- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 4041
Nama mantan Rektor UGM, Prof. Dr. Sukadji Ranuwihardjo, M.A., diabadikan pada nama auditorium Magister Manajemen UGM. Peresmian pemberian nama ini ditandai dengan pembukaan selubung nama auditorium Sukadji Ranuwihardjo oleh sang Istri, Prof. Dr. Soetarlinah Sukadji Ranuwihardjo, Senin (17/12). Disaksikan Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Prof. Wihana Kirana jaya, Ph.d., dan Ketua Prodi MM FEB UGM, Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D.
Sang istri, Soetarlinah, nampak terharu mengetahui nama suaminya diabadikan di sebuah gedung milik MM UGM yang 24 tahun lalu, tepatnya 2 juli 1988, pernah diresmikannya saat masih menjabat sebagai Dirjen Dikti Depdikbud. Suara Soetarlinah bergetar dan lirih saat mengawali sambutannya. Tidak banyak yang disampaikan istri mantan Rektor UGM ini. Kecuali ucapan terima kasih.
“Terima kasih, sudah diabadikan namanya,” ujarnya pelan. Terdiam sejenak, ia melanjutkan kalimatnya.
“Semoga, ruang pertemuan ini makin bermanfaat,” pesannya seraya menutup sambutan.
Lincolin Arsyad bercerita, Prof. Sukadji merupakan pemrakarsa berdirinya program MM UGM bersamaan dengan pendirian MM Universitas Indonesia. Prof Sukadji mendapat kepercayaan oleh Mendikbud Fuad Hasan untuk meresmikan pembukaan program studi Magister Manajemen UGM. “Dia dipercaya Fuad Hasan untuk meresmikan prodi yang dulu diprakarsainya,” kata Lincolin.
Wihana Kirana punya kenangan khusus dengan Prof Sukadji. Rumahnya yang berada dalam satu komplek perumahan dosen UGM dimanfaatkan Wihana untuk konsultasi skripsinya yang dibimbing Sukadji. “Karena rumah kami berdekatan, saya sering datang konsultasi,” kenang Wihana yang ayahnya merupakan pengajar di FE UGM.
Yang paling diingat Wihana terhadap sosok Sukadji adalah sikapnya yang tegas dan berperilaku sederhana. Di setiap kesempatan, Sukadji selalu menekankan pentingnya mengedepankan etika keilmuan. “Pandangan beliau tentang pembangunan masyarakat, tidak hanya mengacu pada nilai-nilai industri dan tapi juga nilai-nilai institusi. Model-model institusi ini dia ajarkan pada ilmu ekonomi,” katanya.
Wihana mengapresiasi dan mendukung inisiatif Lincolin Arsyad saat ingin mengganti nama auditorium MM UGM menjadi auditorium Sukadji Ranuwihardjo. “FEB berterima kasih pada Prof sukadji. Kami punya pemikir besar di FEB. Tidak hanya ada yang jadi wapres atau dirjen,” katanya.
Prof. Dr. Sukadji adalah sosok yang tidak asing di lingkungan UGM. Hampir separuh umurnya dihabiskan jadi pejabat. Selain menjadi dosen Fakultas Ekonomi, pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi 1969-1973, setelah itu menjadi Rektor UGM 1973-1981. Selanjutnya menjadi Dirjen Dikti tahun 1984-1991. Terakhir, menjadi komisaris Bank BRI tahun 1999-2001. Pria kelahiran Blitar, 9 November 1931 ini tutup usia pada 11 agustus 2007 dalam usia 76 tahun.
Sumber: gusti/ugm
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 3622
Beredarnya rokok dengan cukai ilegal sangat merugikan negara, khususnya dari sektor perpajakan yang nilainya diperkirakan mencapai ratusan milyar rupiah. Estimasi kerugian negara berkisar 412 hingga 596 milyar rupiah, atau sekitar 0,52 hingga 0,75 persen dari target penerimaan 80 triliun rupiah di tahun 2012.
"Angka total kerugian ini meningkat dibanding estimasi di tahun 2010 yang kisarannya antara 209 hingga 307 milyar atau 0,33 hingga 0,49 persen dari total penerima cukai sebesar 64 triliun rupiah,”papar Drs. Muhammad Edhie Purnawan, M.A.,Ph.D.
