perguruan tinggi dari 22 negara. Mereka berasal dari Indonesia, Italia, Jepang, Syria, Malaysia, Uni Emirat Arab, Filipina, Korea selatan, kamboja, india, australia, yunani, namibia, senegal, madagaskar, timor leste, oman, pulau solomon, vietnam, oman, gambia, dan Algeria.
Sumber: www.ugm.ac.id
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2443
Rabu 30/06, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menjalin kerjasama dengan Asian Development Bank (ADB) dalam penyediaan sumber-sumber informasi yang terkait dengan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Asia. Kerjasama ini diwujudkan dengan mendirikan Asian Development Resource Center (ADRC) yang bertempat di Perpustakaan FEB UGM. Keberadaan ADRC ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada sivitas akademika dan masyarakat terkait program-program dan isyu-isyu pembangunan masyarakat baik di Indonesia maupun di Asia.
ADRC sendiri menyediakan informasi yang berupa hasil-hasil proyek dan kegiatan yang dilakukan ADB di berbagai daerah, laporan tahunan, dan hasil-hasil penelitian yang terkait pembangunan masyarakat di negara-negara berkembang. Selain itu keberadaan ADRC ini juga sebagai bagian dari misi ADB dalam program pementasan kemiskinan di negara-negara berkembang.
Peluncuran ADRC dilakukan di Perpustakaan FEB UGM oleh country director ADB, James Nugent, dan wakil dekan bidang Akademik, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, BM Purwanto, M.B.A., Ph.D., dengan disaksikan executive director ADB untuk Indonesia Bapak Marwanto, dan sejumlah tamu undangan.
Baik dari ADB maupun FEB UGM berharap bahwa dengan adanya tambahan fasilitas ADRC di perpustakaan FEB akan dapat meningkatkan dan menambah informasi kepada para pengguna perpustakaan baik untuk keperluan studi, penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat.
Sumber: as
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 5593
Program pengentasan kemiskinan hendaknya melahirkan masyarakat/individu yang mandiri, kreatif, inovatif, dan produktif. Dengan demikian, masyarakat/individu dapat mencari peluang-peluang usaha untuk meningkatkan pendapatannya. Ketika terjadi berbagai krisis, masyarakat/individu yang mandiri akan mampu mengatasi dengan kreasi dan produktivitasnya.
“Kreasi mereka, seperti usaha kecil dan dagang di sepanjang pinggir jalan, hendaknya tidak semena-mena digusur tanpa ada solusi dalam peningkatan pendapatannya,” ujar Prof. Dr. Ir. Sunarru Samsi Hariadi, Ketua Program Doktor dan Master Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan UGM, dalam Seminar Nasional "Menapak Harapan dan Jalan Pengentasan Kemiskinan menuju Indonesia Berkemakmuran". Seminar diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pascasarjana dan bertempat di Fakultas Peternakan UGM, Sabtu (26/6).
Sunarru lebih lanjut mengatakan salah satu langkah agar tujuan tersebut dapat tercapai adalah perlu dilakukan pendekatan berupa penyuluhan/pembimbingan dialogis dengan cara dialektika. Pembimbingan cara ini bersifat terbuka dan komunikatif dengan dialog sebagai cara untuk menyelidiki suatu masalah yang dihadapi masyarakat dan kemudian mencari solusinya. “Dengan model semacam itu, masyarakat diajak kritis dalam memahami pribadi yang kritis, mandiri, dan kreatif. Dengan bimbingan yang melibatkan lembaga terkait akan membuka wawasan masyarakat dan mengerti peluang-peluang beragam usaha,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, ia mencontohkan Kelompok Tani Wanita “Menur” di Desa Wareng, Wonosari, Gunung Kidul, yang dinilai sebagai masyarakat kreatif dan produktif. Ketika lahan pertanian sempit dan kurang subur serta tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarga, para bapak tani lantas bekerja di luar pertanian (dagang, buruh, tukang, dsb). Lahan pertanian kemudian diambil alih dan dikelola oleh para ibu tani. Mereka membentuk kelompok dengan berbagai kegiatan, seperti mengelola pertanian, koperasi, lumbung pangan kelompok, dan industri rumah tangga. “Dari kegiatan diversifikasi pekerjaan masyarakat ini menghasilkan peningkatan pendapatan keluarga yang mampu mengentaskan dari kemiskinan,” imbuh Sunarru.
