
Menulis tugas akhir menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa, terutama dalam menjaga orisinalitas karya agar bebas dari plagiarisme. Sebagai bentuk komitmen terhadap integritas akademik, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) melalui Career and Student Development Unit (CSDU) menggelar pelatihan Mandatory Soft Skill: Writing Skill Anti-Plagiarism di Lantai 8 Gedung Pusat Pembelajaran FEB UGM pada Jumat (21/2).
Dalam sesi pelatihan, Dosen FEB UGM, Dea Yustisia, S.E., M.Sc., menegaskan bahwa plagiarisme merupakan pelanggaran akademik yang terjadi ketika seseorang mengambil gagasan orang lain tanpa memberikan kredit, baik secara sengaja maupun tidak. Ia juga menjelaskan berbagai jenis plagiarisme yang sering ditemukan di dunia akademik.
Dea menjelaskan ada tiga jenis plagiarisme, yaitu plagiarisme yang disengaja, plagiarisme yang tidak disengaja, dan swaplagiarisme. Swaplagiarisme adalah plagiarisme yang terjadi ketika seseorang menerbitkan ulang karyanya di tempat lain tanpa menyebutkan sumber atau tempat terbit awal. Menerbitkan karya yang sama di tempat yang berbeda sebenarnya boleh saja, tetapi harus terdapat perubahan yang cukup signifikan pada karya, dapat dari segi penulisan ataupun metodologi.
Selain ketiga jenis plagiarisme di atas, terdapat juga beberapa jenis plagiarisme yang sering terjadi. Pertama adalah plagiarisme verbatim atau plagiarisme kata per kata (word-for-word plagiarism), yaitu ketika seseorang sama sekali tidak melakukan parafrase terhadap kalimat yang mereka ambil. Kedua adalah plagiarisme mosaik atau plagiarisme yang terjadi ketika seseorang mengambil banyak kalimat dari berbagai sumber tanpa mencantumkan kredit kepada penulis asli, sehingga membentuk tulisan yang seperti puzzle.
Ketiga adalah parafrase yang tidak memadai, yaitu bentuk plagiarisme yang terjadi ketika seseorang tidak melakukan parafrase secara benar, seperti hanya mengubah beberapa kata atau tidak mencantumkan sitasi sumber dengan benar. Keempat adalah parafrase tanpa sitasi, yaitu bentuk plagiarisme yang terjadi ketika seseorang menyusun ulang gagasan dari sumber lain tanpa mencantumkan referensi sumber asli.
Kelima adalah jenis plagiarisme yang baru muncul di era internet ini, yaitu kecurangan kontrak (contract cheating) yang terjadi ketika seseorang dengan sengaja membayar pihak ketiga untuk menyelesaikan tugas akademik atas namanya, seperti esai, laporan, atau ujian. Praktik ini di Indonesia lebih dikenal dengan istilah joki tugas. Meskipun tindakan ini dilakukan tanpa memberikan bayaran, akan tetap dianggap plagiarisme, sebab bentuknya masih sama-sama menggunakan jawaban pihak ketiga sebagai jawaban sendiri.
Dea juga menyoroti penggunaan AI dalam tugas akademik. Ia menyebutkan bahwa AI diperbolehkan sebagai alat bantu dalam mengerjakan tugas, seperti mencari ide, menerjemahkan, atau mengecek tata bahasa. Namun, mahasiswa tetap diingatkan untuk tidak mengandalkan AI, seperti ChatGPT, dalam mencari sumber tulisan, karena sering kali menghasilkan referensi yang tidak valid.
Dalam penulisan akademik, lanjutnya, setiap data dan tulisan yang diambil dari sumber lain wajib disitasi untuk menghindari plagiarisme. Namun, ada pengecualian untuk common knowledge atau pengetahuan umum, seperti fakta sejarah atau ilmiah yang sudah diketahui secara luas. Misalnya, informasi seperti “langit berwarna biru” atau “Indonesia merdeka pada tahun 1945” tidak memerlukan sumber.
Agar terhindar dari plagiarisme, Dea mengimbau mahasiswa untuk memastikan sumber data yang digunakan valid, baik dari data primer, sekunder, maupun tersier. Selain itu, pencatatan sumber harus dilakukan dengan benar, baik melalui kutipan, parafrase, atau sintesis sumber agar tidak terjadi plagiarisme yang tidak disengaja. Sementara untuk mempermudah pengelolaan referensi, mahasiswa dapat menggunakan alat seperti Zotero dan Mendeley. Di FEB UGM sendiri umumnya menggunakan gaya sitasi APA atau Chicago, sehingga penting untuk memastikan referensi ditulis sesuai standar akademik yang berlaku.
Pelanggaran terhadap integritas akademik, termasuk plagiarisme memiliki konsekuensi yang serius. Berdasarkan Peraturan Rektor UGM No. 711 Tahun 2013 tentang Tata Perilaku Mahasiswa UGM, sanksi bagi pelanggaran integritas akademik berupa plagiarisme dikenakan sanksi berupa teguran, pernyataan permohonan maaf, surat peringatan, pembatalan nilai mata kuliah, larangan mengikuti aktivitas akademik, hingga pemberhentian secara tidak hormat.
Reportase: Najwah Ariella Puteri
Editor: Kurnia Ekaptiningrum