Memaparkan hasil penelitian Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan dalam Seminar Kerugian Negara Akibat Cukai Rokok Ilegal, di Auditorium BRI, Jum'at (14/12), Edhie Purnawan mengungkapkan salah personalisasi berupa pabrikan tidak terdaftar menjadi penyumbang terbesar angka kerugian ini, terutama yang berasal dari golongan Sigaret Kretek Mesin (SKM). Sementara kelompok rokok dengan pabrikan terdaftar, rokok Sigaret Kretek Mesin (SKM) II juga menjadi penyumbang terbesar kerugian.
“Ada yang salah peruntukan, cukai untuk 20 batang ditempel pada 16 batang, cukai palsu, penggunaan cukai bekas hingga tanpa cukai. Rokok tanpa pita cukai, polos inilah penyumbang kerugian terbesar pada pabrikan terdaftar,” paparnya.
Dari 16 lokasi survey, pelanggaran terbanyak ditemukan di Provinsi Sulawesi Selatan, dengan jenis pelanggaran terbanyak salah personalisasi dan polos. Sementara pelanggaran terendah ditemukan di Provinsi DIY. “Temuan ini cenderung tidak berubah dibandingkan survey tahun 2010. Berdasarkan asal kota pabrik, seperti tertera dalam kemasan, mayoritas rokok dengan cukai ilegal tidak mencantumkan informasi asal kota pabrik,” tambahnya.
Dr. Artidiatun Adji, peneliti di PSEK UGM mengungkapkan Indonesia merupakan konsumen rokok terbesar kelima dunia setelah Cina, India, Amerika Serikat dan Rusia. Meski mengandung eksternalitas negatif keluar, rokok memberikan sumbangan APBN sebesar 80 triliun rupiah. “Harus diakui ada benefit yang melekat pada produksi rokok,”ungkapnya.
Ekonom, Tony Prasetiantono, Ph.D menyatakan publik ekspose cukai rokok ilegal merupakan penelitian kedua yang dilakukan PSEK UGM, setelah sebelumnya konsorsium Peruri melakukan hal yang sama. Meski diperkirakan akan meredup, industri rokok justru semakin maju himgga mampu menyumbang APBN 80 triliun rupiah.
Baginya industri industri rokok dalam posisi dilematis, ia dibenci karena efek kesehatan, sekaligus diperlukan karena penerimaan cukai. “Iapun menjadi industri yang menyerap banyak tenaga kerja,” ujar Kepala PSEK UGM.
Sumber: agung/ugm
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 4527
Tahun 2012 merupakan tahun yang istimewa bagi angkatan ’87 FEB UGM, mengingat tahun ini memasuki usia tahun perak, 25 tahun. Momentum tahun perak ini tidak disia-siakan begitu saja oleh angkatan ’87. Pada Sabtu (8/12) para alumni menyediakan waktu khusus untuk mengadakan reuni di kampus S1 FEB UGM dan UC Hotel.
Tidak ada tema khusus yang diangkat dalam reuni kali ini. Acara reuni dibagi menjadi dua. Acara pertama adalah melakukan kunjungan ke Fakultas dan agenda pertemuan dengan Dekan FEB UGM Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc.Sc, Ph.D di Ruang Auditorium S1. Acara berlangsung mulai pukul 15.00 WIB dilanjutkan acara kedua yang merupakan acara puncak adalah acara kangen-kangen dan makan malam bersama yang berlangsung di Hall Room University Club (UC) Hotel mulai pukul 19.00 hingga 23.00 WIB.
"Dari 287 orang alumni yang terdaftar 102 orang alumni konfirmasi hadir tapi yang membatalkan 4 jadi peserta yang hadir disini adalah 98 " kata ketua panitia reuni Wahyu Anggono atau yang lebih akrab disapa Todon.
Todon menambahkan bahwa reuni kali ini merupakan reuni pertama dan terbesar angkatan ’87, sebelumnya hanya ada reuni kecil-kecilan dan tidak mengakomodir untuk semua jurusan. “Kita tidak mau menyia-nyiakan momentum perak ini, harus bisa kumpul, harus ada reuni!” katanya dengan semangat. Ditanya kenapa mengambil lokasi di Jogja tidak di Jakarta?, dia menjawab “Kita ingin melihat kembali kampus, mau tahu perkembangan kampus sekarang, dan mau mencoba mengilangkan gap yang mucul antara masyarakat alumni dan kampus.”