Sementara itu, dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Catur Sugyanto, Ph.D., yang juga berbicara dalam seminar itu mengatakan pada saat masih terjadi pengangguran dan tingkat kemiskinan yang bertambah, peran pemerintah dibutuhkan, khususnya untuk membantu masyarakat miskin dalam mengakses pendidikan dan kesehatan. “Terbukanya akses orang miskin terhadap pendidikan dan kesehatan diharapkan mampu meningkatkan ke taraf hidup yang lebih baik. Dalam jangka panjang, keadaan ini akan membantu pemerintah dalam mengurangi jumlah orang miskin,” ujar Catur.
Di sisi lain, ditambahkan Catur, kualitas sumber daya manusia terbukti menjadi faktor pemacu pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Sementara itu, implementasi kebijakan desentralisasi sejak tahun 2001 kemungkinan berdampak pada masih rendahnya kualitas pendidikan karena prioritas anggaran yang tidak sesuai.
Ia mencontohkan masih rendahnya Angka Partisipasi Sekolah (APS) untuk semua umur di NTB yang masih di bawah rata-rata nasional. “Evaluasi target pembangunan milenium (MDG) untuk APS umur 13-15 tahun (SMP/MTs) di NTB 76,5%, sedangkan rata-rata nasional 83,5%. Jadi, meskipun MDG ini baru, fenomena rendahnya partisipasi pendidikan dan kemiskinan sudah diidentifikasi sejak lama,” kata Catur.
Sumber: www.ugm.ac.id
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2401
Sebanyak 247 lulusan Program Pendidikan Profesi Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, diwisuda hari Sabtu (26/6). Wisuda periode ke-7 ini dilaksanakan di Grha Sabha Pramana. Hadir dalam acara tersebut, Prof. Ainun Na’im, Ph.D., Wakil Rektor Senior Bidang Administrasi, Keuangan, dan Sumber Daya Manusia UGM, dan B.M. Purwanto, M.B.A., Ph.D., Wakil Dekan Bidang Akademik, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat FEB.
Para wisudawan/wisudawati periode ini merupakan angkatan ke-14, 15, dan 16. Dengan diwisudanya mereka, sejak didirikan pada 2004 hingga saat ini, Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM telah menerima mahasiswa sejumlah 1.230 orang dan meluluskan sebanyak 910 alumni. “Hampir semua lulusan Pendidikan Profesi Akuntansi ini sudah mengabdi di dunia bisnis khususnya dan masyarakat pada umumnya,” kata Pimpinan Program Pendidikan Profesi Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Drs. Sugiarto, M.B.A., Ph.D., dalam sambutannya.
Sugiarto mengatakan tahun 2011 mendatang merupakan tahun yang cukup penting, yaitu ketika dimulainya proses adopsi dan konvergensi standar akuntansi keuangan dari FASB oriented yang notabene American Business Environment ke IFRS yang lebih banyak diadopsi terlebih dahulu ke Benua Eropa.
Konvergensi IFRS merupakan strategi menempatkan Indonesia dalam pusaran pasar uang dan pasar modal global, sekaligus juga bagian dari proses pembangunan ekonomi berbasis transparansi dan akuntablitas. “Adopsi dan konvergensi IFRS seiring dengan tuntutan terhadap profesi akuntan, yang profesional dan setara dengan profesi akuntan internasional," terangnya.
Sementara itu, Wakil Rektor Senior Bidang Administrasi, Keuangan, dan Sumber Daya Manusia UGM, Prof. Ainun Na’im, Ph.D., dalam sambutannya mengatakan wisuda kali ini baru merupakan tahap awal bagi profesi seorang akuntan. Yang terpenting, menurut Ainun, adalah tetap dipegangnya prinsip-prinsip etika dan moral profesi akuntan saat mereka telah menduduki suatu jabatan. “Yang terpenting dari profesi seorang akuntan adalah prinsip etika dan moral yang tetap harus dipegang teguh dalam bekerja,” pesan Ainun.
