
Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Kemenko PM) Republik Indonesia, Dr. (HC) Drs. Abdul Muhaimin Iskandar mendorong mahasiswa untuk terus berinovasi dan berkarya untuk memberikan solusi nyata terhadap berbagai persoalan bangsa, termasuk dalam bidang sosial dan ekonomi. Ia berharap dari tangan mahasiswa dapat lahir berbagai inovasi baru dalam pemberdayaan ekonomi.
Muhaimin menyebutkan bahwa saat ini Indonesia menghadapi tiga tantangan besar dalam pembangunan yaitu kemiskinan, ketenagakerjaan, dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Oleh sebab itu, pemerintah berupaya menghadirkan skenario pembangunan berkelanjutan sebagai upaya menyelesaikan persoalan bangsa.
“Saat ini ada 24,06 juta penduduk yang masih tergolong miskin, dengan 3,17 juta di antaranya termasuk dalam kategori miskin ekstrem,” ujarnya dalam seminar “Strategi Pemberdayaan UMKM Melalui Investasi Inklusif untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan”, yang diselenggarakan oleh Badan Perwakilan Mahasiswa FEB UGM, Kamis (8/5) di Joglo Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM.
Sementara si sisi lain, Muhaimin mengungkapkan bahwa angka pengangguran mencapai 7,28 juta orang atau 4,76% dari total angkatan kerja nasional. Selain itu, terdapat sekitar 65 juta pelaku UMKM, sebanyak 99,62% merupakan usaha mikro yang masih belum tersentuh pendampingan yang efektif.
Ia pun menjelaskan bahwa sejak pemerintahan baru dibentuk, Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat berupaya menghadirkan skenario pembangunan yang berkelanjutan. Menurutnya, Indonesia perlu memperbaiki cara pandang pembangunan dengan adaptasi sistem ekonomi baru, termasuk dengan menggunakan pendekatan baru dengan teknologi dalam pemberdayaan dan pembangunan.
“Ketika bangsa menciptakan strategi baru, satu-satunya jalan adalah pemberdayaan. Sebagai rakyat Indonesia, kita harus mengembangkan skill, menciptakan kreativitas, dan kolaborasi lintas sektor. Kemandirian ekonomi harus dimulai dari potensi dalam negeri,” jelasnya.
Sementara Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Perlindungan Pekerja Migran, Leontinus Alpha Edison menyampaikan pihaknya mengembangkan program “Perintis Berdaya” sebagai salah satu solusi dari permasalahan umkm, ekonomi kreatif, koperasi, dan pekerja migran Indonesia.
“Isu-isu ini membutuhkan solusi yang terintegrasi dengan empat pilar “Perintis Berdaya” yang berisi flagship program dari Kemenko Pemberdayaan Masyarakat,” tuturnya.
Pilar pertama dari program Perintis Berdaya adalah Berdaya Bersama dengan fokus pada peningkatan kapasitas. Pilar kedua, Berdaya Berusaha yaitu peningkatan usaha rakyat melalui akses bahan baku, produksi, dan lainnya. Pilar ketiga, Berdaya Finansial yakni peningkatan akses pembiayaan masyarakat. Pilar terakhir, Berdaya Global merupakan perlindungan standar bagi PMI.
Sementara Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA., dalam kesempatan tersebut menyampaikan harapan mahasiswa FEB nantinya setelah lulus dapat menjadi penggerak dalam pemberdayaan masyarakat melalui sinergi dan kolaborasi dengan UMKM di Indonesia.
“Dalam konteks ekonomi dengan tantangannya yang semakin besar, UGM sebagai universitas kerakyatan tidak hanya mencetak lulusan yang unggul tetapi juga mencetak generasi pekerja sebagai solusi nyata bagi masyarakat. Lulusan FEB UGM sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi rakyat dan juga menjadi penggerak sinergi dan kolaborasi pemberdayaan UMKM di seluruh Indonesia,” harap Wening.
Sebelumnya, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FEB UGM, Bayu Sutikno, S.E., M.S.M., Ph.D., dalam sambutannya berharap melalui diskusi ini mahasiswa bisa mendapatkan pemahaman yang mendalam terkait pemberdayaan UMKM dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan secara langsung dari Bapak Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals