fbpixel Dampak Antropomorfisme terhadap Ketangguhan Wirausaha - Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

Penelitian mengenai anthropomorphism dalam dunia bisnis dilakukan oleh Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) yaitu Widya Paramita, Ph.D. , Risa Virgosita, Ph.D., Rokhima Rostiani, M.Mgt., Amin Wibowo, Ph.D., Dr. Rangga Almahendra, dan Eddy Junarsin, Ph.D., yang berjudul "I will not let you die": The effect of anthropomorphism on entrepreneurs' resilience during economic downturn. Artikel tersebut tayang pada Journal of Business Venturing Insights pada akhir tahun 2021.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perekonomian dunia yang sedang mengalami kelesuan saat Pandemi COVID-19. Asian Development Bank telah melaporkan berbagai sektor bisnis di berbagai negara dunia, salah satunya Indonesia, 31,2 juta usaha kecil dan menengah di Indonesia menutup usahanya secara permanen (Suheriadi, 2020). Padahal, pengusaha memainkan peran penting dalam perekonomian, sebagai pencipta lapangan kerja, Akibatnya, keputusan mereka untuk menutup bisnisnya tidak hanya akan berdampak pada diri mereka sendiri, tetapi juga akan mempengaruhi karyawan, pelanggan, pemasok, dan pemangku kepentingan lainnya. Untuk itu di masa krisis, menurut peneliti, para pemilik usaha perlu memiliki ketangguhan untuk mempertahankan usahanya. Inilah yang menjadi alasan peneliti untuk mengkaji aspek-aspek kritis yang mempengaruhi tekad wirausahawan untuk mempertahankan usahanya, atau yang disebut dengan ketangguhan wirausaha.

Kajian literatur kewirausahaan telah membahas mengenai fenomena anthropomorphism (antropomorfisme) dapat meningkatkan kedekatan emosional pemilik usaha dengan usahanya. Artikel ini memaparkan studi empiris yang menguji pengaruh anthropomorphism, yaitu fenomena dimana pemilik usaha menganggap bisnis mereka seperti makhluk hidup atau anak, dengan ketangguhan wirausaha.

Pengumpulan data dan sampel dilakukan menggunakan konteks pengusaha Indonesia, khususnya usaha kecil dan menengah, sangat terpengaruh oleh penurunan ekonomi akhir-akhir ini akibat COVID-19. Menurut peneliti, terlepas dari kontribusinya yang signifikan terhadap PDB negara, pengusaha Indonesia hampir tidak menerima dukungan dana dari pemerintah karena masalah administrasi yang lambat. Karena mereka kekurangan dukungan eksternal, Peneliti berharap anthropomorphism memiliki pengaruh pada pada ketangguhan pengusaha.

Metode riset dilakukan dengan survei daring kepada para pemilik usaha di Indonesia, penelitian ini menguji tiga hipotesis utama: (1) Anthropomorphism berpengaruh positif pada ketangguhan wirausaha; (2) Hubungan antara anthropomorphism dan ketangguhan wirausaha dijelaskan melalui persepsi pengusaha terhadap reputasi bisnis mereka; (3) Hubungan tidak langsung antara anthropomorphism dan ketangguhan wirausaha hanya berlaku pada usaha yang bukan merupakan bisnis keluarga dan tidak berlaku pada bisnis keluarga.

Hasil analisis mendukung ketiga hipotesis utama dalam penelitian. Yaitu, anthropomorphism mampu meningkatkan ketangguhan pemilik usaha di masa krisis karena mereka berpikir bahwa bisnis mereka memiliki reputasi positif sehingga layak dipertahankan. Seperti orang tua yang selalu memandang anak mereka secara positif. Akan tetapi, hubungan tersebut tidak dapat diprediksi pada usaha milik keluarga, karena dinamika keluarga yang bervariasi mengurangi kemampuan anthropomorphism dalam memprediksi ketangguhan wirausaha.

Peneliti memberi kesimpulan bahwa anthropomorphism pengusaha terhadap bisnis mereka mengarah pada ketangguhan. Sehingga, anthropomorphism membuat pengusaha mengevaluasi bisnis mereka secara lebih positif dan merasakan reputasi bisnis yang lebih baik. Namun, hubungan antara anthropomorphism dan ketangguhan divalidasi hanya jika bisnis tersebut bukan bisnis keluarga atau pribadi dan tidak valid jika bisnis tersebut adalah bisnis keluarga. Oleh karena itu, diperlukan upaya pemasaran sosial yang ditujukan kepada pengusaha dengan menggunakan pendekatan anthropomorphism yaitu dengan mendorong pemikiran bahwa bisnis mereka adalah "anak" yang harus diperjuangkan.

--

Penulis Artikel : Widya Paramita, Risa Virgosita, Rokhima Rostiani, Amin Wibowo, Rangga Almahendra, dan Eddy Junarsin.
Diterbitkan pada Journal of Business Venturing Insights, Volume 17, June 2022, e00300
Tautan: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352673421000780