Acara yang berlangsung di UC berjalan dengan lancar dan meriah. Nampak sekali terlihat senyum bahagia dari setiap alumni yang datang. Live music dengan lagu-lagu lawas menambah semarak suasana. Agenda pertama pada pertemuan malam itu adalah foto bersama, semua alumni tampak lepas dan penuh ekspresi dalam berpose. Acara kedua dilanjutkan dengan perkenalan alumni, tidak semua maju untuk memperkenalkan diri. Tapi, satu orang dari perwakilan tiap jurusan maju ke panggung dan menyebut nama rekannya yang hadir. Perkenalan dimulai dari jurusan Akuntansi kemudian Manajemen dan yang terakhir IE. Agenda selanjutnya dan yang menjadi agenda utama dan salah satu tujuan besar kenapa reuni ini diadakan adalah pembahasan mengenai pembagian penanggung jawab (PJ) wilayah per jurusan. Dalam kesempatan itu dipilih 5 orang per jurusan untuk menjadi kordinator wilayah.
Dalam acara reuni ini tercatat ada 3 dosen FEB UGM yang juga merupakan angkatan ’87 hadir. Mereka adalah Ketua Jurusan Manajemen Dr. Sahid Susilo Nugroho, M.Sc , Dosen Akuntansi Dr. Rusdi Akbar, M.Sc dan yang terakhir adalah dosen manajemen, Dra. Reni Rosari, MBA. Di awal acara Dr. Rusdi Akbar, M.Sc sempat menyumbangkan suaranya menghibur para alumni dengan menyanyikan lagu Cintakan Membawamu yang dipopulerkan oleh Dewa 19 dan diiringi oleh dentingan piano yang dimainkan oleh Dr. Sahid Susilo Nugroho, M.Sc.
Sumber: fa
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2710
Di Auditorium Program MM FEB UGM, Rabu (12/12) telah berlangsung "Workshop Membangun Kader Pemimpin Berjiwa Entrepreneur Dan Berwawasan Kebangsaan." Acara ini terselenggara atas kerjasama Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Definit! dan Karang Taruna DIY. Workshop yang dimulai jam sembilan lebih ini diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya bersama-sama dilanjutkan sambutan ketua panitia, GKR Pembayun dilanjutkan sambutan oleh Dekan FEB UGM, Rektor UGM, dan perwakilan dari Lemhanas.
Hadirin yang terdiri Karang Taruna DIY, Tenaga Pendamping Lapangan Disperindagkop, Mahasiswa S1 dan S2, Desa Binaan Tegal Dowo, Bantul, Ikatan Mahasiswa dan Pelajar, Organisasi Kemasyarakatan Pemuda sangat antusias mengikuti acara demi acara. Acara semakin hangat dengan paparan dari Prof. Agus Sartono selaku wakil dari Kemenko Kesra RI. Yang tak kalah menariknya paparan Wawasan Kebangsaan oleh (Purn.) Jenderal Luhut B. Pandjaitan.
Tepat jam 12:12:12 pemukulan Gong Kader Bangsa Wirausaha dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X, didampingi oleh Dekan FEB UGM, Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc.Sc, PhD dan Prof.Dr. Gunawan Sumodiningrat, M.Ec. Acara dilanjutkan dengan paparan oleh Drs. Kisnuhardjo MS (Direktur Pemantapan Nilai Kebangsaan Lemhannas), Dr. Perry Warjiyo, MSc. (Direktur Kajian Moneter Bank Indonesia) dan Drs. Eko Handoyo, MS (Mantan Pimwil BRI, Alumni FEB) dan Budi Santoso, S.TP., MMA. (Kepala UPT Pertanian Bantul).
Sumber: hk/feb
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2409
Permintaan terhadap pemanfaatan jasa keuangan di Indonesia diprediksi akan terus naik. Meningkatnya pemanfaatan terhadap jasa keuangan ini seiring dengan bertambahnya pendapatan perkapita masyarakat. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad mengatakan pemanfaatan jasa keuangan bukan saja terhadap perbankan namun juga asuransi.
"Akan meningkat bukan hanya pada perbankan namun juga asuransi," kata Muliaman pada acara Talkshow Otoritas Jasa Keuangan dan Manajemen Krisis ke Depan bertempat di Auditorium Djarum Foundation Pertamina Tower Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Kamis (6/12).