Selain hal tersebut, faktor leadership juga harus dikembangkan oleh seorang akuntan, baik akuntan manajemen maupun auditor, apalagi kini beberapa kasus, seperti pencucian uang (money laundry), cukup menjadi perhatian publik. “Kasus pencucian uang seperti yang sering terjadi selayaknya nanti menjadi perhatian para akuntan ini sehingga tuntutan profesi seorang akuntan ke depan semakin berat,” imbuhnya.
Dari keseluruhan 247 orang yang diwisuda, terdiri atas 104 pria dan 143 wanita, peraih IPK cum laude berjumlah 33 orang. Sebanyak 8 orang tercatat meraih IPK tertinggi 4,00. Sementara itu, IPK terendah adalah 2,75 dan IPK rata-rata 3,42. Wisudawati termuda kali ini ialah Sarasmeta Damariyanti (lahir 10 Maret 1988) dan tertua, Asmawati (lahir 23 Mei 1972).
Sumber: www.ugm.ac.id
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2794
Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (MM FEB UGM) bekerjasama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Yogyakarta menyelenggarakan public lecture “Ekonomi Politik Anggaran dan Dunia Usaha: Pengalaman Empiris 10 Tahun” dengan narasumber Anggito Abimanyu, Ph.D. Acara ini khusus diselenggarakan untuk menyambut kepulangan Anggito Abimanyu ke dalam lingkungan kampus FEB UGM. Anggito Abimanyu adalah alumnus dan staf pengajar tetap di FEB UGM yang sejak tahun 1999 hingga Mei 2010 mengabdikan dirinya di Departemen Keuangan RI dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Bidang Kebijakan Fiskal. Pada pertengahan tahun 2010 ini, Anggito Abimanyu memutuskan untuk kembali menekuni profesinya sebagai staf pengajar dan peneliti di almamaternya, FEB UGM.
Public lecture diselenggarakan pada Kamis, 10 Juni 2010 pkl. 10.00-12.30 WIB di Auditorium MMUGM Kampus Yogyakarta. Acara berlangsung meriah dan istimewa karena tidak hanya dihadiri oleh kalangan akademisi, baik dosen maupun mahasiswa, di lingkungan FEB UGM namun juga dihadiri oleh kalangan birokrat, praktisi, budayawan, dan para pekerja media baik tingkat lokal maupun nasional. Tamu dari kalangan birokrat yang hadir antara lain Iskandar Saleh (Sekretaris Kementerian Negara Perumahan Rakyat), Herry Zuhdianto (Walikota Yogyakarta), Rama Pratama (anggota Badan Supervisi Bank Indonesia), serta sejumlah pejabat dari Departemen Keuangan RI, Bank Indonesia, Pertamina, Perusahaan Listrik Negara, dan beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Sedangkan dari kalangan praktisi, tampak hadir perwakilan dari beberapa lembaga perbankan dan sejumlah pengurus Kamar Dagang Indonesia. Chairul Tanjung (Komisaris Utama PT. Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) dan sejumlah jurnalis media cetak dan elektronik juga nampak hadir dan secara khusus meliput acara ini. Acara terasa lebih istimewa dengan kehadiran sastrawan Taufik Ismail, seniman Butet Kartaredjasa, dan musikus Dwiki Dharmawan.
Rangkaian acara diawali dengan sambutan dari Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D., Direktur Program MM FEB UGM yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Yogyakarta. Prof. Lincolin Arsyad menyampaikan bahwa penyelenggaraan acara ini sebagai wujud dari dukungan dan ucapan selamat datang dari civitas akademika FEB UGM kepada Anggito Abimanyu. Selanjutnya, Prof. Marwan Asri, Ph.D., Dekan FEB UGM, juga turut memberikan sambutannya. Prof. Marwan Asri mengatakan bahwa seluruh civitas akademika FEB UGM menyambut hangat kepulangan Anggito Abimanyu ke lingkungan FEB UGM. Menurut penuturan Prof. Marwan Asri, pada saat mendengar keinginan Anggito Abimanyu untuk kembali ke kampus, maka ia pun menjawab:“UGM adalah rumahmu, maka pulanglah ke pangkuannya.” Sambutan-sambutan yang disampaikan di awal acara ini membuat suasana auditorium yang dipadati oleh kurang lebih 500 hadirin yang semula ceria berubah menjadi haru. Taufik Ismail yang selanjutnya tampil membacakan puisi berjudul “Kita Rindu Menaiki Gerbong Cahaya” membuat suasana menjadi hening. Puisi ini menceritakan tentang kerinduan rakyat Indonesia akan kebenaran dan kejujuran yang telah lama menghilang dari negeri ini.