Muliaman menilai meningkatnya pemanfaatan terhadap jasa keuangan akan berdampak baik terhadap perkembangan industri keuangan di tanah air. Hanya saja, jika peluang ini tidak dikelola dengan baik akan menjadi persoalan di kemudian hari.
"Kita tidak ingin ini menjadi episentrum krisis industri keuangan Indonesia sehingga harus dikelola dengan baik," imbuh mantan Deputi Gubernur BI itu.
Keberadaan OJK, kata Muliaman, antara lain sebagai badan yang melakukan pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Selain itu sekaligus sebagai resolusi yang baik dan efektif jika krisis ekonomi terjadi.
"Sistem resolusi yang baik nantinya bisa melalui UU Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK). Kalau sekarang sementara kita bisa lakukan koordinasi melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) yang sudah terbentuk," kata Muliaman.
Sementara itu Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengkritik kebijakan penarikan iuran (pungutan) operasional OJK kepada lembaga keuangan. Kebijakan tersebut akan membebani terhadap lembaga keuangan maupun masyarakat.
"Ini perlu kompromi lagi. Justru kalau saya punya usul pihak LPS bahkan BI bisa ikut menyumbangkan dananya ke OJK," tegas Sigit.
Kritik senada juga dilontarkan pengamat ekonomi UGM, Tony Prasetiantono. Tony mengatakan kebijakan penarikan pungutan dari OJK kepada lembaga keuangan akan menimbulkan conflict of interest. Akibatnya, independensi OJK juga akan dipertanyakan.
"Memang harus bisa adil dengan semua bank. Jangan sampai OJK akan kehilangan gigi," kritik Tony.
Sumber: satria/ugm
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 4643
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada menggelar Alumni Gathering 2012 di kampus UGM Jakarta, kemarin hari Minggu 2/12. Acara yang bertajuk "Inisiasi Alumni FEB UGM dalam Mempersiapkan Indonesia Maju" merupakan terobosan baru bagi FEB UGM dalam penyelenggaraan acara rutin tahunan ini.
Menurut Prof. Wihana Kirana Jaya selaku Dekan FEB dalam sambutannya, temu alumni kali ini adalah sangat strategis yang mana secara khusus mengundang alumni-alumni FE UGM (FEB UGM) yang menduduki posisi-posisi strategis baik di sektor swasta maupun pemerintah untuk berbicara mengenai ide dan gagasan untuk UGM kedepan (FEB UGM) secara khusus dan peran alumni dalam memajukan bangsa secara umum. Dalam acara yang dikemas seperti 'Talk Show' tersebut secara bergantian alumni berbicara, diantaranya adalah Anies Baswedan (angkatan 1989), Bambang Sudibyo (angkatan 1972), Djauhari Oeratmangun (angkatan 1976), M. Zamkhani (angkatan 1985), Perry Warjiyo (angkatan 1977), Ainun Na'im (angkatan 1979), Denny Puspa Purbasari (angkatan 1993), Zainal Sudjais (angkatan 1962), R. Agus Sartono (angkatan 1982) dan Nasjid Majidi (angkatan 1983) didampingi moderator A. Tony Prasetiantono (angkatan 1981) dan M. Edhie Purnawan (angkatan 1986).
Disamping itu Prof. Wihana juga menyampaikan program-program alumni yang sudah berjalan. Menurut beliau sumbangan alumni hingga 2010 terhimpun dana kurang lebih Rp 600 juta, sebagian besar dana tersebut digunakan untuk beasiswa biaya hidup mahasiswa sebesar Rp 300.000 perbulan sampai kelulusan. Selain itu alumni angkatan 1976 turut menyumbang Rp 100 juta untuk pembangunan Pertamina Tower. Prof. Wihana juga berharap dalam alumni gahtering ini dapat membentuk dan memperluas jejaring alumni FEB UGM di tingkat nasional maupun internasional, serta alumni dapat berbagi ilmu kepada adik-adik mahasiswa FEB dengan cara alumni back to campus.
Sebagai penghargaan bagi alumni yang telah memberikan kontribusi banyak kepada fakultas, FEB UGM memberikan penghargaan berupa piagam Alumni Award yang diserahkan oleh Prof. Wihana kepada perwakilan alumni FEB UGM angkatan 1959, 1973, 1975, 1976 dan 1979.
Halaman 151 dari 182