Tidak ingin membiarkan hadirin terlalu lama larut dalam keharuan, Anggito Abimanyu selanjutnya menyampaikan kuliah umumnya yang menguraikan pengalamannya selama 10 tahun bekerja di Departemen Keuangan. Materi kuliah disampaikan secara ringkas namun menarik selama kurang lebih 45 menit. Dalam paparannya, Anggito menjelaskan tentang peran APBN sebagai indikator kebijakan moneter, APBN sebagai jangkar perekonomian, serta APBN sebagai indikator kenaikan peringkat utang. Selama 10 tahun masa kerjanya di Departemen Keuangan, banyak peristiwa penting yang terjadi, antara lain penandatanganan LoI dengan IMF, rescheduling Paris Club, Divestasi Indosat, Divestasi BCA, keluarnya IMF dari Indonesia, kenaikan harga BBM, pemberian Bantuan Tunai Langsung (BLT), kasus Bank Century, krisis keuangan global, krisis listrik, cost recovery migas, hingga pemberlakuan Free Trade Area (FTA) dengan China. Anggito juga menceritakan tentang beberapa reformasi yang dilakukan oleh Departemen Keuangan RI dalam anggaran, antara lain pemisahan perencana dan pelaksana, penyusunan job description dan job grading, penyusunan Key Performance Indicator (KPI), perfomance based dan SOP sampai dengan level pelaksana, serta pemberian remunerasi sesuai dengan grading dan pencapaian Key Performance Indicator (KPI).
Pada kesempatan ini, Anggito tak lupa menceritakan tentang suka dukanya selama menjadi birokrat yang sering bersinggungan dengan para anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Dari pengalamannya, Anggito menyimpulkan bahwa penyusunan APBN adalah berdasarkan pertimbangan ekonomi dan ditetapkan dalam proses politik di DPR. Pertimbangan ekonomi artinya sesuai dengan tujuan ekonomi dalam arti luas, sedangkan proses politik berarti penetapan besaran APBN adalah atas dasar kursi di DPR. Jadi penyusunan APBN memerlukan strategi tentang bagaimana memadukan pertimbangan ekonomi dan proses politik di DPR. Anggito pun menyampaikan bahwa 10 tahun masa pengabdiannya di Departemen Keuangan adalah suatu journey yang melelahkan, menegangkan, menjengkelkan, menyenangkan, dan mengandung resiko.
Setelah Anggito selesai menyampaikan kuliah umumnya, seniman Butet Kartaredjasa tampil menghibur hadirin dengan monolognya yang berjudul “Kemenangan Harga Diri dan Moral”. Dengan gayanya yang santai dan jenaka, Butet menyampaikan bahwa kepulangan Anggito ke lingkungan kampus bukanlah merupakan suatu kekalahan namun melambangkan kemenangan harga diri dan moral.
Di akhir acara, Anggito mengajak Dwiki Dharmawan menghibur para hadirin dengan permainan musik mereka. Dengan ditemani oleh 2 pemain perkusi asal Yogyakarta dan Bandung, Anggito memamerkan kepiawaiannya bermain flute. Dwiki Dharmawan mengatakan kepada para hadirin bahwa dia secara khusus datang ke Yogyakarta untuk memenuhi undangan Anggito mengisi acara public lecture ini sebagai ungkapan rasa terima kasih atas perhatian dan dukungan Anggito kepada dunia seni di Indonesia semasa Anggito menjadi birokrat.
Sumber: www.mmugm.ac.id
Halaman 192 dari 203